RADEN KAMANDAKA (1)
AULAH ISTANAH PAJAJARAN.
APERO
FUBLIC.-
Kota Raja Pajajaran tampak ramai, pedagang antusias melayani pembeli, dan
penduduk dengan semua kepentingannya berlalu lalang. Ada yang berkuda, berkereta
kuda, memikul dagangan dan anak-anak yang bermain. Prajurit selalu berpatroli
menjaga keamanan kota. Tampak megah gapura istanah Pajajaran, puluhan prajurit
berjaga di gapura dan menara pengintai. Istanah di jaga ketat, bahkan seekor
burung pun tak luput dari pengamatan.
Pejabat
tinggi Pajajaran tampak berdatangan satu demi satu. Baik pejabat daerah dan
pusat, menteri negara dan pejabat militer. Rakyat tahu kalau di istana sedang
ada pertemuan besar. Isu akan turun tahtahnya Prabu Siliwangi juga sudah
tersebar. Rakyat tahu pasti raden Banyakcatra akan menjadi penerusnya. Tapi
sang raden putra mahkota belum menikah, masih bujangan. Sehingga rakyat juga
merasa ragu dan belum tahu pasti, pertemuan penting apa.
*****
Prabu
Siliwangi, raja Kerajaan Pajajaran. Kerajaan yang sejahtera, kaya raya, damai
dan tentram. Tanah yang subur dan rakyat yang rajin bercocok tanam. Raja
Siliwangi sangat dicintai dan disegani rakyatnya di bumi Pajajaran. Beliau
memiliki tiga orang putra dan seorang putri. Putra tertua bernama Raden Banyakcatra
dia sudah dewasa.
Anak
kedua bernama Raden Banyakngampar, anak ketiga bernama Raden Banyakblabur dan
putri si bungsu bernama Retna Pamungkas. Raden Banyakcatra dan Banyakngampar lahir
dari permaisuri. Sedangkan Raden Banyakblabur dan Retnapamungkas lahi dari seorang
selir Prabu Siliwangi.
Saat
itu, Prabu Siliwangi telah lanjut usia, putra sudah dewasa maka dia akan melepaskan
tanggung jawab sebagai seorang raja dan ingin hidup sebagai seorang pertapa.
Beliau bermaksud mengangkat Raden Banyakcatra sebagai penerusnya, maka diadakan
musyawarah istana.
*****
Hari
itu, Prabu Siliwangi didampingi permaisuri duduk disinggasana, tampak tiga
putranya, putri Retna Pamungkas, dan hadir seluruh pejabat mentri dan petinggi
kerajaan Pajajaran.
“Semua
pejabat kerajaan, putra-putriku, dan seluruh rakyat Pajajaran hari ini adalah
pertemuan besar dan penting. Wahai ketiga putraku, dengarkan pembicaraan
penting ini dan disaksikan seluruh pejabat istana. Ini penting bagimu
Banyakcatra sebagai anak tertua. Ketahuilah Aku sudah tua, dan bermaksud
melepas semua tanggung jawab negara. Siapa penggantiku tentu kalian semua sudah
mengerti dan tidak perlu dijelaskan lagi.” Kata Prabu Siliwangi dengan
berwibawa.
Mendengar
itu, Raden Banyakcatra dan semuanya mengerti maksud pertemuan penting hari itu.
Dialah yang harus memikul tanggung jawab memimpin negara sebagaimana tradisi
kerajaan yang mewariskan tahta pada anak tertua.
“Ampun
berubu ampun Ramaprabu, titah paduka saya junjung tinggi. Tapi, berkenankah
rama Prabu menundanya beberapa tahun, supaya hamba mempelajari lagi ilmu
pemerintahan.” Kata Raden Banyakcatra. Dia belum menerima untuk saat itu karena
merasa belum pantas memikul tanggung jawab besar itu. Prabu Siliwangi tampak
berpikir sejenak dan berkata lagi.
“Menurutku
kau sudah cukup umur dan cukup menguasai ilmu pemerintahan. Kalau ada
sedikit-sedikit hal yang belum dipahami kau dapat mempelajari seiring waktu. Kalau
kau ingin menunda penobatanmu saat ini tidak mengapa. Sebab memang kau harus
menikah terlebih dahulu. Aku dan ibumu sudah sepakat akan menobatkanmu setelah
kau menikah, maka carilah seorang istri. Banyak gadis cantik dan para putri
tinggal kau pilih.” Kata Prabu Siliwangi.
“Ampun
beribu ampun, Rama Prabu, untuk masalah satu ini hamba belum bisa memenuhinya.
Sebab belum satu pun gadis menarik hati hamba. Sulit menentukan pilihan dalam
waktu dekat untuk mencari gadis yang hamba idamkan. Bukan perkara mudah,
mencari istri sebagai teman hidup dan pendamping hamba memimpin negara. Hambah
ingin mencari seorang istri yang ahklaknya sama seperti akhlak ibunda
permaisuri. Saya bersumpah, kalau hanya menikah dengan wanita yang tidak
berakhlak mulia baiklah saya tidak menikah saja.” Jawab Raden Banykacatra
tegas.
Prabu
Siliwangi yang bijaksana mengerti tentang anak muda. Dia dahulu juga pernah
muda. Sehingga beliau pengertian dan tidak marah sedikitpun walau permintaannya
agar anak sulung segerah menikah ditolak.
“Banyakcatra
anakku, kalau mencari wanita cantik seperti ibundamu atau lebih cantik dari
ibumu itu banyak dan mudah mencarinya. Tapi kalau mencari wanita yang berbudi,
baik, muliah hatinya, perilaku terpuji, setiah, itu sangat sulit sepertinya. Wanita
yang sangat sempurna, cantik wajahnya cantik pula akhlaknya. Kalau kau memang bertekad
mencari seperti apa yang kau pikirkan, saya serahkan pada keputusanmu sendiri. Urusan
ini, saya hanya bisa membantu berdoa pada Dewata untuk mengabulkan apa yang kau
inginkan.” Jawab Prabu Siliwangi.
“Baginda
Rama Prabu, saya belum tahu kemana saya harus mencari istri seperti yang saya
idamkan. Oleh sebab itulah, saya meminta izin untuk pergi mengembara dan doa
restu seluruh keluarga dan kaulah istana.” Pinta Raden Banyakctra.
“Anakku,
apakah sudah kau pikirkan masak-masak keputusanmu ini. Bukan perkara mudah
hidup di luar yang bebas.” Ujar Prabu Siliwangi.
“Sudah,
Rama Prabu.” Jawab Raden Banyakcatra.
Suasana
aulah istanah menjadi hening, para mentri dan pejabat tinggi merasa sedih.
Banyak juga yang menyatakan khawatir dan meminta raden Banyakcatra untuk membatalkan
rencana itu. Sebab dia seorang putra mahkota kerajaan Pajajaran. Begitu juga
Raden Banyakblabur, Raden Banyakngampar dan Putri Retna Pamungkas berkeberatan.
Ibu Permaisuri menangis, sementara Prabu Siliwangi diam-diam juga berat hati.
Namun dai seorang raja yang tidak memperlihatkan kelemahan dan kekhawatiran di
depan rakyatnya.
“Banyakcatra
Putraku, berat rasa hati ini mengizinkan kau pergi. Namun itu sudah menjadi
keputusanmu sendiri. Sebagai bekalmu, bawalah jimat Tampek Wasiat pemberian kakekmu,
Prabu Anggalarang.” Kata Prabu Siliwangi. Raden Banyakcatra kemudian
menghampiri Prabu Siliwangi dan menerima jimat sakti Tampek Wasiat.
“Ramanda,
perkenankan saya berangkat hari ini.” Ujarnya, lalu Prabu Siliwangi memberikan
restunya, kemudian dia menghadap Ibu Permaisuri yang sudah menangis sedih.
“Ibu,
saya mohon doa restu.” Ujar Banyakcatra sambil mencium tangan sang ibu.
“Berangkatlah anakku, semoga Dewata selalu menjaga dan melindungimu serta mengabulkan keinginanmu. Hati-hati dalam perjalanan, selalu waspada dan pulang secepatnya.” Ujar ibu Raden Banyakcatra sambil menangis dan tersendat-sendat. Saat Raden banyakcatra menemui tiga adiknya, tampak dari mata mereka tidak mengizinkan dan seolah tidak percaya. Tapi Raden Banyakcatra segerah mengalihkan pembicaraan, dia pamit dan memeluk adik-adiknya dengan erat.
Para Pejabat istanah mencoba mencegah tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Raden Banyakcatra berjanji akan kembali secepatnya dan meminta pejabat istana tidak khawatir. Tetap membantu Prabu Siliwangi dalam tugas pemerintahan. Rakyat pun mengetahui dan mereka bersedih, banyak yang berkumpul di gerbang istana meminta sang Raden kemabali dan membatalkan pengembaraanya. Raden Banyakcatra dengan cara menyamar pergi dari istanah.
Bersambung (Part 2): Raden Banyakcatra Berkelana.
Sumber: Radjiati, BA. Raden Kamandaka (Cerita Rakyat Dari Banyumas: Jawa Tengah). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sy.
Apero Fublic
Post a Comment