e-Antologi puisi Kabar Dari Langit
APERO
FUBLIC.- e-Antologi
puisi Kabar Dari Langit ini ditulis oleh dua orang penyair yaitu, Djamil
Soeherman dan Mohammad Diponegoro. Di terbitkan oleh Penerbit Pustaka di
Bandung pada tahun 1988 Masehi atau 1408 Hijriyah.
Di
dalam e-Antologi Puisi ini hanya di muat puisi-puisi karya Djamil Soeherman.
Berjumlah sepuluh buah puisi. Tema puisi ini adalah Al-Qur'an dimana
puisi-puisinya adalah rujukan pada ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga dapat di
kategorikan sebagai sastra keislaman.
AIR KENTAL
Bacalah
atas nama Tuhanmu Mahapenitah.
Menitahkan
manusia dari air tumpah.
Bacalah
dan agungkan nama-Nya.
Yang
dengan pena mengajarkanmu.
Mengajar
manusia apa yang tak tahu.
Sebenarnyalah
manusia itu pemurka.
Kala
merasa dirinya telah berharga.
Ingat
sebenarnya mereka akan kembali pada Tuhannya.
Betapa
jika kaulihat seseorang pencela
Seorang
sedang berpuja.
Betapa
jika ia tergolong pembela.
Atau
yang selalu anjurkan takwa.
Betapa
jika kautahu ia sebenarnya pendusta.
Tidakkah
ia tahu Tuhan selalu melihatnya.
Ingat
jika tak juga sudah akan Kutetak ubunnya.
Ubun
sipendusta dan sipelagak.
Dan
tampillah siapa mau menentangnya.
Niscaya
Kuhadapkan pencoleng-pencoleng neraka.
Ingat
jangan sekali mengekor mereka.
-Tapi
sujudlah dan mendekat ke sisi-Ku.
(Al-‘Alaq).
KEJORA
MALAM
Demi
langit dan kejora malam.
tahukah
kau apa kejora malam.
ialah
sebuah bintang paling cemerlang.
kalaupun
tiap yang bernafas ada penunggunya.
baiklah
manusia berpikir dari apa ia diciptakan-Nya.
manusia
diciptakan dari airlata.
yang
keluar dari sela iga dan tulang dada.
sungguh
tuhan kuasa bangkitkan dari matinya.
pada
hari segala rahasia akan terbuka.
sedang
mereka tak berdaya tak berpembela.
Demi
langit yang mengucurkan hujan.
dan
demi bumi yang ‘numbuhkan tanaman.
sungguh
Qur’an perkataan benar.
sekali
bukan omongan kelakar.
Sebenarnyalah
mereka sengaja mempermainkan.
tapi
Akupun akan juga mempermainkan.
tapi
Akupun akan juga mempermainkan.
baiklah
biarkan kafir-kafir itu biarkan.
(Ath-Thariq).
PEMBUKA
Atas
nama Allah Mahapenyayang pawlaswara.
segala
puji bagi Allah Tuhan semesta.
Mahapenyayayang
pawlaswara.
raja
kiamat kubra.
kepada-Mu-lah
kami merata.
tunjukkan
kami jalan merata.
jalan
di mana telah kaunikmatkan pada mereka.
tanpa
para pengecut dan pendurhaka.
(Al-Fatihah).
MATAHARI
Demi
matahari dan rembangnya.
demi
bulan yang menggiringnya.
demi
siang kala lingsirnya.
demi
malam yang menutupnya.
demi
langit dan penegaknya.
demi
bumi dan penghamparnya.
demi
sukma dan peniupnya.
maka
diilhamkan-Nya perasaan buruk dan baiknya.
betapa
bahagia yang bersih jiwanya.
betapa
malang yang menodainya.
telah
berdusta kaum Samud dengan durhakanya.
ketika
tampil seorang celaka di antaranya.
berkata
Rasul: jangan ganggu onta Tuhan dan minumannya.
tapi
mereka ‘nentang dan ‘nyembelihnya.
karenanya
Tuhan hukum mereka sebab dosanya.
dan
ia tak sekali takut akibatnya.
(Asy-Syams).
KUDA-KUDA PENYERBU
Demi
kuda-kuda penyerbu terengah napasnya.
yang
meletupkan api pada tapaknya.
yang
menyerang di pagi buta.
yang
mengamburkan debu ke udara.
lantas
merompakkan segala.
sesungguhnya
manusia berpaling dari-Nya.
sedang
ia tahu apa artinya.
begitu
kikir karena cintai hartanya.
tidakkah
ia tahu bila apapun dibangkit dari kubur.
akan
diperiksa isi hati sekujur.
di
hari itu segala amal akan dilebur.
(Al-‘Adiyat).
REMBANG PAGI
Demi
rembang pagi.
dan
demi malam sedang sunyi.
tidak
sekali Tuhan meninggalkanmu.
tidak
pula membencimu.
sebenarnyalah
akhirat lebih baik bagimu.
akan
diberikan pahala untukmu.
bukankah
kau siyatim yang Kupelihara.
tidakkah
sisesat Kuberi harta.
karenanya
jangan yatim keubentak.
jangan
sipengemis kausentak.
myatakan
nikmat Tuhan pada khalayak.
(Adh-Dhuha).
HURU-HARA
Sampaikah
padamu kabar huru-hara.
di
hari itu banyak wajah berduka.
segala
usaha jadi bersia.
terjerumus
mereka di api nyala.
meminum
sumber api membara.
tiada
makanan selain kayuan berduri.
tak
mengenyangkan lapar dan dahaga.
di
hari itu pula banyak wajah bersuka.
karena
berhasilnya segala usaha.
tinggal
mereka di sorga bertahtah.
tak
terdengar di sana omongan dusta.
mengalir
di bawah sungai berwarna.
ranjang-ranjang
tersusun dengan rapinya.
berdentang
gelas-gelas di atas meja.
melela
bantal-bantal dan gulingnya.
dan
permadani terhampar di kelilingnya.
tidakkah
mereka lihat betapa unta diciptakan.
betapa
langit ditegakkan.
betapa
gunung-gunung di tancapkan.
dan
betapa bumi dibentangkan.
karenanya
peringatkan! o, kau sijuru pengingat.
sekali-kali
bukan kau pengikat.
siapapun
berpaling dan ingkar.
allah
menyiksanya dengan azab besar.
sesungguhnya
kepada Kami mereka kembali.
dan
kami akan memperhitungkan sekali.
(Al-Ghasyiyah).
YANG
MAHARAHMAN
Yang
maharahman
telah
mengajarkan Qur’an.
menitahkan
insan.
menjelaskan
perkataan.
beredar
matahari bulan dengan aturan.
rumput
kekayuan tunduk pada Tuhan.
ditinggikan
langit diletakkan neraca keadilan.
biar
kamu tak curang dalam timbangan.
tegakkan
keadilan jangan kamu susutkan takaran.
dijadikan
bumi bagi manusia dan binatang.
atasnya
tumbuh buah dan kurma berseludang.
juga
bijian berbatang dan buah haruman.
nikmat
Tuhan manakah kalian dustakan?
ia
jadikan manusia dari bagai tembikar.
dan
jadikan jin dari api pembakar.
nikmat
Tuhan manakah kalian dustakan?
dialah
Tuhan pengatur timur dan barat yang kembar.
nikmat
Tuhan manakah kalian dustakan?
dialirkannya
dua lautan bertemulah asin dan tawar.
berdinding
antaranya hingga terpencar
nikmat
Tuhan manakah yang kalian dustakan?
dari
keduanya terjelmalah mutiara dan merjan.
nikmat
Tuhan manakah kalian dustakan?
(Ar-Rahman,
1-23).
GONE
(Kepada adikku, Tien)
Melati kecil
sekuntum mungil
kusanjung kupuja-puja.
kukenang kusentuh sayang.
tapi apa k'mudian?
belum kering bibir dikinang.
hanya berbekas dikau 'lah hilang.
(Senja, 1952).
TITIK
BINTIK
Demi air yang
menitik.
bintik debu yang meramu.
jadikanlah arungan samudera jauh bertasik.
hamparan tanah indah bermadu.
Demi perilaku penuh bumi.
kata mesra dari cinta.
jadilah riau kehijauan bumi.
seperti silau kebiruan udara.
(Dari Spanish-poems, Budaya, 1953).
Oleh.
Djamil Soeherman.
Rewrite.
Apero Fublic.
Editor.
Redaksi Apero Fublic
Sumber:
Djamil Soeherman dan Mohammad Diponegoro. Kabar Dari Langit. Bandung: Pustaka,
1988. (1408 H).
Sy.
Apero Fublic
Post a Comment