Cerita Bersambung
Cerita Rakyat
Sastra Klasik
Rewrite. Tim Redaksi
Raja Nusatembini Dibunuh Lutung Kesarung (Episode 16)
APERO FUBLIC.- Hari itu, dikerajaan Nusatembini sedang mengadakan pertemuan besar. Raja Nusatembini duduk di singgasana kebesarannya. Pertemuan besar demikian memang sering dilakukan dalam beberapa waktu tertentu. Untuk membahas masalah kerajaan dan laporan-laporan pejabat. Setelah pertemuan selesai, tinggallah Mahapati Nusatembini dan Raja Nusatembini, Prabu Pule Bahas.
“Kakang Patih, mengapa Tumenggung Surojeladri dan Paman Ronggo Singolaut belum pulang ke Nusatembini. Apakah mereka mendapat kesulitan di sana.” Tanya Prabu Pulebahas.
“Belum ada kabar dari mereka, tapi kita berharap semuanya berjalan seperti yang diinginkan.” Jawab Mahapati Kerajaan Nusatembini.
Dalam perbincangan itu, raja Nusatembini tampak bertanya-tanya tentang utusan dan tentang lamarannya. Apakah diterima atau ditolak. Apakah perlu mereka mengirim mata-mata untuk menyelidiki, kalau-kalau terjadi sesuatu pada utusan. Patih meminta agar raja sedikit bersabar dan menunggu. Saat keduanya sedang membahas, tiba-tiba seorang prajurit datang melapor.
“Ampun Gusti, Tumenggung dan utusan izin menghadap.” Ujar Prajurit. Prabu Pule Bahas merasa gembira dengan laporan itu, yang ditunggu akhirnya tiba juga. Dia meminta agar utusan segerah masuk dan melapor.
Tumenggung Surojeladri dan Ronggo Singalaut datang menghadap masuk ke aulah kebesaran Kerajaan Nusatembini. Keduanya melaporkan tentang misi tugas mereka. Menceritakan tentang lamaran yang diterima oleh Adipati Kandadaha dan Putri Bungsu. Mereka juga memberitahu mahar dan juga syarat dihari pernikahan. Untuk menegaskan laporan mereka menyerahkan surat balasan resmi dari Kadipaten Pasirluhur.
Prabu Pule Bahas bergembira atas diterimanya lamarannya. Kemudian dia memerintahkan Mahapati Kerajaan Nusatembini segerah mempersiapkan semua keperluan untuk pernikahan Kerajaan itu. Mulai dari mahar 1000 kodi mori, dan 40 dayang kembar dari satu orang tua.
“Paman Patih, segerah umumkan juga pada rakyat Nusatembini tentang berita gembira ini.” Titah Prabu Pule Bahas.
***
Prabu Pule Bahas kemudian pergi dari aulah istanah dan menuju ke kediaman para putri kembar. Ternyata dia memiliki 40 putri kembar atau putri domas lalu memberitahu maksudnya.
“Adik-adiku semua, sebagai pemenuhan syarat dari pernikahanku dengan Putri Bungsu kalian semuanya segerah ikut ke Kadipaten Pasirluhur.” Kata Prabu Pule Bahas.
“Baiklah kakanda Prabu, kami dengan senang hati ikut ke Kadipaten Pasirluhur.” Kata empat puluh orang putri kembar itu.
***
Beberapa hari kemudian persiapan sudah selesai. Kemudian Mahapati memimpin penataan barisan untuk menuju Kadipaten Pasirluhur. Barisan depan pasukan pengawal dipinpin Tumenggung Surojeladri dan ditemani Ronggo SIngalaut, mereka juga menguasai medan dan tahu jalan.
Barisan kedua iringan pembawa 1000 kodi mori, barisan ketiga barisan 40 orang putri kembar, barisan paling belakang dipimpin Prabu Pule Bahas dan pasukan pengawalnya. Perjalanan Panjang itu akan memakan waktu cukup lama.
***
Sementara itu, di Kadipaten Pasirluhur juga Tengah Bersiap-siap menyambut perayaan pernikahan Putri Bungsu dan Prbau Pule Bahas Raja Kerajaan Nusatembini. Istanah dihias dengan megah dan cantik. Banyak abdi yang ditugaskan memasak dan menata sekeliling istana. Para warga kadipaten juga bergembira.
Masyarakat Kadipaten Pasirluhur berdatangan memenuhi alun-alun. Di sepanjang pinggiran jalan rakyat memenuhi dikedua sisinya. Mereka ingin menyaksikan iringan-iringan calon pengantin masuk kota kadipetan atau nanti kembali ke Kerajaan Nusatembini.
Hari yang dinantikan tiba, dari kejauhan terdengar tabuhan-tabuhan pertanda kedatangan rombongan Prabu Pule Bahas untuk mempersunting Putri Bungsu. Putri Bungsu berpakaian sangat indah, dia berada di dalam tandu. Lutung Kesarung yang menjadi peliharaanya berada di luar tandu yang indah itu.
***
Rombongan Prabu Pule Bahas beristirahat di tamansari istana kadipaten. 1000 kodi mori sudah tersedia, empat puluh putri kembar dari satu ayah juga sudah ditunjukkan. Untuk itulah, Prabu Pule Bahas akan mejemput Putri Bungsu yang berada di dalam tandu. Dengan gagah Prabu Pule Bahas menuju tandu disaksikan banyak orang.
“Kreettt.” Pintu tandu terbuka, saat ditarik gagangnya oleh Prabu Pule Bahas.
“Wuussss. Jeeppppp.” Senjata tajam melesat sangat cepat dan menancap di dada tembus ke jantung Prabu Pule Bahas. Ternyata Lutung Kesarung telah bersembunyi di dalam tandu dan menikam Prabu Pule Bahas. Semua yang menyaksikan menjadi terkejut, dan tidak menyangka. Tubuh Prabu Pule Bahas roboh bersimbah darah. Para pengawalnya menjadi panik dan marah, sehingga mereka menyerbu Lutung Kesarung yang memegang senjata berlumuran darah Prabu Pule Bahas.
“Heaaaa.” Ratusan pasukan pengawal Prabu Pule Bahas menyerbu Lutung Kesarung.
“Brassss, Bukkkk. Ahhkkkk. Ugggg.” Pengawal Prabu Pule Bahas juga terjatuh bergelimpangan tewas ditangan Lutung Kesarung si kera putih besar itu.
***
Sementara itu, Adipatih Prabu Kandadaha, istrinya, Patih Reksanata, dan pejabat tinggi Kadipaten pasir luhur menunggu di dalam aulah istana kadipaten. Mereka tidak sabar melihat dua pengantin masuk menemui mereka di aulah istanah. Tiba-tiba seorang prajurit menerobos masuk dengan terburu-buru.
“Ampun Gusti, Prabu Pule Bahas telah tewas ditikan oleh Lutung Kesarung.” Lapor prajurit itu.
“Apaaa.” Semua terkejut, dan bangkit dari duduk masing-masing. Adipati Kandadaha begitu murka dan terbakar api amarah.
“Panggil Putri Ciptarasa, bagaimana bisa tandu yang disiapkan untuknya ada Lutung Kesarung di dalamnya.” Perintah Adipati, tidak lama kemudian Putri Bungsu tiba di aulah Kadipaten.
***
Wajah merah padam adipati dihadapan Putri Bungsu yang bersimpu. Semua mata mengarah pada Putri Bungsu termasuk sang ibunya.
“Memaluhkan, dan ini merupakan bencana. Mengapa kau memerintahkan Lutung Kesarung di dalam tandu dan membunuh Raja Nusatembini.” Ujar Adipati dengan nada keras.
“Ampun ayahanda, sesungguhnya Lutung Kesarung adalah Kakanda Kamandaka. Dia juga sesungguhnya Raden Banyak Catra Putra Prabu Silihwangi. Dialah yang mengatur semua ini.” Jawab Putri Bungsu, dan semua terkejut kalau Lutung Kesarung adalah Kamandaka dan Kamandaka adalah Raden Banyak Catra.
Namun semua menjadi ceria Kembali sebab Kamanda merupakan Putra Mahkota Pajajaran dan akan menjadi raja. Pajajaran akan melindungi Kadipaten Pasirluhur, dan mereka juga mengetahui kesaktian keluarga Kerajaan Pajajaran. Adipati Kandadaha akhirnya mengerti dan memaklumi hubungan Putri Bungsu dan Kamandaka atau Raden Banyak Catra.
***
Seorang prajurit melaporkan kalau Lutung Kesarung akan menghadap ke aulah Kadipaten. Prajurit itu juga mengatakan kalau Lutung Kesarung sudah mengalahkan semua pengawal Prabu Pule Bahas. Adipati mempersilahkan Lutung Kesarung masuk ke aulah. Semua memandangnya dengan rasa kagum dan gembira.
“Lutung Kesarung.” Itulah kata-kata semua di dalam aulah, saat melihat sosok kera putih masuk ke dalam aulah kadipaten.
Raden Banyak Catra atau Kamandaka tiba di hadapan semuanya. Dia kemudian membuka baju Ajaib pemberian dewa. Sehingga wujudnya Kembali seperti semulah. Dia meminta izin untuk menjelaskan semua duduk persoalan. Mulai dari dia mengembara untuk mencari istri yang berbudi luhur, sampai dia diangkat anak oleh Patih Reksanata, dan kesalapahaman prajurit sehingga dia menjadi buronan Pasirluhur. Kamandaka juga menceritakan tentang penobatan sebagai raja pajajaran dan syarat-syaratnya. Dia Kembali mengembara dan bertapa lalu mendapat baju Ajaib dari dewa. Sampai akhirnya dia menikam Prabu Pule Bahas.
Semua menjadi terharu dengan perjuangan Raden Banyak Catra. Maka hubungan dengan Putri Dewi Ciptarasa direstui. Lalu semua persiapan dan perbekalan pernikahan Putri Bungsu diberikan pada Kamandaka. Menikahlah keduanya dan menjadi suami istri yang Bahagia.
Post a Comment