Raja Kerajaan Nusatembini Meminang Putri Bungsu (Episede 15)
APERO FUBLIC.- Suatu hari yang cerah, Patih Kadipaten Pasirluhur Ki Reksanata sedang menghadap Adipati Prabu Kandadaha di aulah istana kadipaten. Seperti biasa, di aulah selalu ada pejabat tinggi yang menghadap memberi laporan. Diselah-selah perbincangan tentang pemerintahan kadipaten, sang Adipati membahas tentang Prajuritnya bernama Silihwara yang telah berjasa membunuh kamandaka, dan memberikan jantungnya.
“Kanda Patih, kemanakah Silihwara mengapa dia belum Kembali. Padahal Aku ingin memberinya hadia sebagai tanda jasanya.” Kata Adipati Kandadaha.
“Ampun gusti Adipati. Sampai saat ini, saya tau para prajurit belum mengetahui keberadaan Silihwara. Kalau dia sudah mati, tidak menemukan mayatnya. Kalau dia melarikan diri juga tidak ada alasanya.” Jawab Patih Reksanata.
“Kemana anak itu, saya mau memberikan hadia buat dia.” Kata Adipati sambil berpikir-pikir.
Pada saat mereka berbincang-bincang itu, masuklah seorang prajurit ke aulah.
“Ampun gusti Adipati, diluar ada utusan dari Kerajaan Nusatembini.” Kata Prajurit itu.
“Baiklah, suruh mereka menghadap.” Jawab Adipati, lalu dia memandang Patih Reksanata dan mereka sama-sama bertanya-tanya, ada apa kata keduanya dan ini hal yang tidak biasa. Tidak lama kemudian dua orang utusan masuk aulah istanah kadipaten.
“Ampun Tuan Adipati, kedatangan hamba berdua di istana kadipaten Pasirluhur karena diutus oleh Sri Paduka Pule Bahas untuk menghantarkan surat ini.” Kata utusan dari Kerajaan Nusatembini. Setelah berkata dia menyodorkan gulungan surat itu.
“Kanda Patih, bacakan surat itu dengan kuat-kuat agar semua yang ada diaulah mendengarnya.” Perintah sang adipati.
Patih Reksanata mengambil surat itu. Lalu dia membacakannya dengan kuat dan jelas didengar. Dia membaca dengan hati-hati sehingga tidak satupun kalimat terlewatkan. Mendengar isi surat yang ingin meminang Putri Bungsu dan kalau ditolak ada ancaman penyerangan. Membuat Adipati Kandadaha bimbang dan bingung. Kalau diterima belum tentu Putri Bungsu mau. Kalau ditolak kadipaten Pasirluhur akan dihancurkan.
Dua utusan keluar ruangan aulah, begitu juga dengan para pembesar Kadipaten yang hadir diaulah sejak dari tadi. Kini tinggal Adipati dan Patih Reksanata yang tertegun. Keduanya sama-sama bimbang memikirkan nasib kadipaten mereka.
“Kanda Patih, sepertinya saya belum dapat bisa memberikan jawaban atas surat dari Nusatembini itu. Untuk sementara waktu utusan dari Nusatembini itu dipersilahkan istirahat di pasanggrahan.” Ujar Adipati Kandadaha.
***
Untuk memecahkan permasalahan itu, Adipati Kandadaha memanggil istrinya menghadap ke aulah kadipaten.
“Kakanda Adipati, ada apa memanggil adinda, tidak biasa Kakanda memanggil langsung begini.” Tanya istri Adipati Kandadaha.
“Adinda, kita sedang menghadapi masalah besar. Aku merasa sangat kesulitan.” Kata Adipati lesu dan khawatir.
“Masalah apa yang begitu berat, Kanda.” Tanya istrinya.
“Baru saja, dua utusan dari Kerajaan Nusatembini datang menghantar surat lamaran untuk Ciptarasa. Aku belum memutuskan apakah menerima atau menolak. Yang jelas kalau kita menolak, mereka akan menyerbu kadipaten dan akan dihancurkan. Dari itu, aku memerlukan saran dan keputusan Ciptarasa. Maka panggillah dia kemari.” Kata Adipati Kandadaha.
Istri Adipati mengutus seorang dayang untuk memanggil Putri Bungsu menghadap ke aulah istana kadipaten. Tidak berapa lama, Putri Bungsu datang menghadap Adipati di aulah istana kadipaten.
“Ada apa ayahanda memanggil saya. Apa masalah yang sangat penting itu sehingga memanggil Bungsu.” Ujar Putri Bungsu.
“Putriku, yang Aku sayangi. Sebagaimana sudah Aku katakana pada ibumu. Baru saja ada utusan dari Kerajaan Nusatembini datang menghantarkan surat lamaran raja mereka, Prabu Pule Bahas ingin meminangmu. Kalau lamaran ini ditolak, maka mereka akan menyerang Kadipaten dan akan dihancurkan. Kalau menerima lamaran ini, apa saja yang kau inginkan akan diberikan.” Jelas Adipati Kandadaha.
Mendengar tentang itu, Putri Bungsu menjadi terkejut dan sejukujur badannya gemetar. Kemudian air mata Putri Bungsu mengalir dengan sendirinya. Disisi hatinya dia mencintai Kamandaka atau Raden Banyak Catra. Agak lama dia tertunduk dan terdiam, karena menahan rasa.
“Saya mohon ampun ayahanda, sepertinya saya tidak dapat menerima lamaran itu. Karena saya belum siap dan juga belum mau berumah tangga.” Jawab Putri Bungsu dengan tersedat-sedat.
Adipati memaklumi Keputusan putri bungsunya yang memang masih sangat muda. Dia juga tidak dapat memaksa putrinya menikah dengan laki-laki yang tidak dia sukai. Di sisi lain Adipati memikirkan rakyat dan Kadipaten Pasirluhur yang akan mendapat musibah akibat kemarahan Raja Kerajaan Nusatembini, Prabu Pule Bahas. Adipati hanya terdiam dan termenung memikirkan jalan terbaik menghadapi masalah itu.
***
Pada malam harinya, seperti biasa Lutung Kesarung berubah kembali menjadi Banyak Catra atau Kamandaka dan menemui Putri Bungsu. Putri Bungsu sudah dari tadi menunggu kedatangan Kamandaka dan akan menceritakan tentang lamaran Raja Pule Bahas.
“Kanda, kemarin datang utusan dari Kerajaan Nusatembini yang menyampaikan lamaran Prabu Pule Bahas untuk melamarku. Ayahanda Adipati dalam dilemma sekali. Sebab kalau lamaran raja itu ditolak, maka Kadipaten Pasirluhur akan diserang mereka. Mereka kerajaan yang kuat dengan prajurit yang kuat dan tinggi besar. Ayahanda meminta Adinda menerima lamaran itu, agar Kadipaten tidak terjadi pembantaian rakyat. Saya bingung, bagaimana memutuskan permasalahan ini. Sebab Adinda mencintai Kakanda.” Cerita Putri Bungsu pada Kamandaka.
Lama Kamandaka memikirkan masalah itu. Dia tidak relah kalau Putri Bungsu menikah dengan Prabu Pule Bahas. Tapi dia juga harus bijaksana dan dapat mengatasi permasalahan itu. Tidak mau Kadipaten Pasirluhur hancur, dan tidak menginginkan Putri Bungsu menikah dengan orang lain.
“Adinda, jangan khawatir dan jangan salah paham. Kita hadapi masalah ini Bersama-sama. Kita hadapi masalah ini, dan Kakanda memiliki rencana.” Kata Kamandaka atau Raden Banyak Catra.
“Rencana apa, Kanda. Adinda akan menuruti.” Jawab Dewi Ciptarasa.
“Agar mereka tidak menyerang, Adinda pura-pura menerima lamaran itu. Tapi dengan syarat mahar 1000 kodi mori dan 40 orang putri kembar dari satu orang tua kandung sebagai dayang-dayangnya. Saat datang melamar syaratnya agar pengawal Prabu Pule Bahas tidak membawa senjata, serta Prabu Pule Bahas sendiri yang datang menjemput adinda di dalam tandu. Sementara pengawalnya tinggal dialun-alun saja. Nantinya, Kakanda akan datang dan menggagalkan acara pernikahan itu. Jangan khawatir, Kakanda sanggup mengatasi masalah ini.” Kata Kamandaka, dan Putri Bungsu setuju.
***
Keesokan paginya, Putri Bungsu datang menghadap ibunya di kaputrennya. Dengan wajah ceria dan baik-baik saja, dia menghadap.
“Ada apa anakku kau datang pagi-pagi sekali.” Tanya ibunya.
“Ibu, saya hanya ingin memberi tahu kalau saya menerima lamaran raja Nusatembini. Setelah saya pikirkan semalaman, keselamatan Kadipaten dan rakyat memang menjadi tanggung jawab Bersama bagi kita. Tapi, saya meminta syarat dan saya khawatir kalau Raja Nusatembini tidak mampu memenuhinya.” Kata Putri Bungsu.
“Katakan anakku, akan ibunda sampaikan ke ayahmu.” Kata ibu Putri Bungsu istri Adipati.
“Saya meminta mahar 1000 kodi mori dan empat puluh dayang kembar dari satu ayah-ibu. Untuk syaratnya, para pengawal raja Nusatembini tidak boleh membawa senjata. Kemudia raja Nusatembini yang menjemputku langsung di tandu. Sementara para pengawalnya tetap berada di alun-alun kadipaten.” Kata Putri Bungsu.
“Baiklah anakku, akan Ibunda sampaikan semuanya. Agar ayahmu segerah memberitahu para utusan yang masih di pasanggrahan. Kau memang berhati mulia dan baik, relah berkorban demi rakyat. Maafkan atas ketidakmampuan ayahmu dan ibumu ini yang terpaksa menerima lamaran ini.” Kata sang ibu dengan bijak, dan meneteskan air mata. Mereka tenggelam dalam haru dan takut.
***
Tidak lama setelah itu, ibu Putri Bungsu pergi ke aulah istana kadipaten. Disana telah banyak pejabat yang datang melapor atau berkonsultasi, serta ada rapat besar atak penolakan lamaran Raja Nusatembini. Seorang prajurit datang memberi tahu kalau istri Adipati ingin menghadap segerah. Walau sedang sibuk membahas permasalahan dan antisipasi gangguan keamanan karena lamaran akan ditolak.
“Biarlah gusti, kita berperang membelah kehormatan Pasirluhur.” Ujar seorang senopati dan disetujui oleh hamper semua para pejabat Kadipaten.
“Ampun Gusti, gusti permaisuri mohon menghadap, ada hal sangat penting.” Ujar prajurit itu sambil memberikan sembah hormat.
“Baiklah, silahkan masuk.” Prajurit itu keluar, dan berikutnya istri adipati masuk menghadap.
“Kanda Adipati, baru saja putri kita memberitahu kalau dia menerima lamaran itu. Tapi dengan syarat dan mahar yang dia tentukan. Dia semalaman memikirkan masalah ini, dia berkorban demi rakyat dan kadipaten agar tidak mendapat musibah.” Jelas istri adipati. Mendengar itu, semua menjadi lega dan berterimakasih pada Putri Bungsu yang berkorban.
Adipati merasa lega, dia segerah memerintahkan Patih Reksanata menulis surat resmi kalau mereka menerima lamaran serta menulis jumlah mahar dan syaratnya. Seorang hulubalang diminta untuk memanggil utusan Raja Nusatembini ke aulah istana Kadipaten. Saat dua utusan Kerajaan Nusatembini tiba diaulah, Adipati menyampaikan secara resmi menerima lamaran Raja Nusatembini. Sehingga membuat para utusan menjadi gembira. Setelah itu, surat balasan juga selesai dan diberikan pada utusan itu. Siang harinya semua utusan kembali ke Kerajaan Nusatembini.
Rewrite: Tim Redaksi
Editor. Tim Redaksi
Source: Radjiati. BA. Raden Kamandaka. Cerita rakyat Dari Daerah Banyumas. Jawa Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (catatan: cerita ini merupakan cerita Raden Kamandaka versi Banyumas).
Post a Comment