Mengenal Tradisi Besale (Sumsel-Jambi).
Dasar ritual ini,
muncul sebab kepercayaan pada mahkluk halus atau roh yang dapat menyebabkan
musibah atau memberi pengaruh dalam kehidupan. Ritual besale berhubungan
langsung dengan sistem kepercayaan tersebut. Dimana mereka mempercayai jemalang
atau arwah (arwah puyang) dapat menyebabkan pengaruh baik atau buruk pada
kehidupan di alam dunia. Terutama membuat manusia menjadi sakit.
Merupakan kepercayaan
masyarakat primitif yang dikenal dengan istilah animisme dan dinamisme. Menurut
Sachs (1970) ritual dengan tarian saat peristiwa penting seperti sakit
merupakan ciri budaya purba atau primitif. Masyarakat Kubu merupakan kelompok
masyarakat yang terlambat dalam pengembangan budayanya. Dikarenakan mereka lama
terisolasi atau menghindari kontak dengan masyarakat Sumatera Selatan dan Jambi
pada masa lalu. Saat ini, mereka mulai mengikuti budaya saudara mereka yang
telah lama mengembangkan budayanya. Kehidupan menjelajah hutan mulai
ditinggalkan.
Kata Basale berasal
dari kata sale yang bermakna suci atau bersih. Awalan be
menjelaskan aktivitas yang sedang berlangsung. Sehingga kata besale
dapat diartikan membersihkan atau menghilangkan kotoran atau masalah dari sesuatu
agar bersih. Dalam hal pengobatan yang dibersihkan atau dihilangkan akibat
jahat dari jemalang jahat (suban). Pelaksanaan ritual besale pada masyarakat
Kubu merupakan ritual pengobatan purba dan upacara masyarakat tradisional. Ada
sepuluh jenis ritual besale yang sering dilakukan masyarakat Kubu.
1.Besale Beringin Tujuh:
Merupakan ritual pembacaam mantra berupa sastra suci (sale) yang terdiri dari
tiga puluh nyanyian (dundai). Ritual besale ini bertujuan untuk mengobati
penyakit berat seperti penyakit hilang ingatan, gila, busung perut dan penyakit
berat lainnya.
2.Besale Beringin Tiga Pangkat:
Ritual bermalim kecil untuk mengobati penyakit yang ringan seperti sakit perut,
demam, pusing, dan lainnya. Juga mendundaikan tiga puluh mantra suci.
3.Besale Tujuh Sale:
Ritual dengan menyanyikan (dundai) tujuh sale untuk menyembuhkan penyakit
ringan.
4.Besale Suraian yang
juga memcakan tiga puluh tiga sale (mantra suci) untuk mengobati penyakit gila,
lupa ingatan dan dungu.
5.Besale Gelemat: Untuk
mengobati sakit bagi wanita hamil dan wanita yang belum memiliki keturunan.
6.Besale Katu Are:
Untuk menyembuhkan sakit setelah melahirkan.
7.Besale Bujuk: Ritual
untuk mencari jodoh dan bernazar. Kata bujuk adalah nama ikan sejenis ikan ruan.
8.Besale Beringin Pucuk
Meligai: Untuk upacara selamatan besar tamat menjadi malim kepala.
9.Besale Timbang
Dundangan: Untuk upacara perkawinan.
10.Besale Jadi
(Bermalim Datu) untuk mengusir dan menghindari wabah penyakit yang sedang
berjangkit.
Memulai ritual besale
selalu diawali dengan pembacaan mantera oleh pawang untuk memanggil jemalang
(roh/arwah). Roh yang datang akan masuk ke dalam miniatur bangunan yang
dinamakan balai, yaitu Balai Pangasuh, Balai Angkat, Balai Batajuk Bunge, dan
Balai Korong Rasio. Untuk persembahan ada hidangan punjung puyang. Punjung Puyang
terdiri dari satu ayam punjung yang dimasak utuh tanpa dipotong tapi diolah
dengan baik.
Kemudian kacepan beras
(kuning, hitam, putih), beras kuning (kunyit), padi arang, pisang, tiruan
burung-burung atau tekuyung (siput) sebagai kendaraan jemalang atau roh puyang
yang di panggil. Biasanya dibuat dari daun enau atau daun kelapa. Padi dimasak
dendang (beti). Beti berarti pijaran dari benda panas misalnya api atau letupan
akibat panas. Perlengkapan lain diantaranya kain putih, kain batok, lilin lebah
sialang, bunga mayang pinang dan lain-lain.
Ritual besale merupakan
tradisi asli masyarakat kubu atau masyarakat anak dalam di Sumatera Selatan dan
Jambi. Di Sumatera Selatan terdapat pada masyarakat kubu di Desa Pulai Gading, Medak,
Mangsang, Muara Bahar, Dabuk, Muara Merang, Karang Agung semua di Kecamatan
Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin. Di Jambi seperti masyarakat kubu di
Sungai Bahar, Desa Nyogan-Muaro Jambi, Desa Sengkawang di Kabupaten Batanghari.
Ritual besale untuk
ritual pengobatan dilakukan dengan durasi lama, kadang mencapai semalaman.
Orang yang sakit berat diobati dalam ritual besale ikut menari di belakang pawang.
Ada juga yang didudukkan dibawah balai yang digantung. Di Musi Banyuasin saat
menari ada prosesi mandi mayang dimana ada sapuan sejenis daun tumbuhan. Saat
pawang atau kepala adat menari sambil membaca mantra diiringi tabuhan gendang.
Suara riuh redah antara
teriakan dan jeritan mirip tarian masyarakat primitif masa lalu. Kadang hampir seperti
kesurupan. Dalam ritual besale sekarang (2023) masyarakat kubu sudah maju.
Bahkan mereka sudah menjadi Muslim. Ritual besale antara masyarakat kubu
Sumatera Selatan dan Jambi tidak jauh berbeda. Ritual besale merupakan dokumen
hidup dari budaya asli dari nenek moyang (moneng) masyarakat di Sumatera
Selatan.
Untuk pengobatan penyakit
berat dan ringan dapat dilakukan bersamaan dalam ritual pengobatan penyakit
berat. Pengobatan penyakit yang ringan diselah-selah waktu jeda ritual. Lama
ritual selama empat putaran setelah semua balai diturunkan. Punjung yang di
dalam balai-balai nantinya dibagikan pada orang sekitar. Saat penutupan pasien
kembali dimandikan dengan air keramat (ancak keramat). Seorang deman (cenayang)
akan mengeluarkan arwah puyang dari dalam tubuh pasien atau peserta pendukung
ritual besale tadi.
Demikian sedikit informasi tentang tradisi besale pada masyarakat kubu atau masyarakat anak dalam. Tentu dalam informasi ini tidak begitu lengkap. Saran dan krtitik dibutuhkan dalam memperbaiki tulisan ini.
Oleh: Joni Apero
Editor. Alvin
Aretunang, M. Hum
Daftar Baca:
Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Vol. 21 (2) November 2016.
Eddy Ramlan, dkk.
Studi
Budaya Spiritual Masyarakat Kubu di Desa Bukit Lintang, Kecamatan Bayung
Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996/1997. Foto Dock: Hutanhapan.id
Sy. Apero Fublic
Post a Comment