Punjung Pangades Atau Pendutan
Adat
merupakan hal yang sangat kental pada masyarakat masa lalu. Perlindungan pada
wanita sangat ketat dimana seorang gadis dituntut untuk tetap perawan atau
suci. Begitu juga orang tua ingin anak laki-lakinya mendapatkan istri seorang
gadis perawan. Untuk itulah setelah melakukan malam pertama anak laki-lakinya
ditanyakan oleh ibu atau keluarga perempuannya. Apakah istrinya masih perawan
atau tidak.
Setelah
itu, keluarga mempelai laki-laki akan membuat punjung pangades. Punjung terdiri
dari nasi dalam wadah bakul atau pasu tembikar. Nasi putih dibentuk seperti
gunung disebut runjung. Ayam dimasak tidak dipotong-potong, lingkar kelapa
muda, beberapa butir telur, dan kua santan. Yang menjadi pembeda adalah ketika
di dalam wadah punjung dimasukkan cedok dan sekit. Lalu sekit ditusukkan ke
nasi punjung, kadang nasi dan pembungkus juga diacak-acak.
Sekit
yang ditusukkan ke nasi pertanda kalau mempelai perempuan sudah tidak perawan
atau tidak suci lagi menurut pengakuan mempelai laki-laki. Kalau menurut
pengakuan mempelai laki-laki istrinya masih perawan maka punjung pangades
dibuat rapi dan tidak dimasukkan sekit dan cedok. Sekit kayu bercabang banyak
setiap ruas yang digunakan untuk mengaduk nasi saat menanak nasi masyarakat
zaman dahulu. Cedok sejenis sendok besar terbuat dari kayu kadang dari
tempurung kelapa digunakan untuk mengambil nasi di dalam wadah saat makan.
Saat
mengantar punjung dilakuakn oleh tetua wanita atau jurai tue wanita. Tapi ada
juga pihak keluarga mempelai laki-laki. Kalau mempelai perempuan masih perawan
maka kata-kata baik-baik saja tanpa ada kiasan bermakna buru. Kalau mempelai
perempuan tidak perawan lagi, pemberitahuan dengan sindiran saja. Misalnya, “Hutan
rimbah sudah di tebas atau bambunya sudah dipotong orang.” Kadang tidak ada
kata-kata melainkan hanya basa basi biasa saja. Namun, saat keluarga mempelai
perempuan membuka dan melihat punjung pangades ada sekit tertusuk dan penataan
punjung tidak rapi. Mereka jadi tahu sendiri kalau anak perempuan mereka tidak
suci lagi.
Maksud dari punjung pangades apa bilah baru menikah beberapa hari atau satu dua bulan. Kemudian mempelai laki-laki tiba-tiba anak mereka. Mereka tidak marah dan menerima karena alasan tersebut. Kadang laki-laki juga menerima apa pun keadaan istrinya. Sehingga zaman dahulu hampir tidak pernah terjadi perceraian.
Oleh:
Joni Apero
Editor.
Rama Saputra.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment