Raden Banyak Ngampar Mencari Raden Banyak Catra (Kamandaka) (Episede 7)
Ilustrasi |
APERO FUBLIC.- Sudah lama Raden Banyak Catra pergi merantau
tidak ada kabar dan berita, masih hidup atau sudah mati. Karena itulah, Prabu
Siliwangi sering berdiam diri memikirkan nasib anak sulungnya. Wajah kesedihan
beliau terlihat jelas, oleh kaulah istana Pajajaran. Dalam ruangan aulah
kebesaran Pajajaran Prabu Siliwangi bertanya pada sang Mahapati Pajajaran.
“Paman Mahapati, dan kalian semua pernah mendengar kabar
tentang Banyak Catra.” Tanya Prabu Siliwangi diselah-selah perbincangan mereka.
“Ampun Gusti Prabu selama ini belum ada laporan mata-mata
kita atau rakyat Pajajaran tentang kabar Pangeran.” Jawab Mahapati, kemudian
jawaban yang sama diberikan oleh pembesar Pajajaran.
“Iya sudahlah.” Ujar Prabu Siliwangi sambil menarik nafas
dalam. “Paman Mahapati, pergilah ke gunung Ardisumini tempat Banyak Ngampar
bertapa. Katakan, kalau dia segerah pulang.” Titah sang Prabu.
“Baiklah titah saya jalankan, gusti.” Jawab Mahapati, tentu
permasalahan yang sangat penting kalau mahapati yang di utus Prabu Siliwangi.
Sehingga saat Mahapati tiba di pertapaan
Raden Banyak Ngampar dia langsung menghentikan pertapaanya. Tidak banyak
perbincangan dalam perjalanan pulang.
*****
Tiba di istanah Pajajaran Banyak Ngampar langsung menghadap
ke aulah kebesaran istana.
“Ampun Rama Prabu, hal apa yang begitu mendesak sehingga
Rama mengutus Mahapati datang ke pertapaan saya.” Tanya Raden Banyak Ngampar.
“Anakku Banyak Ngampar, sebagaimana kau ketahui sudah begitu
lama Kakakmu Raden Banyak Catra pergi dari istana dan sampai hari ini belum ada
kabar beritanya. Saya ingin kau menjemputnya pulang, Rama sudah begitu tua dan
merindukannya. Bagiamana pun dia adalah pewaris tahta, maka dia harus segerah
pulang.” Ujar Prabu Siliwangi.
“Baiklah kalau demikian Rama Prabu, saya akan segerah pergi
mencari Kakanda Banyak Catra.” Jawab Raden Banyak Ngampar. Sebelum pergi dia
meminta izin sang ibu permaisuri, dan bercengkrama dengan mereka semua.
Keesokan paginya Raden Banyak Ngampar berangkat pergi
mencari Raden Banyak Catra (Kamanda) dilepas Prabu, permaisuri dan adiknya.
Sebagaimana diketahu kalau Banyak Catra pergi ke arah timur, begitu juga Raden
Banyak Catra. Sampai pada suatu hari di tiba juga di Kadipaten Pasirluhur. Agar
penyamarannya tidak diketahui oleh rakyat, maka dia menggunakan nama samaran,
Siliwara.
*****
Beberapa hari di Kadipaten Pasirluhur, Raden Banyak Ngampar
atau Siliwara mencari pekerjaan. Maka orang yang pertama dia temui adalah
Adipati Prabu Kandadaha.
“Anak muda, ada apa kau bersikeras menemui Aku. Jelaskan
dari mana asalmu dan tujuanmu.” Tanya Adipati Pasirluhur itu, sesaat Raden
Banyak Ngampar berada di aulah istanah Kadipaten.
“Nama saya Silihwara, berasal dari desa Dadapan di sebelah
timur. Tujuan hamba ingin mengabdi di kadipaten gusti Adipati.” Jawab Banyak
Ngampar, dia memakai nama samaran, Silihwara.
Lama Adipati memperhatikan Banyak Ngampar dengan seksama. Dalam
penilaian sang Adipati, pemuda mengaku bernama Silihwara tampak cerdas dan
terdidik. Menurutnya Silihwara tidak cocok kalau mengabdi sebagai tenaga kasar,
misalnya bekerja di sawah atau di taman.
“Saya memohon agar diterima mengabdi, Gusti.” Sahut
Silihwara atau Raden Banyak Ngampar yang menyamar. Ketika mendapati Adipati Prabu
Kandadaha tampak merenung. Setelah itu, terjadi lagi percakapan diantara
keduanya. Sampai akhirnya dengan berat Adipati menyetujui ketika keinginan
Silihwara yang begitu kuat.
“Baiklah kalau sudah menjadi tekadmu. Saya terima kau
sebagai abdi di sini. Untuk itu, kau boleh tinggal di kadipaten dan kebutuhanmu
nanti diurus abdi lainnya, termasuk tempat tinggalmu.” Ujar Adipati. Silihwara
begitu gembira dan mengucapkan banyak terimakasih.
Lulus Ujian Prajurit dan Tugas Pertama
Silihwara atau Raden Banyak Ngampar yang sedang menyamar
terus mengikuti Latihan dan Pelajaran untuk menjadi prajurit kadipatenPasirluhur. Sampai akhirnya ujian dan pemilihan seorang perwira baru
dilaksanakan. Sesuai penilaian Adipati
kalau Silihwara akan memenangkan pemilihan prajurit dan sekaligus
memenangkan kompetensi sebagai perwira.
“Silihwara, kau sekarang menjadi seorang Senopati di
Kadipaten Pasirluhur. Untuk tugas pertamamu adalah menangkap seorang pencuri
yang sudah sangat lama menjadi buronan bernama Kamandaka. Dia mengacau
kadipaten, dan suka mengadu ayam. Tangkap dan bunuhlan, bawa jantungnya padauk untuk
Aku makan.” Perintah Adipatih Prabu Kandadaha.
“Baiklah gusti Adipati, akan saya laksanakan dengan senang
hati tugas ini. Sebelum saya berangkat kemanakah saya menuju agar mudah
menemukan penjahat Kamandaka itu.” Kata Silihwara.
“Menurut laporan penduduk dan mata-mata dia sesekali muncul untuk
mengadu ayam jago. Maka pergilah kesana, agar kau tidak dicurigai sebagai
seorang prajurit Kadipaten berpura-puralah menjadi pengadu ayam juga. Untuk
membantu tugasmu, bawalah pasukan sesuai keperluanmu.” Kata Adipati Kandadaha
dengan tegas.
“Baiklah gusti Adipati, saya mohon izin untuk berangkat.”
Kata Silihwara, dia kemudian meninggalkan aulah kebesaran Kadipaten Pasirluhur.
Menyiapkan bekal, pasukan, membawa ayam jago aduan, dan segerah bergerak
meninggalkan istana kadipaten.
Post a Comment