Perjuangan Kapten A. Rivai Pada Perang Lima Hari Lima Malam Kota Palembang
APERO FUBLIC.- Kapten A. Rivai
merupakan salah satu pejuang kemerdekaan di kota Palembang atau bisa dikatakan
sebagai pahlawan lokal dari kota Palembang, namanya diabadikan sebagai nama
jalan di kota Palembang sebagai bentuk penghormatan kepada beliau yang gugur di
pertempuran lima hari lima malam, kita kenal sebagai nama jalan A. Rivai, tepat
berada di jalan depan kantor Gubernur Sumatera Selatan.
Mengutip dari tulisan Suhaimisai dalam catatan buku
nya tentang menguak perjuangan rakyat Semendawai kabupaten Oku Timur,
menjelaskan bahwa A. Rivai merupakan anak dari pangeran Harun dari desa Cempaka
kabupaten Oku Timur. Sama seperti Dedi Irwanto (sejarawan Universitas
Sriwijaya), menjelaskan bahwa Kapten A. Rivai merupakan anak pesirah marga
Semendawai Suku II, anak dari pangeran Harun yang berasal dari desa Cempaka
atau dalam Bahasa Belanda nya Onderafdeeling Komering Oeloe.
Secara riwayat pendidikan Dedi Irwanto juga menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul A. Rivai bukan sebatas nama jalan, menyatakan bahwa A. Rivai sekolah di HIS Palembang (sekarang SMP N 1 Palembang) dan lanjut pada penddikan MULO tahun 1938-141 setingkat SMA pada masa Belanda. Sebagai anak pesirah, A. Rivai mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolah di Gyu Gun Kamboe yaitu pendidikan Pembela Tanah Air untuk wilayah Sumatera, pada tahun 1943, pasca sekolah di Gyu Gun Kamboe, A. Riva’I ditempatkan di kantor militer Jepang (Dai Ichi Shotaitjo), sampai masa kemerdekaan.
Para Alumni Gyu Gun, selanjutnya membentuk Badan Pembantu Keamanan Rakyat (BPKR) pada tahun 1945, markas BPKR Palembang berada di Gedung Methodist jalan Tenkuruk, kemudian BPKR berubah menjadi BKR (badan keamanan rakyat), yang di pimpin oleh Gyui Syoi Hasan Kasim dan Gyui Syoi A. Rivai menjadi kepala divisi keamanan BKR Palembang. Dalam perkembangan selanjutnya BKR berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan menjadi sub komandemen Sumatera Selatan (Subkoss). A. Rivai dinaikkan pangkatnya menjadi letnan satu, menjadi wakil brigade garuda merah pertempuran (BGMP) Subkoss sebagai wakil komando dan bertanggung jawab pada keamanan bgmp subkoss dalam pertempuran lima hari lima malam.
Sebelum perang lima hari lima malam, ada beberapa
insiden pertempuran kecil yang terjadi, sebagai penyebab berlangsungnya
pertempuan lima hari lima malam. Mengutip catatan dari Suhaimisai, salah satu
perjuangan A. Rivai pada tanggal 28 Desember 1946 lebih kurang jam 21.30, pihak
Belanda melanggar garis damarkasi yang ditentukan dengan melepaskan tembakan
secara membabi buta menyebabkan pertempuran selama kurang lebih delapan jam di
kota Palembang. Lettu A. Rivai terkena tembakan Belanda, ketika beliau
memeriksa pasukan yang berkontak senjata dengan sepeda motor menuju medan
pertempuran, (lokasi sekarang sekitar Rumah Sakit Charitas).
Ketika pertempuran lima hari lima malam berlangsung pada tanggal 2 januari 1947, Lettu A. Rivai dengan kondisi masih sakit oleh luka tembak di bahu nya, tak tega untuk berdiam diri melihat rakyat dan pasukannya bertempur melawan Belanda, Lettu A. Rivai dengan bekal senapan mesin kaliber 12,7 mm turun ke medan pertempuran dengan kondisi sakit dan terluka.
Saat itu pertempuran dahsyat terjadi bersama pasukannya, Lettu A. Rivai
memimpin langsung digaris depan, membordir menyerang kapal Belanda di tengah
pengairan sungai musi, namun ketika perang berkecamuk hebat di sungai jeruju,
sebuah ledakan yang ditembakan Belanda, tepat meledak dekat Lettu A. Rivai.
Beliau jatuh ke sungai dan jasadnya baru ditemukan besok hari mengapung di
Sungai Musi dekat pipa kilang minyak Stanvac Plaju. Beliau gugur pada hari ke
dua di medan pertempuran wafat sebagai kesuma bangsa, pangkat beliau dinaikkan
satu tingkat dari Lettu ke Kapten A. Rivai.
Sebagai generasi pewaris kemerdekaan,
sepatutnya kita untuk meniru semangat perjuangan para tokoh pejuang kemerdekaan
baik tokoh Nasional atau tokoh lokal, seperti A. Rivai, dengan kondisi fisik
yang terluka, tapi semangat juang nya sangat besar untuk harkat martabat negeri
nya untuk kemerdekaan Indonesia, semangat seperti inilah yang patut kita
teladani, kita ikuti jejak perjuangannya yaitu sikap semangat cinta tanah air pantang
meyerah dan rela berkorban demi kebaikan, untuk kebermanfaatan dan keselamatan
rakyat lemah serta terjagannya
keberlangsungan kehidupan generasi bangsa.
Oleh: Vixkri Mubaroq, S. Hum
(Guru SD IT Bina Ilmi Palembang). (Foto dok:Sripoku.com)
Editor. Arip Muhtiar, S. Hum
Sy. Apero Fublic
Post a Comment