Cerita Bersambung
Cerita Rakyat
Sastra Klasik
Rewrite: Tim Redaksi
Kamandaka dan Putri Bungsu Kembali Ke Kadipaten Pasirluhur (Episode 17. Terakhir)
APERO FUBLIC.- Tiga bulan kemudian dari peristiwa Lutung Kasarung membunuh Prabu Pule Bahas raja kerajaan Nusatembini. Raden Banyak Catra atau Kamandaka menikah dengan Putri Dewi Ciptarasa atau Putri Bungsu.
Mahar 1000 kodi mori dan merupakan syarat kemenangan sayembara antara Banyak Catra dan Banyak Blabur telah dimiliki Banyak Catra. Begitu juga empat puluh putri kembar juga dibawa ke Pajajran.
Perjalanan Banyak Catra dan istrinya Putri Bungsu diiringi oleh keluarga Adipati dan para pejabat kadipaten. Mereka juga disertai dengan pengiring dan pengawal yang banyak. Karena sudah tidak sabar datang di Pajajaran mereka tidak banyak istirahat. Sampai akhirnya mereka tiba di Pajajaran dan disambut oleh keluarga istana dan rakyat Pajajaran.
Prabu Siliwangi, Permaisuri, Raden Banyak Ngampar, dan adik bungsunya beserta pejabat Pajajaran menyambut dengan penuh Bahagia dan sukacita. Ditambah lagi Banyak Catra membawa istri yang dia inginkan selama ini, 1000 kodi mori dan empat puluh putri kembar.
***
Satu bulan berlalu, Raden Banyak Blabur juga pulang ke Pajajaran. Dia juga membawa 1000 kodi mori dan empat puluh putri kembar sehingga nilai sayembara untuk dinobatkan menjadi Raja Pajajaran sama. Sehingga tidak ada yang kalah dan menang. Oleh karena itu, Prabu Silihwangi Kembali mengadakan sayembara untuk memilih pemenangnya.
Sayembara kali ini adalah menari diatas kawat yang direntangkan diantara dua tiang yang tinggi. Barang siapa yang menarinya paling bagus, maka dialah akan terpilih menjadi raja Pajajaran. Pada hari sayembara, alun-alun tempat sayembara dipenuhi rakyat yang ingin menyaksikan. Termasuk Prabu Silihwangi dan pejabat tinggi Pajajaran.
Saat sayembara dimulai, ternyata tarian keduanya sama-sama bagus dan indah. Semua tidak bisa menentukan siapa yang menang dan paling bagus tariannya. Sampai pada akhirnya, saat Banyak Catra menari mengangkat selendangnya. Prabu Silihwangi melihat bekas luka di perut Banyak Catra terkena jalu ayam saat dia bertarung dengan Silihwara (samara Banyak Ngampar). Bekas luka terlihat jelas oleh Prabu Silihwangi.
“Banyak Catra, Banyak Blabur turunlah dan kemarilah.” Panggil Prabu SIlihwangi dari atas panggung penyaksian terian keduanya di atas tali merentang panjang itu. Melihat lambaian dan mendengar panggilan keduanya turun bersamaan lalu menghadap Prabu Silihwangi.
“Sepertinya sudah takdir dari para dewata kalau Banyak Blabur yang akan menjadi penerusku memerintah di Pajajaran. Seperti sudah kita ketahui semua sebagaimana aturan dalam hukum Pajajaran. Setiap raja pajajaran tidak boleh ada cacat tubuh sedikitpun. Aku melihat kalau diperut Banyak Catra ada cacat bekas luka. Maka, saya meminta Banyak Catra anakku menerima kalau Banyak Blabur yang menjadi penerus tahta Pajajaran.” Kata Prabu Silihwangi.
“Baiklah rama Prabu, saya menerimah dengan relah kalau adinda yang meneruskan tahta pajajaran. Dari semulah juga kalau saya tidak menginginkan meneruskan tahta Pajajaran.” Kata Raden Banyak Catra.
“Kau memang memiliki budi yang luhur anakku.” Ujar Prabu Silihwangi. Keesokan harinya, persiapan penobatan Raden Banyak Blabur menjadi raja Pajajaran dilaksanakan dengan sangat meriah. Semua pejabat istanah dan keluarga Kerajaan bergembira begitu pun rakyat Pajajaran yang memiliki raja baru.
***
Tidak lama setelah penobatan Banyak Blabur menjadi raja Pajajaran. Datang utusan dari Kadipaten Pasirluhur meminta bantuan karena dua orang adik Prabu Pule Bahas bernama Jurang Bahas dan Parung Bahas yang tewas ditangan Lutung Kesarung menuntut balas. Oleh karena itu, Raden Banyak Catra dan Putri Bungsu meminta izin pada ayahnya Prabu Silihwangi untuk kembali ke Kadipaten Pasirluhur.
Mendengar tentang serbuan pasukan Kerajaan Nusatembini Prabu Silihwangi mengizinkan kepergian Banyak Catra ke Pasir Luhur, dan meminta Raden Banyak Ngampar juga ikut ke Pasirluhur untuk menemani Banyak Catra. Mereka juga membawa banyak pasukan Pajajaran untuk membantu perang melawan pasukan Nusatembini.
***
Raden Banyak Catra, Putri Bungsu, Raden Banyak Ngampar dan pasukannya tiba di Kadipaten Pasirluhur. Mereka menghadap Adipati, setelah itu baru beristirahat. Keesokan harinya seorang prajurit datang melaporkan kalau pasukan Nusatembini sangat cepat dari perhitungan mereka. Karena sekarang pasukan Kerajaan Nusatembini sudah di batas kota Kadipaten Pasirluhur. Menurut laporan, pasukan Nusatembini telah menghancurkan desa-desa disepanjang jalan yang mereka lalui. Membunuh rakyat, merampas harta dan wanita.
Pasukan Kerajaan Nusatembini berbaris di batas kota. Sementara pasukan Kadipaten Pasirluhur berbaris di tengah kota membuat pertahanan. Raden Banyak Catra dan Banyak Ngampar memimpin perang atas izin Adipati Kandadaha.
Pasukan pertama mulai berhadapan lalu saling menyerbu. Banyak Catra dan Banyak Ngampar ikut perang di medan laga. Begitu juga dengan Parung Bahas dan Jurang Bahas juga terjun perang dengan gagah berani. Tapi kemampuan pasukan Kadipaten Pasirluhur sangat hebat dan dengan kegagahan luar biasa sehingga banyak pasukan Nusatembini tewas atau terluka parah.
Disana sini terdengar teriakan kesakitan dan terluka. Darah bercecertan disana-sini. Akhirnya pasukan Nusatembini mundur untuk mengatur posisi Kembali karena mereka kalah. Melihat keadaan itu, Jurang Bahas dan Parung Bahas menantang Banyak Catra dan Banyak Ngampar untuk perang duel satu lawan satu.
Akhirnya Banyak Catra dan Banyak Ngampar menerima tantangan itu. Mereka bertarung satu lawan satu. Jurang Bahas bertarung dengan Banyak Ngampar dan Parung Bahas bertarung dengan Banyak Catra atau Kamandaka. Pertarungan kesatria masing-masing kerajaan itu terjadi sangat hebat.
“Aaaakkk.” Terdengar jeritan Parung Bahas yang tewas ditangan Banyak Catra. Tidak lama kemudian Jurang Bahas juga gugur ditangan Banyak Ngampar. Dengan kematian dua pimpinan pasukan Kerajaan Nusatembini, maka tinggal Mahapati Nusatembini dan sisa pasukannya. Mahapati menyatakan menyerah bersama pasukannya, lalu pulang kembali ke negeri mereka.
Setelah perang berakhir Banyak Catra dan Banyak Ngampar bersama pasukan mereka kembali ke istanah. Memberi laporan kepada Adipati Pasirluhur Prabu Kandadaha.
“Rama Adipati, berkat doa dan restu rama dan ibu kami berhasil mengalahkan pasukan musuh dan tidak banyak korban pasukan kita baik dari Kadipaten atau dari Pajajaran. Patih Kerajaan Nusatembini juga menyatakan menyerah dan tidak akan menggangu Kadipaten Pasirluhur lagi.” Kata Banyak Catra, dan Adipati Kandadaha beserta para pejabat tinggi Pasirluhur bergembira.
*****
Raden Banyak Catra atau Kamandaka Menjadi Adipati Kadipaten Pasir Luhur.
Sudah bertahun-tahun Raden Banyak Catra dan Putri Bungsu hidup Bahagia di Kadipaten Pasirluhur. Sementara umur Adipati Prabu Kandadaha sudah semakin tua. Oleh karena itu, dia bermaksud meletakkan jabatannya dan beristirahat di hari tuanya. Maka suatu hari yang cerah Adipati mengundang semua pejabat Kadipaten Pasirluhur dan semua keluarga Adipati termasuk semua anak menantunya.
“Dengarkan semuanya, anak-menantuku dan semua pejabat Kadipaten Pasirluhur. Di hari ini Aku umumkan kalau aku ingin melepaskan jabatan Adipati di Kadipaten Pasirluhur. Aku sudah terlalu tua dan sakit-sakitan sekarang. Oleh karena itu, saya memilih Banyak Catra sebagai penerusku untuk menjadi Adipati Kadipaten Pasirluhur. Hal ini Aku pertimbangkan karena Banyak Catra putra dari Prabu Silihwangi dan dia juga berjasa menyelamatkan kehormatan Pasirluhur, dan mengalahkan musuh yang kuat dan kita takuti. Dengan demikian, saya meminta semua yang hadir disini agar merestui Banyak Catra menjadi penerusku. Begitu juga Banyak Catra harus menerima tanggung jawab ini.” Itulah kata-kata Adipati Prabu Kandadaha.
Semua yang hadir di aulah kadipaten tidak ada yang bicara, semua diam dan terharu. Sebab Adipati yang mereka hormati selama ini akan berpisah dengan mereka, waktu terasa begitu singkat. Pada hari yang ditentukan, akhirnya Raden Banyak Catra atau Kamandaka dinobatkan sebagai Adipati Kadipaten Pasirluhur yang baru.
TAMAT.
Rewrite: Tim Redaksi
Editor. Tim Redaksi
Source: Radjiati. BA. Raden Kamandaka. Cerita rakyat Dari Daerah Banyumas. Jawa Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (catatan: cerita ini merupakan cerita Raden Kamandaka versi Banyumas).
Post a Comment