RADEN KAMANDAKA: Padepokan Ki Hajar Wirongrang (2)
“Hai
Banyakcatra sudah cukup samadimu, pergilah ke gunung Tungkeban. Disana kau akan
menemui seorang Brahmana yang sangat bijaksana dan sakti, bernama Ki Hajarwirongrang.
Datanglah, dan meminta nasihat pada beliau.” Ujar suara itu, menggiang di
telinganya.
Raden
Banyakcatra memutuskan ke daerah gunung Tungkeban. Dia berjalan perlahan sambil
menikmati indahnya alam. Berhari-hari perjalanan dia lewati dengan semangat.
Sampai akhirnya dia menemui pemukiman manusia terletak di atas sebuah bukit dengan
pemandangan yang indah. Dia mendangi tempat tinggal orang itu dengan penuh
tanda tanya.
*****
Sementara
itu, di halaman rumah seperti istanah dan dikelilingi taman indah seorang
Brahmana sedang memberikan pelajaran ilmu pengetahuan pada murid, abdi, dan
semua yang tinggal di sana. Laki-laki tua itu tiba-tiba merasakan ada sesuatu.
Dari kekuatan kesaktiannya dia pun tahu kalau akan kehadiran tamu yang
istimewah, seorang putra raja. Lalu dia memerintahnya abdinya untuk menyiapkan
jamuan makan yang mewah. Sementara dia berjalan menuruni kaki bukit untuk
menjemput tamu istimewa itu.
Laki-laki
tua itu akhirnya berjumpa seorang pemuda yang berpenampilan biasa, seperti
pemuda umumnya zaman itu. Tampak si pemuda menghentikan langkah dan menepi, dia
pikir si kakek akan lewat. Dia sebagai anak mudah haruslah menghormati orang
tua. Walau seorang putra raja, tapi dia dalam posisi menyamar. Tapi apa yang
terjadi diluar dugaan si pemuda.
Kakek
tua itu tiba di dekat si pemuda, lalu dia langsung berlutut dan memberikan
sembah hormat sebagaimana seorang rakyat pada rajanya. Pemuda itu terkejut,
bagaimana si kakek mengenalidirinya dan tahu pula namanya. Akhirnya pemuda itu meminta
si kakek belaku biasa saja dan si pemuda pun memberi hormat, mencium tangan si
kakek. Keduanya berbincang-bincang dan saling memberi tahu nama masing-masing. Raden
Banyakcatra dan Brahmana Ki Hajarwirongrang akhirnya melangka bersama menuju
padepokan brahmana itu di atas bukit. Sesampai di pedapokan Raden Banyakcatra
di temani Resi Ki Hajarwirongrang menyantap makanan lezat. Setelah itu, baru
kembali berbincang-bincang.
“Hambah
kira kakek Resi sudah mengetahui tujuan pengembaraan saya, dan akhrinya sampai
di sini. Jadi saya tidak perlu menjelaskan lagi. Saya mengharapkan nasihat dari
kakek resi.” Ujar Raden Banyakcatra dalam perbincangan mereka pada Ki
Hajarwirongrang.
“Benar
Raden, namun walau begitu sebagai manusia biasa saya tidak boleh mendahului
kehendak sang Dewata. Jadi Raden tetap harus mengatakannya. Sebab itulah kodrat
manusia, harus melakukan usaha-usaha dalam mencapai tujuannya walau dewata
sudah tahu manusia sudah berdoa meminta pertolongan padanya.” Jelas Resi Ki Hajarwirongrang
pada Redan Banyakcatra, sang raden mengerti dan dia mengungkapkan semua maksud
dan tujuannya sampai dia harus mengembara seperti itu.
Dia
menceritakan dari awal saat dia diminta menikah sebab harus menggantikan Prabu
Siliwangi sebagai raja Pajajaran. Tapi dia ingin menikahi gadis yang memiliki
ahklak yang muliah dan terdidik sama seperti sang ibu permaisuri. Sebab
memimpin kerajaan bukan hal yang mudah, maka dia memerlukan pendamping hidup
yang dapat dia ajak berbicara paling tidak meringankan bebannya. Bukan seorang
istri yang hanya tahu kemanjahan dan kemewahan dan juga tahta istana.
“Raden,
di kerajaan kita Pajajaran raden tidak akan menemukannya. Tapi saya memiliki
saran, pergilah ke arah timur dan sampai ke Kadipaten Pasirluhur. Disana, semoga
apa yang raden cari akan berjumpa.” Ujar Ki Hajarwirongrang.
“Baiklah,
kalau demikian kakek resi.” Jawab Raden Banyakcatra.
“Dalam
perjalanan dan perjuangan ini, kau akan menemui banyak kesulitan, rintangan dan
halangan yang luar biasa. Tapi kau harus kuat dan terus berjuang.” Nasihat Ki
Hajarwirongrang.
Mendapat
petunjuk dari brahmana sakti itu, Raden Banyakcatra begitu gembira. Dia merasa
legah dan perjalanannya mempunyai tujuan sekarang, Kerajaan Pasirluhur. Entah
apa yang akan dia temui di sana. Mungkin ada seorang gadis yang dapat dia
persunting di sana, tapi siapa, entahlah. Yang penting dia harus ke sana dan
mencari gadis itu. Keesokan harinya, Raden Banyakcatra berangkat ke arah timur
menuju Kadipaten Pasirluhur. Ki Hajarwirongrang bersama murid dan para abdinya
melepas kepergian Raden Banyakcatra. Semua memberi sujut sembah sebagai
penghormatan pada calon raja mereka. Sesuai petunjuk Ki Hajarwirongrang Raden
Banyakcatra menuju sungai Serayu agar cepat sampai di Kadipaten Pasirluhur
menggunakan rakit bambu.
*****
Kadipaten Pasirluhur dipimpin seraong adipati bernama Prabu Kandadaha yang memiliki dua puluh lima
orang putri. Dua puluh empat putrinya sudah menikah, tinggal seorang Putri Bungsu yang masih gadis bernama Putri Dewi Ciptarasa. Putri Ciptarasa
berwajah sangat cantik, berkulit putih dan berambut hitam lebat. Selalu wangi karena
mandi dengan air bunga setiap hari. Bukan hanya cantik wajah, tapi dia juga
gadis berpendidikan dan berahklak mulia. Kabar kemuliaan Putri Ciptarasa
tersebar ke seluruh Kadipaten Pasirluhur. Semua rakyatnya mengetahui dan mengenal
putri yang baik itu. Kemudian, perlahan kabar tentang Putri Dewi Ciptarasa
mulai tersebar ke daerah lain. Termasuk mulai menyebar di Pajajaran sebagaimana
di ketahui oleh brahmana hindhu, Resi Ki Hajarwirongrang.
*****
Bersambung ke Part 3.
Dituturkan oleh, Radjiati, BA. Redan Kamandaka: Cerita Rakyat Dari Daerah Banyumas, Jawa Tengah). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment