Kamandaka Masuk ke Kadipaten Menemui Putri Bungsu (5)
“Putri,
seorang bangsawan yang disegani masyarakat. Sehingga tidak bisa sembarangan
mencari pendaping hidup. Harus seorang bangsawan juga.” Kata Nyai Kandeg
menjelaskan statusnya, sebab Nyai Kandek khawatir kalau si pemuda bernama
Kamandaka itu yang Putri Bungsu sukai. Waktu berlalu, entah apa yang Putri
Bungsu rasakan.
“Biyung,
coba cari tahun apakah Dia seorang bangsawan. Cari dimana rumahnya, dan anak
siapa dia.” Pinta Putri Bungsu.
“Hanya itu saja, Putri.” Tanya Nyai Kandek.
“Iya
Biyung.” Jawab Putri Bungsu, kemudian Nyai Kandeg pergi meninggalkan kaputren
dan keluar istanah kadipaten. Berbekal pertemuannya dengan Kamandaka kemarin
dia pergi mencari kamandaka. Hanya sebatas ingin tahu dimana rumah dan siapa
orang tua Kamandaka. Setengah hari berlalu, barulah Nyai Kandeg menjumpai
Kamandaka yang sedang memberi makan kudanya. Diam-diam Kamandaka membayangkan
wajah Putri Bungsu yang dia lihat saat acara Parakan beberapa waktu lalu.
“Bibik,
ada apa sampai berjalan sejauh ini.” Sahut Raden Kamandaka melihat kedatangan Nyai
Kandek.
“Saya
mencarimu raden, Putri Bungsu memintaku mencari tahu tentang raden.” Ujar Nyai
Kandeg. Raden Kamandaka bingung dan tidak mengerti mengapa demikian. Lalu dia
bertanya dengan polos.
“Mengapa
Putri Bungsu ingin tahu tentang saya.” Tanya Kamandaka.
“Kau
pemuda,dan yang bertanya seorang gadis. Bagaimana kau tidak mengerti.” Jawab
Nyai Kandeg. Raden Kamandaka mulai tersadar dan apakah benar yang dimaksud Nyai
Kandeg. Dada Kamandaka mulai berdebar, dia tersenyum lebar.
“Apa
yang harus Aku lakukan.” Tanya Kamandaka, dia menyadari si Putri di dalam
istanah yang penjagaannya sangat ketat.
“Kau
kumbang, jadilah kumbang.” Ujar Nyai Kandek, lalu dia pamit pergi, meninggalkan
Kamandaka seorang diri dalam lamunan. Kumbang, berkali-kali Dia menyebutnya. Kamandaka
mengerti, kumbang mendatangi bunga. Bukan bunga mendatangi kumbang, dia harus
mendatangi Putri Bungsu.
*****
Putri
Bungsu atau Dewi Ciptarasa menunggu kedatangan Nyai Kandeg. Dia tidak sabar
mendengar hasil penyelidikan Nyai Kandeg. Malam hari, Nyai Kandeg dan Putri
Bungsu sedang berbincang-bincang. Nyai Kandek menceritakan kalau dia berjumpa
dengan Kamandaka. Mereka banyak berbincang tentang mereka. Putri Bungsu merasa
gembira sebab rasa penasarannya sedikit terobati. Setelah itu, keduanya hanya berbincang
biasa saja. Putri Bungsu tahu, kalau Kamandaka menyukainya pasti akan
menemuinya walau dia tidak memberi pesan agar Kamandaka menemuinya. Dia seorang
gadis, malu kalau meminta pemuda menemuinya.
Malam
semakin larut, Nyai Kandeg meminta izin untuk tidur. Dia juga meminta Putri
Bungsu juga segerah tidur. Para petugas istana juga sudah tertidur lelap. Hanya
prajurit jaga yang sesekali lewat meronda. Putri Bungsu melangkah menuju kamar
peristirahatannya.
“Putri,
putri.” Terdengar panggilan, suara pemuda. Putri menoleh ke samping, di balik
pilar besar berdiri seorang pemuda. Pemuda tampak pindah tempat, sehingga
sepuluh prajurit lewat tidak mengetahui keberadaannya. Putri Bungsu terkejut,
dia melihat pemuda itu di acara Parakan. Putri Bungsu menjadi malu, gugup dan
khawatir. Dia tidak menyangka si pemuda begitu nekad. Hati Putri Bungsu menjadi
lembut dan dia merasa Bahagia.
“Ada
apa, ini sudah malam.” Ujar Putri.
“Saya
hanya ingin berkenalan dengan putri, hanya itu.” Jawab Pemuda, kembali
terdengar suara prajurit lewat, si pemuda bingung mencari tempat sembunyi lagi.
Dengan cepat Putri Bungsu menarik tangan si pemuda ke dalam kamarnya.
“Kau
bisa dihukum kalau kesini. Kau harus hati-hati.” Kata putri pura-pura marah dan
benci.
“Maaf
Putri, saya ingin sekali berkenalan dengan putri. Saya melihat putri waktu
acara Parakan kemarin. Itulah saya ingin berkenalan.” Ujar Kamandaka. Mereka
berbincang-bincang dan saling berkenalan. Pemuda mengaku bernaka Kamandaka, dan
Putri Bungsu menyebut Namanya Dewi Ciptarasa. Kamandaka menceritakan
perteumuannya dengan Nyai Kandeg. Tak lama kemudian Kamandaka pulang.
“Kanda,
benarkah anak Patih Reksanata.” Tanya Putri Bungsu suatu ketika.
“Benar,
dinda.” Jawab Kamandaka.
“Setahu
saya, Paman Patih Reksanata tidak memiliki putra.” Ujar Putri Bungsu.
“Benar,
kanda tidak bohong, cobalah dinda meminta Nyai Kandeg menemui ayahanda.” Kata
Kamandaka. Putri Bungsu mengiakan, dan dia percaya dengan Kamandaka. Hal, itu
benar dilakukan dan Nyai Kandeg menemui Patih Reksanata dan mendapat pengakuan
membenarkan kalau Kamandaka adalah anaknya.
Sejak saat itu, keduanya sering berjumpa. Kamandaka sering menyelinap masuk kaputren menemui Putri Bungsu. Kadang keduanya berbalas surat, yang diantar Nyai Kandeg. Waktu berlalu, rasa cinta terus tumbuh dan keduanya ingin membina rumah tangga, menjadi suami istri. Cinta keduanya tidak lagi dapat dipisahkan.
Baja
Juga:
1.RadenKamandaka
2.PadepokanKi Hajarwirongrang
3.PatihReksanata
4.Prabukandadaha
Sy. Apero Fublic
Post a Comment