Mengenal Pohon Serdang
Tumbuhan
tersebut tumbuh lurus tidak bercabang. Tidak memiliki dahan seperti pohon tapi
merupakan pelepah lunak. Pelepah berpungsi sebagai tangkai daun sekaligus
dahan. Ada pelepah yang berduri dan tidak seperti pohon kelapa. Pohon Serdang
mencapai ketinggian antara 15 sampai 25 lebih. Batang pohon bulat berserat dan berkulit
keras. Tumbuh di kawasan tropis Asia Tenggara terutama di Indonesia. Serdang
dalam bahasa Filipina adalah Luyong dan anahaw.
Pondok tipologi Anjing Meraung beratap daun serdang. (doc: internet/anoname).
Pohon
serdang pelepahnya berduri besar dikedua sisi pelepa. Pelepa sekaligus menjadi tangkai
daun yang berbentuk telapak tangan terbuka posisi terbalik. Buah bulat sebesar
genggaman tangan manusia dewasa. Tumbuh subur di tanah berair dangkar seperti
celah beluran, benca, rawa-rawa, paya-paya dan kawasan renah. Berkembang biah
dengan buah, lalu tersebar melalui aliran air ke hilir. Sehingga pohon serdang
dapat dijumpai di kawasan arus air.
Pohon
serdang dimanfaatkan daunnya untuk atap bangunan tempat tinggal. Seperti
pondok, rumah, gudang, bilik padi dan lainnya. Atap dari daun serdang mampu
bertahan antara lima sampai sepuluh tahun. Tergantung dari ketebalan pelasan
atap. Pelas istilah penyebutan untuk satuan anyaman atap dari daun serdang atau
daun rumbiah.
Tulang
pelas atap terbuat dari bila bambu, dan penjalin terbuat dari rotan. Pada zaman
sekarang tali penjalin sering digantikan dengan tali platik keras. Di Kolombia
pohon serdang dijadikan tanaman hias. Pemanenan daun yang terlalu sering akan
menyebabkan ukuran daun mengecil. Daun untuk atap dimabil daun tua yang
berwarna hijau mengkilat agar tahan lama.
Pohon
serdang masa lalu sengaja di tanah oleh masyarakat disekitar pemukiman mereka
(ladang, rompok, dusun, talang). Merupakan tumbuhan berharga dan dilindungi. Selain
daun, serdang juga dikonsumsi ubutnya. Umbut bagian muda pohon serdang yang
terlatak antara pucuk dan batang pohon. Pengambilan umbut dilakukan penebangan,
lalu mencencang bagian pelepa. Membuang bagian keras dan mengambil bagian
lembut (umbut). Pohon yang diambil umbut biasanya pohon serdang yang sudah
mencapai ketinggian tertentu. Sebab sudah sulit mengambil daun-daunya.
Pohon
serdang sudah sangat dekat dengan kehidupan masyarakat masa lalu. Sehingga
menjadi bagian dari perkembangan budaya masyarakat di pedalaman Sumatra,
Kalimantan, Filipina dan lainnya. Sebuah kesultanan bernama Kesultanan Serdang didirikan
tahun 1723 di kawasan berawa-rawa yang banyak terdapat pohon serdang.
Berawal
dari konflik keluarga Kesultanan Deli. Seorang pangeran pergi mengungsi ke
Kuala yang masuk perlindungan Kesultanan Aceh. Kuala merupakan nama daerah
dalam bahasa Aceh. Sultan dari Kesultanan Serdang pertama adalah Tuanku Umar
Djunjungan. Sekarang bekas wilayah Kesultanan Serdang berkembang menjadi dua
kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Serdang Bedagai.
Di
Indonesia ada Kesultanan Serdang Bedagai dan telah menjadi kabupaten. Di
Filipina ada kota yang bernama Mandaluyong yang juga mengambil nama pohon
serdang. Luyong merupakan nama pohon serdang dalam bahasa Filipina. Masyarakat
Mandaluyong menghubungkan sejarah mereka dengan Kerajaan Majapahit semasa Anka
Widyaya dan Permaisuri Sasaban dari Kerajaan Sapa.
Kata Mandaluyong berasal dari dua kata Mandala dan luyong. Mandala merupakan daerah pertahan dalam kekuasaan sistem pemerintahan tradisional di Indonesia. Sedangkan Luyong berarti pohon serdang. Secara bahasa dapat diterjemahkan menjadi daerah yang terdapat banyak pohon serdang. Sama halnya dengan Kuala Serdang yang bermakna daerah yang ditumbuhi banyak pohon serdang. Kemudian menjadi daerah bernama Kesultanan Serdang.
Oleh:
Joni Apero
Editor.
Rama Saputra
Sy.
Apero Fublic
Post a Comment