Mengenal Tempuutn Kisa Mitos dari Masyarakat Dayak
APERO
FUBLIC.-
Sama seperti daerah lain di Indonesia. Dimana setiap daerah memiliki kearifan
lokal asli yang menjadi ciri khas kedaerahan dan kebudayaan setempat. Di
Sumatera Selatan ada cerita mitos dengan nama Andai-Andai, di Sumatera Barat
ada Tambo, hikayat dan lainnya.
Tempuutn
bermakna yang asal usul yang menurunkan semua di alam semesta. Kalau kita
pahami asal usul disini adalah penguasa alam atau tuhan yang maha esa. Kalau di
Sumatera Selatan istilah di sebut Puyang Segentar Alam.
Tempuutn
adalah kisah mitos yang menceritakan kisah dunia dan semua yang ada di
dalamnya. Dari waktu dunia belum tercipta sampai adanya dunia dan isinya.
Cerita tempuutn mengceritakan bagaimana langit muncul, asal usul bulan,
matahari dan bintang-bintang dan lainnya.
Dalam
mistisme tempuutn menceritakan tentang mahkluk halus, misalnya asal usul
terjadinya roh, yang banyak. Roh penghuni langit dan bumi, roh jahat dan roh
yang baik. Kemudian cerita mitos tentang asal usul penciptaan manusia. Ada
cerita tempuutn asal permulaan terjadinya hubungan inses yang kemudian
melahirkan roh-roh, hewan dan lainnya.
Tempuutn
bukan hanya cerita mitos atau sastra lisan biasa, yang mengisahkan cerita
asal-usul. Tapi tempuutn juga berfungsi sebagai pemandu ritual adat atau
upacar-upacara adat masyarakat. Tata cara melantunkan tempuutn juga memiliki
aturan yang kuat, agar kegiatan mereka sah dan bermanfaat.
Banyak
ritual yang terlibat perjanjian dengan roh. Upacara ritual biasanya adalah
upaya untuk memecahkan masalah-masalah tertentu; misalnya sakit, masa
panceklik, kemarau panjang, persengketaan, dan kematian. Ritual menjadi
komunikasi dengan roh, sekaligus memberikan persembahan pada roh. Dalam hal
ini, saat pengucapan tempuutn harus akurat dan benar. Kemampuan tersebut
termasuk kepasihan saat menyebut nama-nama roh dan tokoh-tokoh dalam kisa
tersebut.
Dengan
demikian tempuutn bukan hanya sastra lisan dan cerita mitos. Tapi merupakan
suatu sastra yang komplek digunakan dalam kehidupan sosial masyarakat Dayak
Benuanq dan Dayak Tunjung. Sebelum tempuutn dinyanyikan tikar dan ramuan
upacara harus disiapkan. Ramuan upacara juga sudah ada di dalam tempuutn dan
dipatuhi aturannya. Ramuan terdiri dari kemenyan, piring nasi putih dan nasi
ketan. Kemudian akar pohon luak ditaburkan pada kemenyan yang sudah terbakar sehingga
menimbulkan asap tebal atau kemenyan dupa.
Asap
yang mengepul dan menjujung tinggi akan memanggil roh atau memeberi tahu
roh-roh kalau upacara sedang dilaksanakan di bumi. Kemudian butiran beras di
asapi dengan asap dupa tersebut. Lalu beras akan disebar di tempat dimana
burung roh akan berubah menjadi burung tiung. Burung tiung adalah utusan dari
alam bawah menuju alan yang berada di atas. Burung tiung itu menempu perjalanan
dengan asap dupa tersebut. Burung tiung dipakai kemungkinan karena burung itu
dapat meniru suara manusia.
Burung
tiung terbang tinggi menuju pintu langit dan sampai ke perkampungan roh.
Sesampai di kampung roh, burung tiung akan menyampaikan tujuan dari ritual
upacara yang dilaksanakan di bumi. Dalam proses upacara nama pemimpin roh di
kampung roh harus di sebut nama beserta gelarnya sebagai tanda penghormatan.
Setelah selesai memanggil nama roh, pembacaan tempuutn siap dimulai.
“Dengarlah
kami Nenek Penjaga Tempuutn, Kakek Penjaga Tempuutn, bersama-sama dengan
Nancang, Bapak Pembangun (yang mampu membangkitkan diri mereka sendiri), dan
Empuratn, Bapak Penjelasan. Kami mohon untuk membuka sebuah bungkusan cerita,
melepas tali yang mengikatnya, membuka satu bungkusan dari kulit kayu, membuka
wadah bambu dan mengambil satu. Meskipun ada delapan jenis tempuutn, hanya satu
jenis yang kini diperlukan. Seperti ikan wayuk yang tinggal di dalam lubuk
sungai, seperti ikan tengkara yang mengejar buah, kami akan memilih salah satu
yang kami perlukan, yang memenuhi keinginan hati kami, sekuntum bungah yang
sesuai dengan tujuan kami, mekarnya kecantikan yang paling tepat. Kami mulai
mengisahkan cerita khusus, untuk menjelaskan asal-usul dan alasan sesuatu:
menceritakan asal usul buah doyut, asal usul buah payaakng, kisah pohon bambu
di gunung dan yang tumbuh di tepi sungai, pohon jelmu yang berbuah lebat dan
hasil ladang. Namun agar cerita kami tidak berputar-putar seperti cabang pohon,
kami harus merangkum: kami akan menceritakan sebuah kisah pada satu tahun di
masa lalu. Ini adalah kisah tentang ……… (cerita sesuai ritual apa).”
Demikianlah sekilas cuplikan awal dari ritual dimana tempuutn akan dinyanyikan atau di bacakan oleh para tetua yang menguasai tata cara ritual. Untuk Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang tempuutn dari kebudayaan Dayak Kalimantan. Dapat membaca buku berjudul, Tempuutn: Mitos Dayak Benuaq dan Tunjung. Buku di susun oleh Dalmasius Madrah T, dan Karaakng. Di terbitkan oleh Puspa Swara, Jakarta 1997. Diterbitkan atas kerja sama dengan Yayasan Rio Tinto. Buku setebal 172 halaman.
Disusun
oleh: Tim Apero Fublic.
Editor.
Joni Apero, S.Hum
Sumber:
Dalmasius Madrah T dan Karaakng. Tempuutn: Mitos Dayak Benuaq dan Tunjung.
Jakarta: Puspa Swara, 1997 (cetakan pertama).
Sy. Apero Fublic
Post a Comment