Raden Banyak Catra (Kamandaka) dan Raden Banyak Ngampar (Silihwara) Pulang ke Pajajaran (Bagian 10).
APERO FUBLIC.- Hari itu, Prabu Silihwangi duduk termenung
seorang diri. Dia teringat dua putranya yang sudah lama pergi meninggalkan
istanah Pajajaran. Untuk mengurangi rasa rindu dan kesedihannya dia memanggil
putra ketiganya, Raden Banyak Blabur. Tidak lama kemudian, Raden Banyak Blabur
datang menghadap.
“Ada apa Rama Prabu memanggil Ananda.” Tanya Banyak Blabur.
“Rama terpikirkan pada dua kakakmu. Apakah keduanya
baik-baik saja, atau sudah tiada. Rama sangat khawatir kalau mereka mendapat
musibah.” Ujar Prabu SIlihwangi sedih. Raden Banyak Blabur mengerti kalau sang
ayah sedang merindukan dua kakaknya.
“Kakanda Banyak Ngampar dan Kakanda Banyka Catra dalam
keadaan baik-baik Rama. Keduanya bukan pemuda sembarangan. Tidak mudah membuat
mereka celaka.” Hibur Banyak Blabur.
“Rama sudah sangat tua, kalau kedua kakakmu tidak kembali
dalam waktu dekat ini. Kalau Rama sudah tidak punya waktu, maka kau yang
mengambil tanggung jawab istana dan kerajaan Pajajaran.” Ujar Prabu Silihwangi.
“Mohon ampun Rama Prabu, titah rama anandah junjung. Tapi
kita harus menunggu sampai batas waktu. Mungkin Kakanda Banyak catra dan Banyak
Ngampar akan segerah pulang.” Jawab Raden Banyak Blabur.
Perbincangan kedua anak dan bapak itu kemudian terhenti
karena adanya suara ramai para prajurit dan kaulah istana Pajajaran. Mereka
menyambut kedatangan dua putra Pajajaran Raden Banyak Catra dan Banyak Ngampar.
Setelah tiba, keduanya segerah menghadap sang ayah, Prabu Silihwangi. Prabu
Silihwangi begitu terharu melihat dua putranya pulang dengan keadaan yang sehat
dan baik-baik saja. Membuat air matanya meleleh di pipinya. Raden Banyak
Blabur, mendekati dua kakaknya lalu mereka bertiga berpelukan melepas rindu.
“Anakku Banyak Catra dan Banyak Ngampar kalian sudah pulang
nak.” Tanya Prabu Silihwangi dengan haru.
“Kami baik-baik saja, karena restu dan doa Rama Prabu.”
Jawab Banyak Catra. Lama mereka berbincang-bincang melepas rindu dan saling
bertanya keadaan. Keadaan istanah kembali ceria dan seisis istanah bergembira.
*****
Beberapa hari setelah kembalinya Raden Banyak Catra
(Kamandaka), dan Raden Banyak Ngampar (Silihwara) ke istanah Pajajaran. Prabu
SIlihwangi kemudian berbicara dengan Raden Banyak Catra dengan serius. Mulai
dari masalah pemerintahan sampai akhirnya masalah pernikahan.
“Banyak Catra, bagaimana dalam perjalananmu selama ini.
Apakah kau sedah menemukan putri yang kau mimpikan dan kau idamkan itu.” Tanya
Prabu Silihwangi.
“Atas doa rama dan ibunda, saya sudah menemukan putri yang
anandah mimpikan. Namanya Dewi Ciptarasa, putri bungsu Adipati Prabu Kandadaha
dari Kadipaten Pasirluhur. Walau untuk saat ini saya belum mendapatkannya
sebagai istri. Karena di luar sana saya menyamar sebagai rakyat biasa. Jadi
sangat sulit untuk mendekat ke istanah kadipaten.” Ujar Raden Banyak Catra atau
Kamandaka.
“Untuk masalah itu jangan khawatir, itu urusan nanti. Yang
penting kau selekas mungkin kau naik tahtah Pajajaran. Rama sudah memutuskan
kalau hari penobatanmu adalah hari Senin besok.
*****
Raden Banyak Blabur adalah anak Prabu Silihwangi dengan
istri keduanya. Karena kepulangan Raden Banyak Catra dan Banyak Ngampar ke
istanah dan rencana penobatan Banyak Catra menjadi raja Pajajaran. Raden Banyak
Blabur pergi ke kediamannya menemui ibunya untuk memberi tahu sang ibu tentang
kabar itu.
“Apa benar Kakanda Prabu akan menobatkan Banyak Catra
sebagai penggantinya. Seharusnya itu tidak terjadi.” Ujar ibu Banyak Blabur.
“Ibu, mengapa demikian bukankah itu memang sudah seharusnya.
Kakanda Banyak Catra putra tertua. Bukankah memang begitu caranya.” Jawab
Banyak Blabur sedikit aneh dengan sikap ibunya yang sepertinya tidak menerima
Banyak Catra dinobatkan menjadi raja Pajajaran penerus Prabu Silihwangi.
“Anakku, lihat surat perjanjian ini. Dalam perjanjian saat Ibu
menerima lamaran sebagai istri Kakanda Prabu dia berjanji kalau Aku juga
mendapatkan anak laki-laki, maka anakku yang lahir dariku itu yang diangkat
menjadi raja Pajajaran. Saat Kakanda Prabu Silihwangi turun tahtah, atau karena
dia wafat. Aku akan menagih janji Kakanda Prabu, dan menunjukkan surat
perjanjian ini.” Ujar Ibu Raden Banyak Blabur.
“Ampun Ibunda, saya tidak berani.” Kata Banyak Blabur.
“Tidak perlu khawatir, ini bukan salahmu atau perbuatanmu.
Tapi ini urusan Aku dan Ayahmu. Tugasmu hanya menunjukkan surat perjanjian ini
pada Kakanda Prabu Silihwangi.” Kata sang ibu.
Dengan berat hati Raden Banyak Blabur menghadap Prabu
Silihwangi di aulah istanah kerajaan Pajajaran.
“Apun Rama Prabu, saya tidak berniat apa-apa. Saya hanya
menuruti perintah ibu untuk menyerahkan surat ini pada Rama Prabu.” Ujar Banyak
Blabur, dan memberikan surat itu.
Prabu Silihwangi segerah membuka surat perjanjian lama itu.
Saat membacanya seketika dia mengenang masa-masa puluhan tahun silam. Prabu
Slihwangi menjadi ingat dengan janjinya pada istri keduanya. Dia terkejut dan dia
telah lupa akan janjinya. Prabu Silihwangi diam, dia memanggil Banyak Catra
menghadap. Lalu dia memberikan surat perjanjian lama itu, antara Prabu
Silihwangi dan ibu Raden Banyak Catra.
“Rama Prabu, saya sudah membaca surat ini. Maka saya
merelakan dan setuju kalau Adinda Banyak Blabur dinobatkan sebagai penerus Rama
Prabu.” Kata Raden Banyak Catra (Kamandaka).
“Tidak Rama Prabu. Sebaiknya Kakanda Banyak Catra tetap
dinobatkan menjadi raja Pajajaran.” Sangga Banyak Blabur.
“Anak-anakku yang Aku cintai. Kalian berdua memang berjiwa
besar. Tidak memperebutkan tahta, sungguh hal yang membanggakan bagiku. Kalian
berdua adalah kesatria yang sejati. Aku tidak bisa memilih salah satu dari
kalian. Demi ibumu dan tidak dapat Aku kesampingkan. Kata seorang raja tidak
bisa ditarik ulur. Janji seorang raja harus ditepati. Maka Aku pikirkan dahulu
bagaimana caranya.” Ujar Prabu Silihwangi. Dia harus memenuhi kata-katanya
selama ini yang sudah didengar rakyat banyak kalau Banyak Catra akan dinobatkan
menjadi raja Pajajaran. Di samping itu, Prabu Silihwangi tidak bisa mengingkari
janjinya pada istri keduanya, ibu dari Raden Banyak Blabur.
*****
Karena masalah itu, penobatan Raden Banyak Catra di hari
senin memdatang ditunda. Untuk itu, Prabu Silihwangi kemudian melakukan
sayembara antara Raden Banyak Catra dan Raden Banyak Blabur, pemenangnya akan
dinobatkan menjadi raja Pajajaran.
“Banyak Catra dan Banyak Blabur, dengarlah. Disaksikan
seluruh pejabat istanah dan didengarkan oleh rakyat dan kedua istriku, dan
anak-anakku. Dalam penobatan penggantiku sebagai Raja Pajajaran. Aku tidak dapat
memilih antara Banyak Catra dan Banyak Blabur. Oleh sebab itulah sayembara ini
Aku adakan.” Ujar Prabu Silihwangi dari singgahsana kebesarannya.
“Titah yang muliah kami ta’ati dan kami junjung.” Ujar semua
yang hadir di aulah kebesaran istana Pajajaran.
“Diantara Banyak Catra dan Banyak Blabur, barang siapa
diantara kalian dapat mencari 40 orang putri kembar yang berasal dari satu
orang ayah dan satu orang ibu. Lalu dapat mengumpulkan mori seribu kodi maka
dialah yang akan dinobatkan menjadi raja Pajajaran penerus Aku.” Titah Prabu
Silihwangi. Maka sejak hari itu, sayembara dijalankan.
Bersambung ke bagian 11
Post a Comment