MEMAHAMI: Orang Pintar, Orang Pintar Berilmu dan Orang Bodoh.
Miskin
namun dia mampu hidup dengan norma-norma kemanusiaan merupakan manusia yang pintar.
Dia dapat menghindari narkoba, minuman keras, tidak berzina, menghormati
manusia, menjaga kelestarian lingkungan, beragama sesuai kemampuanya,
bertanggung jawab, dan menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya dengan baik.
Orang demikian ini dinamakan orang yang pintar dan bijaksana sesuai jatidirinya
sebagai masyarakat biasa.
Namun,
ada yang dapat dibedakan antara orang pintar dan orang yang berilmu. Orang
berilmu memiliki kelebihan lain dari manusia sebatas pintar dalam kehidupan. Orang
berilmu lahir dari masyarakat yang pintar demikian. Yang suka belajar dan
mengambil pelajaran dari mana saja untuk meningkatkan pengetahuan hidupanya.
Orang berilmu bukan berarti harus menguasai semua ilmu. Tapi cukup menguasai
secukupnya pengetahuan umum dan satu bidang ilmu yang dia kuasai. Misalnya ilmu
humaniora atau ilmu pertanian yang dapat dia jadikan pegangan dalam usaha dan
perjalanan hidupnya.
Bagaimana
mendapatkan ilmu pengetahuan di dalam hidup kita. Tentu dalam mendapatkan ilmu
kita memerlukan sumber dan guru. Di sekolah dan Perguruan Tinggi sudah cukup
bagi kita mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan. Kemudian dilanjutkan dengan
cara mencari sumber ilmu, pertama buku-buku umum, jurnal penelitian, dan media
massa.
Dengan
membaca kita akan mendapat sumber ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. Membaca
merupakan pelatihan pada otak untuk daya pikir. Sama seperti olahraga yang
melatih daya tahan fisik dan kesehatan organ tubuh. Selanjutnya dengan
observasi dan praktek-praktek. Kadang ada ilmu pengetahuan yang diadakan oleh
pemerintah atau swasta pelatihan-pelatihan. Disanalah kita belajar kembali
untuk terus meningkatkan pengetahuan kita.
Belajar
merupakan proses yang terus menerus. Tradisi belajar demikianlah akan
mengarahkan seseorang pada tahap menjadi seorang yang berilmu. Mendapatkan ilmu
pengetahuan tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang bahkan seumur hidup.
Kehobian belajar demikian perlu ditanamkan sejak masih kecil. Agar kita
mendapatkan hobi yang baik bagi kehidupan.
Kalau
kita menanamkan hobi memelihara burung. Kelak kita akan disibukkan dengan
merawat burung-burung. Kalau kita tidak memiliki kehobian dari masa kecil.
Takutnya semua aktivitas hobi tidak menarik bagi kita lagi. Kemudian masa tua
kita hanya hobi duduk-duduk diemperan, bahkan kadang hobi main perempuan
padahal umur sudah di atas setengah abad.
Orang
berilmu akan mendapatkan pencerahan dalam memandang kehidupan. Dia merasa besar
dan bijaksana dalam kehidupan. Mudah memahami dan memaknai kehidupan sesuai
kemanusiaan. Hadir rasa solidaritas yang tinggi, peduli sosial masyarakat,
mencintai lingkungan dan mencintai keluarganya dari segalanya. Dan hal yang
paling berharga untuk manusia berilmu terutama orang Islam. Dia akan merasakan
manisnya iman dan keteguhan yang kokoh pada Islam.
Masyarakat
yang pintar dalam kehidupan tidak begitu berperan dalam kehidupan. Mereka dalam
dominasi kepemimpinan orang-orang. Beruntung kalau orang yang meminpin mereka
orang berilmu. Kalau tidak pasti malapetaka akan menimpa mereka. Orang pintar
yang tidak berilmu berada pada garis tengah. Tidak banyak hal-hal menarik yang
mereka lakukan. Selain bagaimana makan dan hidup tentram. Sementara manusia
bodoh dan tidak berilmu mereka sepanjang hidupnya tidak memiliki arah hidup.
Tidak
memiliki tujuan dan ketetapan, tidak menyukai aturan dan tidak menghargai
kehidupannya dan kehidupan orang lain. Manusia-manusia bodoh ini suka menentang
dan melawan norma-norma yang berlaku ditengah masyarakatnya dalam artian sesuai
kemanusiaan. Orang-orang bodoh suka berbuat jahat, membunuh karena harta atau
wanita, merusak diri sendiri, menjual kehormatan, menjual barang-barang haram,
serakah dan melakukan kejahatan-kejahatan lainnya yang tidak sebanding dengan
nilai hidupnya.
Itulah tiga garis besar kehidupan masyarakat sekarang. Pertama, manusia pintar namun tidak berilmu dan tidak begitu bermanfaat bagi kehidupan. Kedua, manusia pintar tapi berilmu san sangat bermanfaat bagi kehidupan dunia. Ketiga, manusia bodoh yang terus menerus berbuat kejahatan tanpa berpikir panjang dan tidak sebanding dengan nilai kehidupannya sendiri. Lalu, kamu masuk pada hitungan ke berapa tinggal dirimu sendiri yang menyadarinya.
Oleh.
Dapunta Ahmad Osman
Editor.
Arip Muhtiar, S. Hum
Sy. Apero Fublic
Post a Comment