Pesan Rahasia Burung Bulbul (Asia Tengah)
Saudagar
kaya itu sudah tua sekarang. Namun dia dan istrinya tidak mendapatkan seorang
anak pun. Meskipun mereka selalu berdoa setiap hari untuk mendapatkan seorang
anak. Cerita si pedagang kepada teman-teman yang dia temui di jalanan.
Setiap
bulan dia melakukan perjalanan ke kota-kota yang jauh dari rumahnya. Dia
membeli karpet dari Persia. Sutra dari Cina dan mantel satin dari Turki.
Kemudian dia jual di tokohnya. Orang datang dari daerah jauh atau negeri-negeri
jauh untuk membeli daganganya. Selan bahan yang terjami kualitasnya. Dia juga
di kenal sebaga seorang pedagang yang baik dan jujur.
Pada
setiap perjalanan dia selalu membeli sesuatu untuk hadiah istri. Suatu hari,
Dia membeli seekor burung Bulbul yang tinggal di kandang perak. Itu adalah
kandang burung paling megah d dunia. Atap terbuat dari lempengan perak dan
lantai kandang dilapisi dengan emas.
"Ini
adalah hadiah terindah untukmu, istriku. Katanya. Tidak ada kandang burung yang
lebih indah dari kandang burung kita. Aku rasa akan baik untuk burung, nyaman
dan bahagia.” Jelasnya. Pedagang dan istrinya mengangkat burung Bulbul itu
menjadi anak mereka. Seorang pelayan khusus untuk mengurusi kebersihan kandang,
air minum dan makan dua kali sehari. Kandang pun dijaga tetap bersih.
Burung Bulbul itu bernyanyi merdu itu sepanjang hari. Sepertinya
dia tidak peduli pada dunia.
"Lihatlah, kehidupan
Bulbul ini di rumah kita lebih baik daripada kehidupan pembantu
kita, orang India.” Kata pedagang kepada istrinya satu
hari.
"Memang benar
suamiku. Burung itu dirawat dengan baik dan kita dapat
melihat betapa bahagianya. Dia bernyanyi dengan gembira setiap hari.”
Jawab istri pedagang itu sambil tersenyum.
Burung
Bulbul di dalam sangkar perak mendengar pembicaraan keduanya. Mendengar
perkataan suami istri itu. Burung Bulbul itu menjadi sedih. Dia berpikir
apapun kandang dan kehidupan di rumah saudagar kaya itu. Baginya adalah
kebebasanlah yang membuat dia bahagia. Suatu hari pedagang
itu berkata-kata pada burung peliharaannya.
"Kau
pasti bahagia dan senang tinggal dirumahku. Kau sudah Aku anggap seperti anakku
sendiri.” Ujar si Pedagang kaya.
“Tuan, Anda orang
yang paling dermawan di dunia. Bagaimana mungkin Aku
tidak bahagia di rumah yang indah seperti ini.” Jawab
Bulbul, mendengar itu, membuat pedagang senang dan
bahagia. Burung Bulbul telah mengambil tempat dihatinya.
Seperti kerinduan pada seorang anak yang tidak pernah ada. Suatu
hari, pedagang kaya raya itu memberitahukan bahwa dia
harus pergi kembali. Untuk sebuah perjalanan dagang yang
lama ke luar negeri.
"Saya pernah
mendengar bahwa ada permata langka di
sana. Saya ingin membeli beberapa untuk toko kita.”
Katanya kepada istrinya. Sehingga persiapan perbekalan
dibuat untuk perjalanan yang akan memakan waktu beberapa
minggu.
Sebelum
berangkat pedagang memberi makan burung Bulbul
kesayangannya. Sang burung berkata. "Tuan, bawalah Aku pergi
bersama denganmu. Karena Anda akan pergi ke tanah kelahiran
saya. Saya meninggalkannya ketika Aku masih sangat kecil. Ketika
seorang menangkapku, lalu menjualku pada seorang pedagang. Saudagar kaya
itu menggeleng. Baginya, burung Bulbul dan Istrinya adalah hal yang sangat
berharga dalam hidupnya.
"Istri
saya akan merindukanmu. Selain itu, perjalanan akan memakan waktu
berminggu-minggu. Bagaimana jika nanti engkau jatuh sakit dan meninggal. Istriku
tidak akan pernah memaafkan.” Jawab saudagar kaya itu. Burung Bulbul
menundukkan kepalanya dan dia tidak dapat berkata apa-apa lagi. Hari
berikutnya, pedagang sudah siap untuk mengadakan perjalanan jauh itu. Dia
melihat betapa sedihnya burung bulbul.
"Ceritakan
apa yang ingin engkau dengar dari daerah tanah kelahiranmu sebagai oleh-oleh
untukmu.” Tanya pedagang pada burung Bulbul.
"Tuan,
Anda selalu memperlakukan saya dengan baik. Tidak ada yang saya inginkan. Tapi
aku butuh bantuan tuan. Aku memiliki banyak saudara-saudara yang hidup di kebun
delima. Tolong temui mereka dan beritahu mereka bahwa saya mengirim kabar saya
baik-baik saja. Beritahu juga bahwa saya memiliki seorang Tuan yang sangat
baik.” Kata si burung Bulbul.
"Tentu,
aku akan menyampaikannya. Aku juga akan memberitahu mereka betapa indah rumah
tempat tinggalmu. Serta betapa bahagianya kau tinggal di sini.” Kata saudagar
itu seraya tersenyum.
Setelah berminggu-minggu, pedagang tiba di ibu kota tujuan. Dia menghabiskan
beberapa waktu melakukan bisnis yang membeli barang untuk keperluan toko
miliknya. Sehari sebelum Dia pulang. Tiba-tiba teringat janjinya pada burung Bulbul
peliharaannya.
"Kau
tahu dimana kebun Delima.” Tanyanya pada seorang penjaga penginapan.
Penjaga penginapan memberitahu sebuah arah jalan. Agar saudagar terus saja
berjalan terlebih dahulu. Pedagang itu, berjalan untuk beberapa waktu. Karena
hari yang panas. Dia berhenti untuk beristirahat beberapa saat. Melihat seorang
yang menjual minuman segar. Lalu membeli segelas minuman rasa buah yang dingin
dan meminumnya dengan tergesa-gesa karena haus.
"Beritahu Aku,
di mana kebun Delima. Tempat burung Bulbul banyak tinggal.” Tanyanya.
"Tepat di
balik gerbang yang berdiri di belakang itu.” Kata pria penjual minuman itu. Dia
menunjuk ke arah gerbang besi di belakang mereka duduk. Saudagar mengucapkan
terima kasih dan bergegas melintasi jalanan. Waktu sudah hampir soreh.
Saudagar
membuka pintu gerbang dan masuk. Ada tempat tidur penuh
bunga harum. Buah-buahan menggantung di dahan pepohonan.
Terdapat semua jenis buah. Pada setiap pohon dan pada
setiap cabang ada burung Bulbul. Suasana ramai oleh nyanyian
burung Bulbul yang bernyanyi dengan riang.
Seekor burung Bulbul terbang dari pohon ke pohon.
Datang mendekat dan sangat dekat untuk menyapa pedagang itu.
Begitu manisnya burung itu bernyanyi. Itu biasa karena begitu
juga dengan burung Bulbul di rumahnya. Tapi tak sebanding dengan
kemewahan burung Bulbul peliharaanya. Kata si saudagar itu berkata-kata pada
dirinya.
"Maaf, Aku
ingin menyampaikan pesan dari saudara Anda yang
tinggal di sangkar indah. Terbuat dari kandang perak di
rumah saya. Saya dan istri saya sangat mencintainya. Seorang
pelayan khusus mengurus hidupnya. Bahkan saya
pikir keadaannya disana lebih baik daripada keadaan kalian di
sini. Karena dia mendapat perawatan dan perhatian besar dari kami.”
Kata Saudagar itu. "Itulah pesan dari saudaramu.” Dia melanjutkan.
Burung
Bulbul yang menyambut dan mendengar kata-kata saudagar itu, diam
saja. Tapi kemudian tiba-tiba tubuhnya terjatuh ke tanah. Seakan-akan ada yang
memukul atau membuat dia terluka. Tubuh burung Bulbul yang terjatuh tampak
terbaring di tanah. Dia seolah-olah sudah mati.
Sayapnya membentang. Kemudian paruhnya terbuka lebar, dan
tubuhnya tidak bergerak. Pedagang itu merasa aneh, dan sangat
terkejut.
"Oh, sayangnya, saya
rasa dia kaget mendengar tentang saudaranya.” Pikir Saudagar itu.
Kemudian dia mengangkat tubuh burung bulbul yang mirip mati mendadak
itu. Lalu si saudagar meletakkan tubuhnya di atas tumpukan semak-semak.
Sesungguhnya burung Bulbul itu tidak mati. Setelah pedagang itu berdiri. Burung
bulbul itu kembali terbang dari pohon ke pohon lainnya
sambil bernyanyi riang.
"Akan
Aku ceritakan pada saudaramu dirumah.” Katanya. Tapi burung bulbul
itu masih tidak menjawab. Tidak lama kemudian dia terbang
menjauh bernyanyi gembira. Bingung, saudagar
itu meninggalkan Taman Delima.
Ketika saudagar
kaya itu kembali ke rumah. Dia mendatangi sangkar burung Bulbul peliharaannya
untuk melihat keadaan burung Bulbul di dalam sangkar perak miliknya.
"Tuan
Anda sudah pulang. Apakah kau sampaikan dan ceritakan tentang saya pada
keluarga saya. Bagaimana keadaan mereka.”
Tanya burung bersemangat.
"Saya menceritakan
kepada semua kerabatmu tentang kehidupan engkau yang mewah di
sini. Tetapi salah satu saudara Anda berperilaku
sangat aneh.” Kata pedagang.
"Mengapa, apa yang saudara
saya katakan.” Tanya burung bulbul ingin tahu.
"Dia
tidak mengatakan apa-apa. Ketika saya mengatakan betapa senang
hidup Anda berada di sini. Sangkar kamu dari perak
dan engkau suka di dalamnya. Tidak perlu repot mengurus sangkar dan
mereka mendengarkan semuanya. Kemudian seorang saudaramu
berbuat berpura-pura mati. Dia
jatuh, dengan membentangkan sayapnya. Aku pikir dia sudah mati,
lalu aku baringkan dia di semak-semak. Tidak lama setelah itu. Dia
kembali terbang dan bernyanyi dengan riang. Dia
berperilaku paling kurang ajar. Dia bahkan tidak bertanya bagaimana keadaan Anda.”
Cerita si pedagang dengan kesal dan marah karena merasa ditipu
saudara burung Bulbul saat dia berada di kebun Delima. Burung Bulbul mendengar semua cerita
itu. Diam-diam dia mengetahui suatu rahasia. Kemudian
dia berpikir panjang.
Karena
mendengar cerita itu, membuat burung Bulbul itu sangat sedih dan tidak mau makan dan minum.
Dua hari kemudian, ketika pelayan datang untuk memberi
makan. Pelayan menemukan burung tergeletak di lantai
sangkar bagian bawah sangkar. Paruhnya terbuka
lebar dan sayapnya menyebar. Rupanya burung Bulbul telah mati
karena tidak mau makan dan minum.
Ketika
saudagar dan istrinya diberitahu. Mereka bergegas ke
sangkar burung kesayangan mereka. Mencoba segala cara untuk membuat burung
itu hidup kembali. Air dituangkan ke
dalam paruh burung tapi menetes keluar di sisi
mulutnya. Dengan lembut saudagar
itu meletakkan tubuh burung bulbul di bawah sinar matahari.
Menurutnya sinar matahari yang
hangat akan memberikan kehidupan. Tapi tetap saja burung Bulbul terbaring
tidak bergerak tanpa nyawa. Istri pedagang mulai menangis.
"Kehidupan
burung Bulbul telah memberi kita kebahagiaan selama
berbulan-bulan. Terdengar nyanyiannya yang lembut dan merdu disetiap
hari. Aku sangat sedih bahwa Dia telah meninggal kita.” Katanya
sambil menangis.
Di
sore harinya, pelayan mengambil tubuh burung Bulbul itu. Karena
sudah mati dia melemparkannya pada tumpukan sampah di antara
semak-semak. Saat itu, sebelum tubuhnya terbanting kakinya mendarat. Setelah
pelayan itu pergi dia terbang ke udara dan berputar-putar disekitar taman.
"Terima
kasih, Tuan, untuk semuanya. Saudara saya melakukan itu mengirimkan
saya pesan agar Aku dapat membebaskan diri. Tapi Anda tidak
mengerti. Sesungguhnya hidup bebas di alam jauh lebih baik
daripada hidup dalam sangkar perak. Tidak peduli
seberapa nyaman itu.” Ujar burung Bulbul, kemudian dia terbang
pulang ke habitatnya sendiri dan hidup bahagia.
Rewrite. Apero
Fublic
Editor. Tim
Redaksi
Sy. Apero Fublic
Post a Comment