Sejarah Daerah
Sejarah Kebudayaan
Sejarah Umum
Disusun: Tim Redaksi
Prasasti Kedukan Bukit : Dapunta Hyang Jayanaga Membangun Wanua Kota Palembang
APERO FUBLIC. SEJARAH.- Prasasti Kedukan Bukit dipahat pada tahun 605 Saka atau 683 Masehi. Dua belas tahun sebelum prasasti Kedukan Bukit di Pahat yaitu pada tahun 671 M. It-Tsing melakukan perjalanan dan singgah di Kota Sriwijaya. Dari It-Tsing juga kita mengetahui kalau di Kota Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Budha dan terdapat 1000 pendeta budha.
Dengan demikian Kota Sriwijaya yang disinggahi It-Tsing bukan Palembang tapi daerah lain, yaitu Minanga sebagaimana tertulis di Prasasti Kedukan Bukit. Sehingga dapat dipastikan kalau Lokasi Palembang sekarang merupakan daerah yang belum manju dan Dapunta Hyang memahami arti setrategisnya Bukit Seguntang (Palembang) untuk perdagangan, Pelabuhan, dan pusat pemerintahan.
Minanga nama sebuah tempat di daerah Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan daerah yang masih ada dengan nama yang sama. Bahasa yang digunakan di dalam prasasti juga masih dipakai oleh penduduk setempat. Kawasan Minanga ini, selain tercatat di Prasasti Kedukan Bukit, juga tercatat di piagam kesepahaman antara Ratu Sinuhun dan Seding Kenayan tahun 1629 telah menjadi wilayah Marga.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh C.J. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.
Prasasti Kedukan Bukit (Wikipedia) |
Transcription Prasasti Kedukan Bukit
1.Swasti cri cakawarsatita 605 ekadaci cu
2.Klapaksa wulan waichaka Dapunta Hyang nayik di
3.Samwau manalap siddhayatra disaptami cuklapaksa
4.Wulan jyesta Dapunta Hyang marlapas dari Minanga
5.Tamvan mamawa yam wala dualaksa danan koca
6.Duaratus cara di samwau danan jalan sariwu
7.Tluratus sapulu dua wanakna datam di Mukha Upang
8.Sukhacita di pancami cuklapaksa wulan
9.Laghu mudita datam marwat wanua
10.Criwijaya siddhayatra subhiksa.
Terjemahan
1.Bahagia pada tahun saka 605 hari kesebelas
2.Bulan terang bulan waisaka Dapunta Hyang naik di
3.Perahu mengadakan perjalanan. Pada hari ke tujuh bulan terang
4.Bulan Jyestha Dapunta Hyang berangkat dari Minanga
5.Mengikuti beliau membawa tantara dua laksa (dua puluh ribu)
6.Dua ratus kuli mendayang perahu, yang berjalan di darat seribu
7.Tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang
8.Dengan lega gembira datang dan membuat Wanua (negeri,kota).
10.Perjalanan Jaya Sriwijaya memberikan kepuasan.
Dari tahun pemahatan prasasti inilah diambil menjadi hari lahirnya Kota Palembang. Sehingga kota Palembang menjadi Kota Tertua di Indonesia atau dikenal dengan sebutan Ibu Peradaban Bangsa Indonesia.
Pembangunan pusat pemerintahan Sriwijaya di Palembang yang dimulai oleh Dapunta Hyang secara perlahan membuat kawasan Minanga dari waktu ke waktu semakin ditinggalkan. Penduduk sedikit demi sedikit pindah ke kota Palembang sebagai kota yang baru. Palembang kota Melayu dan pada masa-sama mendatang akan melahirkan banyak peradaban.
Disusun: Tim Redaksi
Editor. Pimpinan Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Sejarah Daerah
Post a Comment