HIKAYAT: Halu Oleo (Tolaki)
Entah,
tidak ada sama sekali nafsu makannya. Yang dia sukai hanyalah merangkak di
lantai rumah, seraya melihat kotoran anak-anak di bawah rumah dari celah lantai
rumah. Ada satu yang ingin dia makan, hati anjing hitam. Jika sudah makan hati
anjing hitam, barulah istri Onggabo senang. Mokole pun prihatin, istrinya sudah
kurus sebab berpuluh-puluh hari tidak makan. Menangis menginginkan makan hati
anjing hitam. Mokole adalah gelar seorang raja, sama artinya dengan Baginda
atau tuan.
Setelah
Mokole memberikan perintah, semua budaknya pergi mencari anjing hitam ke
kampung-kampung. Lama mereka mencari, dan tiba di Lolonggowuna. Di sana mereka
menemukan anjing hitam milik seorang pandai besi bernama, Lombalina. Anjing
hitam itu adalah anjing kesayangan Lombalina. Para budak Mokole tanpa meminta
izin langsung menangkap anjing hitam milik Lombalina, lalu membawa pergi.
“Anjing
siapa yang kalian tangkap.” Tanya Raja.
“Hanya
anjing milik petani di Lolonggowuna, dan hanya anjing itu yang dapat kami temui
dan kami dapat.” Jawab salah seorang budak.
“Apakah
kalian memintanya” Tanya Mokole sang Raja.
“Kami
tidak memintanya. Langsung tangkap dan bawa pulang.” Jelas para budak Mokole.
“Pergilah
kembali, dan bilang pada petani itu kalau saya yang meminta anjingnya.”
Perintah Raja.
Anjing
hitam dipotong, hati dikeluarkan. Badan anjing dikubur kedalam tanah dan hati
anjing hitam itu diberikan pada ratu. Ratu tenang untuk beberapa waktu, namun
tidak berapa lama kemudian ratu mulai gusar lagi. Kali ini ratu ingin sekali
menggigit lengan raja. Pekerjaan itulah yang selalu dilakukan oleh ratu, sampai
dia hamil tua. Setelah hamil tua baru berhenti menggigit lengan raja.
Tibalah
saatnya permaisuri merasakan sakit perut karena akan melahirkan. Delapan hari
delapan malam dia merasakan sakit perutnya. Barulah setelah itu bayi lahir
dengan selamat. Saat lahir bayi menggenggam keris di tangannya. Karena lamanya
delapan hari delapan malam ibunya kesakitan dan baru lahir maka anak permaisuri
dinamakan, Halu Oleo.
Setelah
anaknya Halu Oleo sudah besar dan dapat mengenal orang. Permaisuri raja
mengadakan adat mowindahako. Mowindahako adalah suatu tradisi dalam meminang
seseorang dan membayar segala biaya dalam pernikahannya. Permaisuri atau ratu
bermaksud menjodohkan adiknya bernama Weandolo dengan suaminya sang raja,
Mokole. Perjodohan itu, karena permaisuri tidak mau lagi melahirkan anak, sebab
bagaimana menderitanya dia mengandung anaknya Halu Oleo. Adiknya menolak
menikah dengan iparnya, tapi karena didesak terus menerus akhirnya menikah juga
dengan Mokole.
Waktu
berlalu, Mokole dan Weandolo pun mendapatkan anak juga, bernama I Melambu.
Kelak anak itu menjadi raja di Konawe. Halu Oleo pun menginjak remaja sekarang,
dan dia sangat terkenal diantara teman-temannya. Dalam permainan dan
petualangan dia selalu diangkat menjadi pemimpinnya.
Setelah
cukup umur Halu Oleo pun menikah. Saat istrinya sedang hamil Halu Oleo pergi ke
negeri Mekongga. Di perjalanan, dia pun tibalah di Daerah Walio, menemukan
pohon ndaumo yang biasa digunakan untuk membuat perahu. Dia menebangnya, lalu
meminta orang-orang membuatkannya perahu. Perahu itu dia namakan, I
Wasilo-Mata yang bermakna perahu yang sangat cepat. Setelah itu, dia
berlayar menuju Towari, terus berlayar menyuri pantai dan tiba di muara
Sambara. Lalu masuk Sungai Konaweeha, melewati Sanua lalu tiba di Olo-Oloho dan
berlabu di sana. Pelabuhan itu pun dinamakan Rahabangga.
****
Sebagai
seorang anak raja, di Konawe Halu Oleo sangat berkuasa. Suatu hari, Halu Oleo
kembali melakukan perjalanan menuju ke Moronene, membawa istri dan anak
perempuannya bernama I Wesambara. Saat pergi menyusuri Sungai Konawe dan
melalui Sanua atau aliran air terjun tujuh tingkat. Pada waktu
melewati Sanua, perahu mereka terbalik, anak perempuannya ikut terjatuh kedalam
sungai. Akan tetapi Raja I Puri Tahi atau Raja Dasar Laut mengambil anaknya dan
tidak mau lagi menyerahkan pada Halu Oleo. Raja Dasar Laut ingin Wasembara
tinggal di Konawe dan negeri menjadi berkah. Setelah itu, Halu Oleo pun tiba di
Moronene.
Di
sana Halu Oleo menikah lagi, dan mendapat seorang anak. Saat anak sudah pandai
berjalan, dia kembali pergi dan tinggal di negeri bernama To Mokole. Beberapa
waktu kemudian dia pulang ke negeri Muna, tanah kelahirannya. Empat tahun
kemudian dia menggantikan ayahnya menjadi raja negeri Muna. Saat dia memimpin
negeri Muna terjadi peristiwa besar. Negeri Wolio diserang oleh Raja Labolondio
dari negeri Banggai. Raja Negeri Wolio sudah hampir kalah.
Karena
keadaan sudah hampir kalah, maka raja Wolio mengumumkan sayembara ditujukan
pada raja-raja semua negeri. Sayembara berbunyi, “barang siapa dapat
mengalahkan Labolondia, dia akan dinikahkan dengan putri satu-satunya,
sekaligus penggantinya sebagai raja di Wolio.” Berita tersiar, Halu Oleo
akhirnya mengikuti sayembara dan berangkatlah dia menuju negeri Wolio untuk
memerangi Labolondia. Sesampainya di Wolio, berjumpalah Halu Oleo dengan
Labolondio sehingga terjadi perang yang sengit.
Menjelang
pajar, Halu Oleo berhasil mengalahkan pasukan Labolondio sekaligus membunuh
Labolondio. Untuk bukti, dia ingin memenggal kepala Labolondio dan memberikan
pada raja Wolio. Tapi dia urungkan, sebab dia tidak mau disangkah mengejar
tahta dan wanita. Oleh sebab itu, Halu Oleo hanya memotong kemaluan Labolondio,
lalu dia pulang. Sementara raja-raja yang ingin mengikuti sayembara juga
berdatangan dan akhirnya menemukan mayat Labolondia. Setiap raja itu, memotong
bagian tubuh Lobolondio untuk diberikan pada Raja Wolio.
Raja-raja
datang ke istana Raja Wolio, masing-masing memperlihatkan bagian dari potongan
tubuh Lobolondio serta mengaku kalau mereka yang telah membunuhnya. Raja
memperhatikan satu demi satu raja-raja itu. Namun dirinya yakin kalau melihat
keadaan mereka yang santai dan damai itu telah melakukan peperangan besar. Raja
Wolio memperhatikan kalau Halu Oleo raja dari negeri Muna belum hadir. Dia
akhirnya memanggil Halu Oleo, dan beberapa waktu kemudian Halu Oleo pun tiba.
Dia kemudian menyerahkan potongan kemaluan Labolondio pada Raja Wolio.
Bertitahlah
raja, “Kamulah yang sebenarnya yang telah membunuh Labolondio. Sekarang katakan
apa yang kamu inginkan, Halu Oleo.” Tanya raja Walio berulang-ulang. Halu Oleo
diam seribu bahasa, lalu Raja kembali berkata. “Kamulah yang akan menggantikan
saya menjadi raja Walio.”
“Ampun
tuanku, hamba tidak pantas menggantikan tuanku.” Jawab Halu Oleo merendah diri.
“Kamulah
yang akan mempersunting putri saya yang satu-satunya.” Titah raja Walio
kembali.
Halu
Oleo akhirnya menikahi putri Raja Wolio dan menjadi pengganti raja di Wolio.
Raja berpesan agar Halu Oleo harus pandai memerintah orang banyak dan harus
mawas diri. Setelah menjadi raja di Walio dia sering berlayar jauh sampai ke
negeri Morege.
Rewrite: Tim
Apero Fublic
Palembang, 20 April 2021.
Sumber: J.S. Sande., Dkk. Struktur Sastra Lisan Tolaki. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment