Puisi
Telah
ia teguk segala minuman.
Akankah
ia sedih atau gembira.
Lihat,
betapa kurang ajar asap ganja.
Malam
larut itulah pikiran kusut.
Oleh.
Soni Farid Maulana.
Soni Farid Maulana: Galaya Pub 1-2
APERO FUBLIC.- Berikut ini sebuah puisi lama dari tahun 1980-an. Puisi ini semua kata-kata sulit dipahami oleh orang-orang awam sastra. Sehingga tentu saja akan membuat mereka yang membaca sulit mengerti.
Namun,
apabila Anda mau mencoba menafsirkan sebagai cara mengolah rasa dan mempelajari
teknik puisi yang menggunakan kata perumpamaan yang dalam. Selamat belajar dan
mencoba memahami dunia puisi.
GALAYA
PUB 1
Telah
ia teguk segala minuman.
Yang
ditawarkan pikiran hitam. Dari pusat kegelapan.
Ia
dengar suara kubur.
Mendengung
dalam pendengaran!
Akankah
ia sedih atau gembira.
Saat
mendapatkan dirinya sendiri:
Rebah
dan tersungkur.
Di
atas meja peradaban?
1988.
GALAYA PUB, 2
Lihat,
betapa kurang ajar asap ganja.
Menyusup
ke dalam otaknya.
Dalam
mabuk – ia bagai hiu gila.
Membenturkan
kepala ke dinding batu.
Malam
larut itulah pikiran kusut.
Dalam
rawa kehidupan menjelma ular.
Mendesis
dan menjalar.
Menawarkan
khuldi yang biru!
1988.
Oleh.
Soni Farid Maulana.
Sumber:
Soni Farid Maulana. Matahari Berkabut. Bandung: Pustaka, 1989. H. 10-11.
Sy. Apero Fublic
Via
Puisi
Post a Comment