Prasasti Kota Kapur: Prasasti Kedatuan Sriwijaya Menaklukkan Pulau Jawa
Prasasti Kota Kapur |
APERO FUBLIC. SEJARAH.- Prasasti Kota Kapur adalah prasasti peninggalan Kedatuan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Prasasti Kota Kapur adalah bukti tak terbantahkan keberadaan Kedatuan Sriwijaya. Telah menjadi sumber Sejarah Penelitian Kedatuan Sriwijaya serta sumber pengetahuan Sejarah Kedatuan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur berbentuk tugu segi enam yang mengecil di bagian puncaknya. Memiliki ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm di bagian dasar, dan 19 cm di bagian puncak. Untuk Aksara yang digunakan adalah aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti Kota Kapur ini berisi kutukan dan sumpah dari Datu Sriwijaya Dapunta Hyang Jayanaga (Jayanasa) kepada orang-orang yang berbuat jahat dan tidak tunduk kepada kedatuan Sriwijaya. Prasasti ini juga membahas tentang keberangkatan pasukan Sriwijaya untuk ekspedisi menaklukkan Bumi Jawa atau Pulau Jawa, kerajaan Hindu pertama yang ditaklukkan adalah Tarumanagara di Pulau Jawa.
Prasasti Kota Kapur ditemukan pada tahun 1892 di Kota Kapur, Pulau Bangka. Ahli epigrafi orang Belanda bernama Hendrik Kern pertama kali melakukan kajian di tahun 1913 silam. Penemuan prasasti ini, merupakan peristiwa besar dalam Sejarah Peradaban Bangsa Indonesia dan merupakan berita lahirnya ibu Peradaban Indonesia.
Bunyi Prasasti Kota Kapur.
Bahasa Melayu Kuno
1.Siddha titan hamba nwari 1 awai. Kadra Kayet ni paihumpaan namuha ulu lawan Tandrun Luah makamati Tandrun Luah winunu paihumpaan hakairum muah Kayet ni humpa unai tunai.
2.Umentern bhakti ni ulun haraki. Unai tunai kita sawanakta dewata maharadhika sannidhana. Manraksa yan kadatuan cri Wijaya. Kita tuwi Tandrun Luah wanakna dewata mulana yan parsumpahan.
3.parawis, kadhadi yan uran didalanna bhami parawis hanun. Samawuddhi lawan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. Tida ya.
4.Mar?dah tida ya bhakti. Tida ya tatwarjjawa diy aku. Dnan diiyan nigalarku sanyasa datua. Dhawa wuathana uran inan niwunuh ya sumpah nisuruh tapik ya Mulan parwwanda datu cri Wijaya.
5.(jaya) talu muah ya dnan gotrasantana. Tathapi sawankna yan wuatna jahat. Makalanit uran. Makasukit. Makagila, mantra gada wisaprayoga. Udu tuwa. Tambal.
6.Srambat. kasih. Wakirana. Ityewamadi. Janan muah ya siddha. Pulan ka iya muah yan dosana wuatna jahat inan tathapi niwnuh ya sumpah. Tuwi mulan ya manu.
7.ruh marjahti. Yan marjahati yan watu nipratista ini tuwi niwunuh ya sumpah talu. Muah ya Mulan. Saranbhana uran drohaka tida bahakti tatwarjawa diy aku, dhawa wua
8.tna niwunuh ya sumpa. Ini gran kadadhi iya bhakti tatwajjawa diy aku. Dnan di yan nigalarku sanyasa datua. Canti muah kawuatna. Dnan gotrasantana.
9.Samrddha swastha niroga nirupadrawa subhiksa muah yang wanuana parawis cakawarsatita 608 din pratipada cuklapaksa wulan waicakha. Tatkalana
10.yan manman sumpah ini. Nipahat diwelana yan wala criwijaya kaliwat manapik yan bhumi jawa tida bhakti ka criwijaya.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
1.Sebagai Pelajaran bagi semua hamba. Kadra Kayet di persumpahan seorang pemimpin, dilawan oleh Tandrun Luah maka matilah Kadra Kayet, sedangkan Tandrun Luah dibunuh oleh persumpahan Hukuman pada Kayet ini langsung terbukti.
2. Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah. Kita ketahui Tandrun Luah telah dihukum dewata karena melawan sumpah.
3.Bilamana di seluruh daerah taklukan, dibawah perintah kedatuan (istana) itu semua, ada orang yang sengaja (berbuat) jahat, bekerjasama dengan penjahat, bermusyawarah dengan penjahat, dan bersepakat dengan orang jahat.
4.tidak mengindahkan, tidak tunduk, tidak setia akan daku dan akan dia yang kuberi kedudukan (menjadi) datu, sangat (buruklah) perbuatan orang itu, (maka) ia dibunuh oleh sumpah, disuruh pukul ia terutama (oleh) kekuatan datu Sriwijaya.
5.Rusak pula dengan sanak saudara, begitu pula sekian orang yang perbuatannya jahat, membikin rusuh pikiran orang, menyakiti, membikin gila, melakukan mantera, guna-guna, menggunakan bisa, racun, tuba, dan sihir (?).
6.Setangkai (yang telah dibubuhi guna-guna), pekasi, paksaan, (perbuatan yang jahat itu mudah-mudahan) pulang kembali kepada orang yang berdosa yang berbuat jahat itu; lagi pula ia dibunuh oleh sumpah, terutama pula oleh yang menyuruh.
7.Berbuat jahat. Yang berbuat jahat akan kata yang dipasang ini, dibunuh oleh sumpah; rusak pula terutama sekehendaknya. Orang yang berlaku jahat tidak tunduk , tidak setia akan daku, sangat (busuk) lah perbuatannya.
8.Dibunuhlah dia oleh ini, manakala ia gerangan ia tunduk, setia akan daku dan akan dia yang kuberi kedudukan menjadi datu, lagi baik perbuatan dengan sanak saudaranya.
9.Untunglah (ia) selamat, tidak kenal penyakit, tidak kena celaka dan Makmur pula diseluruh daerahnya; tahun caka telah berjalan 608 pada tanggal 1 paro terang pada bulan waicaka kejadiannya.
10.Sepata, sumpah ini dipahat diatas kekuasaan Sriwijaya yang sedang melakukan penaklukan Pulau Jawa yang belum tunduk kepada Sriwijaya.
Dari: Prof. H. Kern
Pada prasasti Kota Kapur juga kita dapat ketahui tahun keberangkatan pasukan Kedatuan Sriwijaya dari Pulau Bangka ke Pulau Jawa pada tahun 608, tanggal 1 paro terang (pertengahan bulan) di bulan Waicaka.
Di situs temuan Prasasti Kota Kapur juga terdapat komplek biara agama Budha. Biara merupakan nama tempat ibadah yang dihuni para biksu-biksu budha, serta tempat belajar agama budha-Veda.
Dari sumber asing sebuah cacatan Naskah Budha dari India pada abad ke 3 Masehi jelas sekali tentang nama-nama tempat di Kepulauan Melayu disebut nama Suvarnabhumi (Sumatra), Java (Jawa), dan Wangka (Bangka). Dalam Bahasa Melayu kata Bangka berarti Pinang. Itu menandakan kalau zaman dahulu di Pulau Bangka terdapat banyak tumbuh pohon pinang atau Perkebunan pinang.
Setrategisnya pulau Bangka untuk batu loncatan menguasai jalur laut perdagangan Internasional (Selat Malaka ke Cina dan Ke India) menjadi pertimbangan Dapunta Hyang dalam menata kekaisaran Sriwijaya. Pada masa itu, di pulau Bangka terdapat sebuah Pedatuan yang besar dan ditaklukkan oleh Dapunta Hyang.
Sumber:
Arlan Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya-Bermula Dari Minanga Komering Ulu Sumatera Selatan Berjaya di Palembang Berakhir di Jambi. Palembang; Unantipress, 2002. H. 193.
Edi Sedyawati, Dkk. Candi Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. H. 180.
Post a Comment