Sejarah Daerah
Sejarah Kebudayaan
Sejarah Umum
Disusun: Tim Redaksi
Prasasti Kanton: Membuktikan Kebesaran dan Kemakmuran Kedatuan Sriwijaya dan Hubungan Diplomatik dengan Cina
APERO FUBLIC. SEJARAH.- Prasasti Kanton merupakan prasasti peringatan dan laporan pihak petinggi dan pengurus kelenteng agama Tao atas sumbangan besar Maha Datu Kedatuan Sriwijaya (San-fo-tsi) untuk membangun Kembali kelenteng yang hancur dibakar oleh penjahat bernama Lang bersama pengikutnya dari Kwan-Yuen. Kelenteng Tien-ching dibangun pada masa pemerintahan Tsin-tsung.
Masa ini Kekaisaran Cina dizaman dinasti Tang dalam pemerintahan Kaisar Chih-Ping. Sumbangan Pembangunan kelenteng dari Maha Datu Sriwijaya sebanyak 400.000 uang emas. Tentu hal ini memberikan gambaran betapa kayanya dan besarnya Kedatuan Sriwjaya. Prasasti ini berangka tahun 1079.
Berikut terjemahan bunyi Prasasti Kanton hasil bacaan dari professor Gonda;
Agama Tao berasal dari Luo-tan. Timbulnya pada masa pemerintahan dinasti Tang dan berkembang pada masa pemerintahan kaisar Chang dari dinasti Tang. Lao-tsu menulis tentang Taote-ching. Kata-katanya tinggi lagi mulia. Bukankah demikian asal-mulanya? Kaisar Ming menganjurkan kepada rakyat untuk memuja Tao dan membangun klenteng Kai-yuen. Bukankah ini suatu kemajuan? Kaisar Tsin-tsung sendiri pemeluk Tao dan selama pemerintahannya di Siang-fu membangun klenteng Tien-ching. Pembangunannya diumumkan di seluruh wilayahnya. Tidakkah itu berarti bahwa agama Tao itu mengalami perkembangan sepenuhnya?
Disudut Selatan kota Kanton, disebuah kota di kaki gunung, disitu didirikan salah satu klenteng hal itu menunjukkan bahwa di tempat itu Tao dipuja dengan giat.
Pada tahun keempat masa pemerintahan Haung-yiu penjahat Lang dari Kwan-Yuen sekoyong-koyong berlayar ke hilir sungai dan secara diam-diam datang ditepi tembok pusat kota Fan-yun. Ia menimbulkan musibah pada klenteng tersebut. Kelenteng itu dibakarnya sampai menjadi abu. Siapakah yang akan membangun kembali reruntuhan yang berserakan dimuka. Tiap orang memandangnya ? tidak adakah diantara orang yang mencari kebahagiaan yang sungguh-sungguh, yang sanggup menumpahkan perhatiannya kepada hal itu? Kota Lima Kambing (Kanton) terletak di dekat laut besar. Kota itu mempunyai hubungan dengan berbagai negara asing. Disitu tempat bertemu para pedagang.
Pada masa pemerintahan Chih-ping ada seorang raja dari San-Fo-Tsi, namanya Sang Prabu Ti-hua-ka-lo. Ia memberi perintah kepada seorang hambahnya Chih-lo-lo untuk mengirimkan perahu-perahunya ke kota itu. Chih-lo-lo melihat kelenteng rusak, kakinya telah terpendam dalam rerumputan. Sekembalinya ia memberikan laporan kepada sang prabu.
Pada saat itu sang prabu mulai cenderung kepada Tao. Pada tahun keempat ia mengirim orang yang bernama Si-li-sa-wen ke Kanton untuk menemui kepala mandala. Kemudian mulai menyelenggarakan pembangunan kembali gapura besar kelenteng.
Pada tahun pertama masa pemerintahan His-ming, Sha-wen pulang sebelum Pembangunan ruang seluruhnya selesai. Ia datang lagi pada tahun kedua untuk melanjutkan pekerjaannya. Ia mendirikan auditorium sabda kaisar disebelah barat mandala.
She-wen pulang lagi kenegerinya. Pada tahun ketiga, Sri Maharaja mengirim utusan lagi membawa berbagai barang untuk keperluan LO-yin-chih, seorang pendeta dari Lu-san. Ia meminta agar Lo-yin-chih suka menjadi pengurus dan Ho Teck suka menjadi pengawas kelenteng. Pada tahun itu juga ia membentuk panitia pembeli ladang padi seharga serratus ribu uang emas untuk membelanjai pengawasan kelenteng. Lo-yin-chih mengundurkan diri untuk kembali ke gunung tempat lamanya. Utusan Sri Maharaja lalu mendesak gubernur untuk mengangkat Ho Teck sebagai penggantinya. Selanjutnya utusan itu meneruskan Pembangunan ruang Pao-tsin, ruang utara dan ruang vegetarian.
Untuk menyempurnakan Pembangunan kelenteng, dibuatkan area Tao ditempat persajian Tian-ti Bersama para pengawalnya. Ketika Sha-wen pulang kenegerinya untuk menyiarkan agama Tao, Ho Teck Sun memberikan pesan, agar suka membujuk Sang Prabu ……………. (terputus akibat kerusakan). Sekarang seorang hakim bernama Ma-tu-hau-lo ahli kebudayaan datang ke istana dengan membawa upeti. Izin untuk menerima sumbangan telah diberikan. Sumbangan itu dimaksudkan untuk membangun ruang San-ching dan perpustakaan kaisar …………. (tidak terbaca). Telah dicor sebuah lonceng dan menaranya pun telah didirikan. Sumbangan yang berjumlah 400.000 uang emas untuk membeli ladang padi guna pembinaan klenteng sudah diterima. Maksud itu dipuji oleh istana kaisar. Kehormatan gemilang diberikan kepada orang-orang yang bersangkutan. Gelar “jendral agung” yang membantu pembaharuan tempat ibadah dan keutamaan diberikan kepada Sri Maharaja. Ho Teck Sun dinyatakan sebagai tokoh besar penyembah tao.
Sampai tahun kedua masa pemerintahan Yuan-Fong dalam pangsa waktu 7 atau 8 bulan, rencana itu telah selesai dilaksanakan. Kebagusan biara memberikan pemandangan yang cemerlang. Angin bertiup, lonceng berbunyi. Dibawah terik matahari biara itu memancarkan sinar gemerlap. Sumbangan 400.000 uang emas digunakan untuk membeli ladang padi ditepi sungai seluas 190 oddmu, terletak di Teluk Naga disebelah pulau, dekat desa San-Kuil di Distrik Nan-hai. Hasil tanamannya setiap tahun 758 hu. Ladang lain lagi yang menghasilkan pada sebanyak 90 hu dan yang terletak di desa Liang-tang di Distrik Ching-yuen juga telah dibeli. Ladang itu menghasilkan pada sebanyak 700 hu setiap tahun. Ini digunakan untuk pembiayaan para pendeta Tao. Seratus ribu uang emas sisanya didermakan kepada klenteng Ching-hui-si untuk membeli ladang padi guna menyokong pada pendeta pria dan Wanita.
Sesudah membangun klenteng tersebut, sang prabhu lalu melepaskan perahu berlayar kearah negeri yang dituju tanpa takut akan bahaya, sedangkan sebelumnya diliputi ketakutan. Ini membuktikan bahwa Yang Mahatinggi memberikan restu dan anugerah.
Sebagai saksi yang melihat mukjizat ini dengan mata sendiri, saya cenderung untuk memanjatkan doa kepada yang dimuliakan Tsong Tao dan membuat laporan ini pada tahun kedua masa pemerintahan Yuang-fong pada hari dua lipat Sembilan.
Bacaan: Prof. Gonda (Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia).
Kedatuan Sriwijaya merupakan negara tradisonal Bangsa Indonesia. Hal demikian dicatat dengan baik atas pengakuan oleh negara asing. Salah satu syarat sebuah negara resmi adalah adanya pengakuan dari negara asing. Kemudian adanya hubungan diplomatik yang yang resmi dan tercatat dengan baik.
Hubungan diplomatik Kedatuan Sriwijaya dengan Dinasti Tang telah dibuktikan dengan adanya prasasti Kanton ini. Di dalam naskah ini juga kita mengetahui kalau arti dari kata Kanton adalah Kota Lima Kambing.
Disusun: Tim Redaksi
Editor. Tim Redaksi
Sy. Apero Fublic
Via
Sejarah Daerah
Post a Comment