Mengenal Tanaman Pangan, Sela
Di
Papua ubi jalar dinamakan petatas dan tumbuh subur menjadi makanan pokok
sebagaian masyarakat Papua Pegunungan. Ubi jalar atau sela memiliki nama
berbeda di setiap daerah di Indonesia, misalnya di Jawa dikenal dengan ketela
rambat. Nama latin jenis sela adalah Ipomoea batatas masuk dalam kelas
tanaman dikotil. Orang Jepang menyebutnya shoyo dan orang Inggris sweetpotato.
Sela
mengandung banyak karbohidrat sehingga mengenyangkan dan kandungan mineral
lainnya. Rasanya manis-manis enak dikonsumsi mentah, dibakar, direbus,
digoreng, dijadikan kue bolu, digulai, dijadikan keripik, dijadikan mpek-mpek
gula merah. Konsumsi yang paling nikmat sela dimakan dengan sayur dan lauk
sebagaimana kita mengkonsumsi nasi.
Sela
lebih sering dibudidayakan menggunakan batang dan umbinya. Sela asli masyarakat
ditanam dengan mudah di lahan ladang setelah pembakaran. Secara sendiri sela
tumbuh merambat dan menghasilkan umbi pada akar-akar batangnya. Tanda umbi
terlihat tanah merengkah yang dinamakan masyarakat dengan, ungkap, runju, dan
kadang rengkah. Jenis sela dibedakan menurut warna kulit umbinya dan daunnya.
Umbi sela berwarna kuning, merah muda, putih, dan ungu (ijat raman).
Selain
pemanfaatan konsumsi umbi, daun muda sela dapat dijadikan sayur dan ulam.
Sebelum memasak sayur, sebaikanya daun direbus terlebih dahulu. Begitupun saat
menjadikan ulam makan harus di rebus terlebih dahulu. Rebusan berguna untuk
menghilangkan kagar getah daun dan batang sela. Gulai kua santan, daun rebusnya
dijadikan sayur pecal, atau dicolek sambal pedas asam. Selain itu, daun dan
batang dapat dijadikan pakan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau.
Tanaman
sela mengandung banyak mineral, seperti Vitamin A, Vitamin C, Zat besi, karbohidrat
dan lainnya. Berdasarkan riset yang dilakukan Institut Pertanian Bogor, sela
merah yang berasal dari Papua mengandung senyawa beta karotena yang mampu
menurunkan infeksi HIV/AIDS. Sehingga diusulkan menjadi diet utama penderita
HIV/AIDS, bersama bahan lain. Untuk orang-orang program diet memang baik
menggantikan nasi dengan umbi sela.
Sekarang
bididaya sela sudah sangat maju. Teknik-teknik modern berkembang di
negara-negara maju. Sistem irigasi, sistem taman, sistem panen, pemupukan,
sudah dilakukan secara profesional. Di Indonesia harga sela ditingkat eceran
cukup tinggi antara lima ribu sampai delapan ribu rupiah. Kalu menilai dari
kadar beratnya, harga perkilogram sela terhitung mahal. Terutama sela ungu dan
jenis sela lainnya telah menjadi menu gorengan di tempat penjualan gorengan.
Budidaya
di dalam pot, polibek, dan petak-petak di halaman rumah juga dapat dilakukan.
Penduduk kita banyak percaya kalau daun sela dapat dijadikan obat-obatan
tradisional. Sebagai peringatan; tidak boleh mengkonsumsi daun sela berlebihan
atau terlalu banyak dalam satu kali makan atau berturut-turut. Karena akan
berefeksamping kalau berlebihan, misalnya mual, muntah, hipertensi dan gangguan
ginjal.
Dilansir
dari halosehat.com manfaat mengkonsumsi daun sela. Pertama, mengurangi
risiko penyakit jantung. Kedua, membantu kepadatan tulang. Ketiga, meredahkan
sakit pada saat haid. Keempat, menghentikan pendarahan misalnya ibu hamil habis
melahirkan karena daun ini mengandung Vitamin K. (secukupnya saja, jangan
berlebihan). Kelima, daun ini dapat membantu kesehatan mata. Dari warna daun
yang hijau tentu juga memberikan vitamin sayur hijau (folat, Vitamin B).
Disisi lain masih banyak juga masyarakat yang feodal menganggap makanan umbi sela dan sayur daun sela sebagai makanan rendahan. Mereka lebih suka mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan makanan cepat saji produksi pabrik yang kaya zat kimiah. Sehingga generasi yang gengsi pada makan-makanan sehat itu, melahirkan generasi diabetes, sakit jantung, obesitas, darah tinggi, dan umur pendek.
Disusun:
Tim Redaksi AF
Editor:
Dadang Putra Oktami
Sy.
Apero Fublic
Post a Comment