Percakapan Cahaya Sunrise dan Sunset
Percakapan
dengan cahaya adalah tulisan tentang cahaya saat matahari terbit dan terbenam.
Bagi yang ingin mengirim kata-kata beserta foto cahaya sunrise dan sunset dapat
mengirim melalui kontak Apero Fublic. Mari kita renungi makna dari
terbit dan tenggelamnya matahari bagi kehidupan kita. Matahari sesunggunya
ciptaan Allah yang sangat luar biasa.
Sejuta pesona mentari senja dan mentari terbit, mari kita ungkapkan agar ada rasa syukur di kehidupan kita. Percakapan Cahaya adalah percakapan antara hati seorang manusi dengan cahaya. Di saat matahari terbit ia memulai harapan baru. Kemudian saat matahari terbenam ia menanti harapan baru. Sunrise atau matahari terbit memberikan cahaya kehidupan, sedangkan sunset atau matahari terbenam memberitahu bahwa hidup itu memerlukan cahaya.
Matahari mengajarkan arti rindu pada kita, matahir juga mengajarkan bahwa saat bertemu dan berpisah hendaklah kita akhiri dengan keindahan. Coba perhatikan saat sunrise, cahaya matahari memulai, menyapa dengan keindahan di upuk timu, begitupun saat dia mengucapkan salam perpisahan di senja hari, matahari memberi cahaya seja yang indah. Sehingga hati kita begitu damai saat melepas kepergiannya, di balik gelap yang merayap.
Sejuta pesona mentari senja dan mentari terbit, mari kita ungkapkan agar ada rasa syukur di kehidupan kita. Percakapan Cahaya adalah percakapan antara hati seorang manusi dengan cahaya. Di saat matahari terbit ia memulai harapan baru. Kemudian saat matahari terbenam ia menanti harapan baru. Sunrise atau matahari terbit memberikan cahaya kehidupan, sedangkan sunset atau matahari terbenam memberitahu bahwa hidup itu memerlukan cahaya.
Matahari mengajarkan arti rindu pada kita, matahir juga mengajarkan bahwa saat bertemu dan berpisah hendaklah kita akhiri dengan keindahan. Coba perhatikan saat sunrise, cahaya matahari memulai, menyapa dengan keindahan di upuk timu, begitupun saat dia mengucapkan salam perpisahan di senja hari, matahari memberi cahaya seja yang indah. Sehingga hati kita begitu damai saat melepas kepergiannya, di balik gelap yang merayap.
Kitapun berharap bahwa besok matahari akan kembali lagi. Warna-warni
di upuk barat adalah salam perpisahan untuk kita. Merayap perlahan, kemudian
sang pencipta juga menghibur kita dengan lantunan azan magrib. Allah tahu kalau
kita bersedih kala mentari menghilang. Kemudian Allah ganti dengan cahaya
bulan, agar kita tidak berputus asa. Bahwa disetiap waktu ada cahayanya
masing-masing dalam menerangi. Matahari mengajarkan bagaimana memulai dan
bagaimana mengakhiri.
PERCAKAPAN DENGAN SENJA
Perjalalan Diantara Sunrise
dan Sunset.
Aku
letih di perjalanan panjang ini. Aku merasakan perih dan pegal kakiku. Sungguh
rasanya tidak kuat. Jalan yang mendaki, bebatuan licin, dan jurang di
sekeliling. Aku harus menanti hujan untuk minum, dan mencari tetumbuhan sendiri
untuk makan dalam perjalanan ini. Memang tidak banyak hal yang aku miliki untuk
bekal perjalanan ini.
Melainkan
sebekal semangat dan keyakinan, bahwa aku suatu hari nanti akan sampai di
sebuah tempat padang berumput. Di sana ada kolam air yang jernih, dan sungai
yang mengalir serta banyak ikan-ikannya. Perbukitan dan pepohonan hijau, di
huni berbagai hewan-hewan.Di sanalah, aku akan mengakhiri hidup.
Kemudian
banyak merenungi dosa dan kesalahan masa lalu. Aku berdoa dan memohon ampun
kepada Allah. Semoga, dalam perjalanan yang sulit ini aku bertemu dengan
seseorang yang mau menemani dengan ikhlas. Memang selama ini ada yang hendak
menemani, namun mereka lebih memilih berhenti lalu berpisah di persimpangan
jalan. Walau sedih dalam perpisahann itu, tetapi aku tetap harus melanjutkan
perjalanan ini.
Sekarang
aku tiba di sebuah tanah lapang kecil. Sebuah batu yang dapat aku duduki. Aku
beristirahat sejenak, sebab hari akan malam. Aku menanti salam merah dari sang
surya. Warna senja yang merona. Yang pamit dalam kegelapan malam. Aku akan
bersabar di sini, menanti sang surya terbit kembali. Lalau aku melanjutkan
perjalanan lagi, lagi dan lagi.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S. Pd.
Palembang, 4 Januari 2019.
Percakapan
Dengan Sunrise
Aku
terjaga di waktu gelap malam. Aku membuka jendela, yang ada hanya kegelapan.
Sedikit bintang di langit, bulan tak nampak. Kokok ayam belum terdengar. Hingga
aku memili, berwuduh dan bersujud. Sejuta resah aku hempaskan di sepertiga
malam ini. Aku yang letih dari semua ambisi dan nafsu kehidupan, mencoba
melepaskan dengan keikhlasan hati.
Mencoba mengerti dengan kekalahanku,
kehilafanku, kegagalanku, dan berbagai luka-luka oleh lidah orang-orang. Sujud
kedua, setelah itu, selesai panggilan merdu dari sebuah menara yaitu azan
subuh. Dalam damai aku meraup dinginnya air sungai. Di atas sajadah, perlahan
doa aku sambung kembali. Lalu aku bangkit dengan sejuk, sesejuk oksigen di pagi
ini.
Aku melangkah dengan segala semangat. Aku berharap dengan semua
kebaikan. Aku persiapkan perbekalan di hari ini. Menyonsong hajat dalam
beribadah dan berjuang. Bekal semangat, bekal sabar, bekal keihklasan aku
persiapkan. Melangkahlah aku kebukit yang tinggi itu. Perlahan mendaki, dan
sabar dengan sumua rintangannya.
Saat tibah aku dapat berjumpa dengan cahaya.
Tersembul merekah di upuk timur, merah meyalah dibalik gelap. Mentari pagi
mulai datang pikirku. Dia akan menemani sepanjang hari ini. Menerangi semua
aktivitas, sampai dia kembali pamit lagi di senja hari. Aku bahagia berjumpa
kembali dengan matahari pagi ini.
Semoga aku berjumpa lagi dengannya esok hari. Terimakasih mentari, sudah menerangi kami. Tinggal aku menerangi hatiku dengan
mentari yang lain. Sebuah Al-Quran kecil dan terjemahannya yang selalu aku
bawa. Semoga terang hidup ku, dengan dua penerbit cahaya, matahari dan hikma
Al-Quran. Yang sama-sama menerangi kegelapan kehidupan dunia. Akupun melangkah,
memulai hari dengan senyuman bahagia.
Oleh.
Joni Apero
Palembang,
5 Januari 2019.
Editor. Desti. S. Sos.
Foto sunset oleh. Nur Aisyah. Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia.
Foto sunset oleh. Nur Aisyah. Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia.
Berbincang
Kalbu Dengan Sunset
Hari
ini, mulai berakhir dengan perlahan. Aku kegerahan dalam lelah yang
berkepanjangan. Aku tidak mengerti dengan kehidupan ini. Aku berpikir akulah
yang paling malang dan sial. Aku berteriak, aku menjerit, aku meronta-ronta.
Adilkah tuhan, adilkah Allah, jerit batin ku. Mengapa aku, mengapa harus aku,
kenapa aku begitu malang. Kenapa aku tidak pernah bahagia seperti mereka, kenapa?
Kenapa? Kenapa?. Begitulah jeritan hidupku, sepanjang waktu.
Tangis tiada
henti, sepangang aku ingat. Semua orang tidak ada yang mau mengerti, tidak ada
yang peduli, tidak ada yang dapat membuat aku damai, semuanya jahat, semua
munafiq, semua acu-taacu. Mereka hanya dapat bilang, sabar, sabar, dan sabar.
Begitulah kiranya yang aku alami selama hidup ku. Aku duduk merenungi
semua itu, di kesunyian ini.
Aku perhatikan senja yang mulai datang. Perlahan
langit dan awan di upuk barat berwarna kemerahan. Mulai langit berubah indah
dan dalam temaram waktu. Aku berpikir mengapa perlu ada senja, mengapa matahari
perlu untuk terbenam. Tetapi ia juga teratur dalam kembalinya. Sepanjang hari
ia menemani manusia dalam perjalanan mereka. Mengapa matahari terbenam, karena
matahari sayang dengan mahluk bumi.
Dia ingin semuanya beristirahat dan
berkasih sayang di waktu malam. Kemudian berpikir tentang apa yang diperbuat
hari ini. Apabila itu salah, hendaklah diperbaiki esok hari. Tidak pernah malam
mendahului siang, dan begitupun siang tidak pernah mendahului malam. Bagaimana
aku menjawab pertanyaan di jiwaku yang serba memberontak, aku tidak dapat
menerima kemalangan hidupku.
Aku tahu sekarang, Apabila kita berbuat kesalahan, dosa, kehilafan,
terluka maka kita akhiri itu, dengan indah layaknya senja. Di malam hari kita
memperbaiki kesalahan itu. Kita bertobat dengan dosa itu, kita meminta maaf
dengan khilaf itu, dan apabila terluka, kita obati juga luka itu di malam hari.
Mungkin ada sedikit tangisan.
Kemudian kita istirahatkan hati, lalu kita
memulai kehidupan yang baru di esok hari, seakan matahari terbit. Dan apabila
kemalangan itu berulang kembali, belum juga berakhir. Kembali kita melakukan
hal yang sama, akhiri dengan indah seperti senja. Lalu besok pagi kita kembali
dengan kehidupan baru seakan matahi terbit. Apabila terus berulang kemalangan
itu, maka kita lakukan kembali itu.
Akhiri dengan indah seperti senja, dan
mulai seperti matahari terbit. Dan lakukan itu terus menerus, sampai kita
kapanpun, walau kita sendir dalam kesendirian. Kelak kita juga akan menjadi
matahari. Bukan hanya dapat menerangi, tetapi dapat juga memberi cahaya bagi
kehidupan dunia. Dia muncul memberi harapan dan mengakhiri dengan indah.
Oleh.
Joni Apero
Editor. Selita. S. Pd.
Palembang,
5 Januari 2019.
Foto sunset oleh. Ade Rahmadhania. Pantai Panjang, Bengkulu.
Foto sunset oleh. Ade Rahmadhania. Pantai Panjang, Bengkulu.
Rindu Jodoh Dibalik Senja
Angin
berhembus lembut, menyapa di senja ini. Bergoyang daun dan bunga ilalang.
Betebaran bunga itu, memutih di udara. Aku berdiri diantara semak belukar yang
rapat. Seekor burung pipit terbang membawa daun ilalang kering. Sebatang pohon
pinang yang sudah tua, lagi melengkung tempat ia membangun sarang.
Bila angin
berhembus, menjeritlah anak-anaknya. Tetapi induk burung pipit selalu
menenangkan anak-anaknya. Dua ekor kupu-kupu berlalu terbang beriringan.
Membuat aku iri dengan mereka. Aku dalam kesendirian di lamunan senja
ini. Aku tidak mengerti apa yang aku inginkan. Hidupku terasa kurang dan
sepi.
Sekian waktu dalam kesendirian, sekian lama melangkah tanpa arti. Aku
melangkah saja, tak tahu bagaimana. Seperti ombak tampa suara, seperti gulai
tanpa garam. Sungguh aku seperti nahkoda yang kuat, berlayar dilautan yang
luas. Tetapi tidak ada air untuk minum, sehingga aku seperti dahaga yang
menyekat di jiwa.
Aku melihat kumbang tampa bunga, melihat bungah tanpa
kumbang. Bunga tak jadi mekar kalau kumbang tidak datang. Kumbangpun tidak
dapat hidup apabila tiada bunga-bunga. Bagaimana kalau seorang lelaki tanpa
perempuan. Bagaimana pula perempuan tanpa lelaki.
Senja
yang merah merona. Berkelip diantara dua dunia. Dunia gelap dan dunia terang.
Aku percaya di sini menyambut gelap, di sana menyambut pagi. Senja merah coba
beri penjelasan dengan aku yang berjalan sendir ini. Benarkah dunia ini sepi,
atau tidak berpenghuni. Senja merah, sebelum kau melangkah pergi jauh.
Coba
berikan aku jawaban dalam kesendirian ini. Aku sesungguhnya takut dengan
kebersamaan. Aku tidak tahu, bagaimana mencari seseorang. Senja merah, benarkah
jodoh ditangan Allah. Mengapa kami belum bertemu, apakah aku belum pantas
bertemu. Aku tidak mengucapkannya pada siapapun.
Tetapi jiwaku yang
memanggil-manggil. Senja merah, inilah pikiranku menatapmu. Aku menghibur diri
dalam kesendirian. Aku merindui tanpa tahu yang aku rindu. Kata-kata aku soreh
ini, hanyalah ungkapan tanpa tahu maknya. Beginilah aku yang merindukan, yang
hampa, yang tidak tahu arah. Aku memikirkan siapa jodohku.
Oleh.
Nabila Syurma.
Editor. Desti. S. Sos.
Sekayu, 7 Januari 2019.
Editor. Desti. S. Sos.
Sekayu, 7 Januari 2019.
Ujaran Senja
Senja
seolah mengabarkan, bahwa akan tiba saatnya engkau untuk berhenti, lalu
merenungi setiap langkah yang telah di mulai hari ini. Kemudian bersiap menemui
sang pajar yang menuntutmu untuk menjadi lebih baik, dan tentunya lebih indah.
Dari waktu-waktu yang telah berlalu.
Oleh. Putri Adillah Sari.
Editor. Selita. S. Pd.
Jambi,
28 Januari 2019.
Foto. Putri Adillah Sari.
Foto. Putri Adillah Sari.
Matahari Pulang.
Saat matahari sinarnya mulai disembunyikan. Saat sang mentari mulai kembali ke peraduan. Langitpun mulai menampakkan kegelapan. Saat itulah simponi kerja keras, usaha, juga doa yang berlalu dan bernyanyi dalam pikiran. Cahaya itu memang menyilaukan menerangi jagad raya.
Saat matahari sinarnya mulai disembunyikan. Saat sang mentari mulai kembali ke peraduan. Langitpun mulai menampakkan kegelapan. Saat itulah simponi kerja keras, usaha, juga doa yang berlalu dan bernyanyi dalam pikiran. Cahaya itu memang menyilaukan menerangi jagad raya.
Tetapi gelap itu menakutkan.
Adakalahnya suatu hal yang ditakutkan kita hadapi tanpa rintangan. Adakalahnya
hal yang kita anggap mudah sangat sulit untuk kita taklukkan. Senja itu indah
bagi orang-orang yang dapat memetiknya. Senja akan kembali juga dengan hal-hal
yang baru. Senja itu kembali dengan membawa tantangan dan rintangan yang kita
ceritakan.
Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Desti. S. Sos.
Lahat, 28 Januari 2019.
Foto oleh. Nur Aisyah. Sungai Lematang, Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia.
Catatan:Untuk teman-teman yang ingin mengirim kata-kata tentang sunset dan sunrise dipersilahkan dan diterimah dengan baik. Asalkan tulisan hasil ciptaan sendiri dan tidak menimbulkan efek negatif apapun. Kiriman tulisan tanggung jawab dari pengirim sepenuhnya.
Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Desti. S. Sos.
Lahat, 28 Januari 2019.
Foto oleh. Nur Aisyah. Sungai Lematang, Lahat, Sumatera Selatan, Indonesia.
Catatan:Untuk teman-teman yang ingin mengirim kata-kata tentang sunset dan sunrise dipersilahkan dan diterimah dengan baik. Asalkan tulisan hasil ciptaan sendiri dan tidak menimbulkan efek negatif apapun. Kiriman tulisan tanggung jawab dari pengirim sepenuhnya.
By.
Apero Fublic