Peribahasa Indonesia
APERO FUBLIC.- Peribahasa sama halnya dengan pepatah. Yaitu suatu kalimat singkat dan padat serta mengandung nasihat atau makna yang dalam pada kehidupan sosial pada suatu masyarakatnya. Pepatah atau peribahasa juga bermakna nasihat-nasihat atau ajaran sosial dari orang-orang tua terdahulu. Pepatah sama dengan sastra rakyat lainnya. Karena tidak memiliki pengarangnya.
Tetapi tersebar ditengah masyarakat luas. Sifat peribahasa atau pepatah adalah tidak memihak atau menguntungkan suatu golongan atau individu. Tetapi umum berlaku untuk semua orang. Apabila kata-kata itu memihak atau menguntungkan kelompok atau individu. Maka kalimat tersebut bukan pepatah atau peribahasa. Tetapi sebatas pendapat atau persepsi umum.
Pepatah atau peribahasa sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Pepatah seakan-akan sastra rakyat yang tidak pernah mati. Tumbu dan berkembang di tengah masyarakat di sepanjang zaman. Maknanya, seiring waktu pepatah atau peribahasa berevolusi juga sesuai dengan perumpamaan yang terjadi sesuai dengan realitas di tengah masyarakat.
PERIBAHASA INDONESIA
1). Tiada gading yang tak retak.
Bermakna bahwasanya manusia tidak ada yang
sempurna, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2). Tiada rotan Akarpun berguna.
Bermakna kalau tidak memiliki suatu yang
lebih, maka bersyukur dengan apa yang ada.
3). Pandai-pandai menitih bui, alamat
badan sampai di seberang.
Bermakna baik-baik prilaku di negeri
orang, baik-baik ahlak dimanapun berada, maka hidup akan selamat dan dihargai
orang.
4). Menang jadi abu, Kalah jadi arang.
Bermakna, diibaratkan pada orang yang
berkelahi, saling membunuh, bertengkar, ribut adik beradik, perang saudara.
Dimana kedua belah pihak tidak ada yang untung selain kerugian dan kehancuran
bersama-sama.
5). Laksana ayam betina berjambul emas.
Bermakna seorang gadis yang berlagak suci,
sombong, berpenampilan menarik, tampak pintar. tetapi sesunggunya ia tidak lagi
punya harga diri, sudah tidak perawan lagi, dan sering ditiduri lelaki yang
bukan suaminya. Ia diibaratkan seperti ayam betina yang dikawini terus menerus
oleh ayam-ayam jantan. Dapat kita perhatikan saat ayam kawin tidak mengenal
tempat dan waktu. Ayam jantang silih berganti mengejar dan menunggangi
mengawininya.
6). Bagai pungguk merindukan bulan.
Bermakna harapan yang tidak mungkin
sampai. Atau di ibaratkan cinta yang tidak mungkin bersatu.
7). Bertepuk sebelah tangan.
Harapan sepihak sedangkan pihak yang
diharap tidak membalas atau tidak mengharapkan. Atau orang yang jatuh cinta
pada seseorang tetapi yang dicintai tidak mencintainya.
8). Harimau mati meninggalakan belang,
manusia mati meninggalkan nama.
Berbuat dan bertingkahlakulah dengan baik
dan benar, baik-baik ahlak karena nama akan selalu di ingat manusia, jangan
sampai menjadi perumpamaan orang. Sebagai conto misalnya cerita korun dalam
Al-Quran yang tamak dan kufur. Sampai sekarang orang selalu menyebut nama Korun
saat menemukan harta tak bertuan, atau harta karun.
9). Air yang tenang jangan disangka tidak
berbuaya.
Bermakna jangan meremehkan orang, ibarat
orang pendiam dan tidak banyak bicara jangan di anggap tidak berani atau tidak
memiliki kemampuan.
10). Besar pasak daripada tiang.
Bermakna dengan orang yang boros atau
kurang perhitungan. Seperti orang memiliki pendapatan tiga juta sebulan, tetapi
ia menghabiskan uang empat juta sebulan, berati ia berhutang sana sini dan
kececeran dalam menanggani keuangan.
11). Ibarat air mata yang jatuh di perut.
Bermakna dengan orang yang berduka,
bersedih, tetapi ia sembunyikan dan ia rasakan sendiri tanpa ia ceritakan pada
sesiapapun.
12). Ada gula ada semut.
Bermakna dimana ada enaknya, ada
kenikmatan akan banyak orang datang. Atau setiap sesuatu terjadi akan ada
sebabnya. Seumpama orang yang awalnya benci tiba-tiba jadi baik, mungkin
perubahan sikapnya ada sebab apa.
13). Berdiang di abu dingin
Bermakna, orang yang mengharap pertolongan
pada orang yang tidak dapat menolong.
14). Terpegang di abu hangat
Bermakna, baru mau berusaha atau
mengerjakan sesuatu sudah mendapat musibah atau kesusahan.
15). Ketika ada jangan di makan, bila
habis makan di makan.
Bermakna, supaya dalam hidup berhemat.
Jangan menghambur-hamburkan uang simpanan, supaya kelak tidak susa sendiri.
16). Ada udang di balik batu.
Bermakna, ada maksud tersembunyi. Ada hal
yang dia harapkan walau tidak ia utarakan.
17). Harap pada yang ada, cemas pada yang
tiada.
Bermakna agar hidup bersabar, dan
penyabar. Jangan jadi orang yang tidak sabaran.
18). Hidup di kandung adat, mati di
kandung tanah.
Bermakna hiduplah menurut adat yang baik.
Agar tidak merusak moral di tengah masyarakat.
19). Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang
betung.
Bermakna, dalam mengerjakan sesuatu
ditengah masyarakat hendaklah menurut adat istiadat yang berlaku.
20). Adat muda menanggung rindu, adat tua
menanggung ragam.
Bermakna, anak muda hendaklah bersabar
dalam menginginkan sesuatu, sedangkan orang tua harus sabar dalam menghadapi
kesukaran hidup.
21). Air beriak tanda tak dalam.
Bermakna, orang yang banyak berbicara
biasanya orang bodoh.
22). Bagai air di daun keladi.
Bermakna sesuatu yang sia-sia. Perbuatan
yang tidak pernah dihargai.
23). Adat di isi, tembaga di tuang.
Bermakna, dalam mengerjakan sesuatu
hendaklah menurut ketentuan yang berlaku, sesuai hukum dan syariah.
24). Air besar batu bersibak.
Kalau terjadi perselisihan besar,
tiap-tiap golongan akan mencari pemimpinnya sendiri-sendiri.
25). Air di minum terasa duri, nasi
dimakan terasa sekam.
Bermakna perasaan orang yang sedang di
timpa kesusahan dan kemalangan hidup yang tak berkesudahan.
26). Air yang dingin juga dapat memadamkan
api.
Bermakna orang yang sedang marah dapat
ditenangkan dengan perkataan yang baik-baik dan lembut.
27). Air orang disauh, ranting orang
dipatah, adat orang diturut.
Bermakna, apabila kita merantau atau
berada di negeri orang kita menurut adat istiadat orang yang kita tempati atau
kita datangi.
28). Air pun ada pasang surutnya.
Bermakna hidup harus sabar, sebab dalam
kehidupan adakalah susa dan senangnya. Adakala kita berhasil dan adakalanya
kita merugi.
29). Bagai mencincang air.
Bermakna tentang perbuatan yang sia-sia
30). Bagai air jatu ke batu.
Bermakna pada, pemberian nasihat kepada
seseorang yang tidak perna di dengarkan.
31). Bermain air basah, bermain api
terbakar.
Bermakna, dalam mengerjakan suatu perbuatan
akan mendapat imbas atau akibat dari perbuatan itu.
32). Menepuk air di dulang, terpercik muka
sendiri.
Bermakna, pada orang yang membuka aib
keluarga, kekurangan keluarganya, maka ia akan menjelekkan dirinya sendiri.
33). Menuangkan air di laut.
Bermakna memberikan sesuatu atau
pertolongan pada orang yang tidak memerlukan pertolongan. atau mengajarkan
suatu hal pada orang yang lebih ahli.
34). Sambil menyelam minum air.
Bermakna, orang yang dapat melakukan
sesuatu dalam satu waktu. Atau mendapat keuntungan berbarengan dalam sekali
pekerjaan. Dapat juga berarti orang yang mengambil kesempatan.
35). Berguru kepalang ajar, bagai bunga
kembang tak jadi.
Bermakna, kalau belajar harus
sunggu-sunggu agar tidak menghabiskan waktu saja sehingga ilmunya dapat bermanfaat
di kemudian hari.
36). Lubuk akal tepian ilmu.
Bermakna orang berilmu tempat bertanya.
seperti ulama, kiai, orang yang ahli dan sebagainya.
37). Akal tak sekali datang, runding tak
sekali tiba.
Bermakna, segala sesuatu itu harus
berangsur-angsur tidak ada yang sekali jadi. Pemikiran itu berkembang tidak
sekali pikir langsung sempurna.
38). Telah berurat berakar.
Bermakna pada sifat manusia, sesuatu yang
sudah sangat berpengaruh dan mendarah daging, akan sangat sulit untuk
mengubahnya.
39). Kalau pandai mencencang akar, mati
lalu kepucuknya.
Bermakna pada perperangan, jika
pemimpinnya sudah kalah, berarti anak buanya akan menyerah begitu saja.
40). Mencabut harus dengan akar-akarnya.
Bermakna membasmi atau mengalakan sampai
ke bibit-bibitnya supaya tidak tumbuh lagi.
41). Ada aku dipandang hadap, tiada aku
dipandang belakang.
Bermakna dengan orang bermuka dua. Apabila
kita berhadapan ia seolah-olah baik, ramah, tetapi saat kita tidak ada ia
menjelek-jelekkan kita.
42). Alah bisa kerana biasa.
Bermakna, kehebatan, kelebihan orang
karena belajar dan berlati pada bidangnya, maka kemudian ia menjadi ahli dan
pandai dalam hal tersebut.
43). Berkawan dengan orang alim menjadi
alim, berkawan dengan pencuri menjadi pencuri.
Bermakna dalam berteman hendaklah berteman
dengan orang baik, orang alim, orang jujur agar sifatnya itu menular sehingga
kita menjadi baik. Kalau kita berteman dengan orang jahat tidak mustahil kita
ikut menjadi jahat, atau kita yang di jahati.
44). Alu patah lesung hilang.
Bermakna, pada orang yang menderita
kemalangan yang terus menerus.
45). Belum beranak sudah di timang.
Bermakna, pada orang yang merasa sudah
menguasai sesuatu, tetapi semua hal-hal yang mendukung lainnya belum ia kuasai.
Dapat juga belum siap tetapi sudah mulai berlaga.
46). Anak di pangku di lepaskan, beruk di
rimbah di susukan.
Bermakna pada orang yang menyelesaikan
pekerjaan atau mengurusi permasalahan orang lain, tetapi ia melupakan
permasalahannya sendiri. Atau diibaratkan orang yang selalu membaca kejelekan
orang tetapi ia lupa memperbaiki diri sendiri.
47). Rusak anak karena menantu.
Bermakna, seorang menantu yang tidak
bijaksana sehingga menyebabkan pertikaian, perselisihan, dan sebagainya sebab
menantu yang kurang baik tabiatnya.
49). Anak sendiri di sayang, anak tiri di
hardik.
Bermakna pada orang yang berlaku tidak
adil, atau berat sebelah.
50). Kecil-kecil anak, kalau sudah besar
menjadi onak.
Bermakna pada anak sendiri, diwaktu kecil
menyenangkan, disaat beranjak dewasa menyusahkan.
51). Mencintai anak tangan-tangankan,
mencintai istri tinggal-tinggalkan.
Bermakna, jika sayang kepada anak kalau ia
berbuat salah di marahi dengan bijak, jangan dibela-bela agar ia tidak
melunjak.
52). Belum beranak sudah berbesan.
Bermakna pada orang yang baru berusaha,
tetapi sudah mengharap hasil yang bukan-bukan.
53). Angan lalu pahat tertumbuk.
Bermakna pada orang yang bercita-cita
besar, usaha besar-besar, tetapi tidak bermodal dan berilmu.
54). Anggu bukan, geleng iya.
Bermakna pada orang yang berkata apa, dan
berbuat apa. Ia melarang orang tapi ia yang melakukannya.
55). Kemana angin deras, kesana
condongnya.
Bermakna pada orang yang tidak punya
pendirian hidup.
56). Angin tak dapat ditangkap, asap tak
dapat digenggam.
Bermakna dengan berita, kejadian, atau
kabar yang sudah di ketahui orang banyak. Atau suatu kejadian di depan umum,
kemudian sudah banyak wartawan sehingga hal tersebut tidak dapat lagi
dirahasiakan. Hal yang tidak dapat dirahasiakan.
57). Angin berputar, ombak bersabung.
Bermakna dengan suatu masalah yang sulit
di selesaikan karena banyak sangkut pautnya. Seperti penyakit yang sudah
komplekasi.
58). Ia berkepala angin.
Bermakna, sebagai perumpamaan orang yang
sangat bodoh tapi sulit sekali di beri penjelasan dan tetap pada pendiriannya
yang tidak masuk akal.
59). Kalau angin tidak bertiup, tidak akan
pohon bergoyang.
Bermakna sesuatu hal yang terjadi pasti
ada asal muasal sebabnya. Tidak mungkin sesuatu hal itu, terjadi dengan
sendirinya.
60). Hangus tiada berapi, karam tiada
berair.
Bermakna, di ibaratkan perjalanan hidup
seseorang yang selalu ditimpa kemalangan dan kesedihan hati. Ia begitu
menderita, hatinya banyak tersakiti dan ia pun selalu menuai kemalangan hidup.
61). Seperti anjing terbakar ekornya.
Bermakna pada seseorang yang kelabakan,
berlari kesana-kemari meminta tolong dan dia tidak tahu harus berbuat apa.
62). Anjing diberi makan nasi, bilakah
kenyang.
Bermakna, menanamkan kebaikan kepada orang
jahat, orang yang tidak tahu terimakasi, tidak tahu budi, sombong lagi angkuh
tidak ada gunanya.
63). Anjing menyalak tiada menggigit.
Bermakna pada orang yang banyak bicara,
dalam bicaranya sangat garang dan berisi, tetapi saat ia bertemu dengan orang
yang menentang baru di kelihatan bahwa, dia sebenarnya sangat penakut.
64). Anjing dipukul sekalipun, berulang
juga ia ketmpat tulang.
Bermakna orang yang berbuat kejahatan akan
kembali mengulang kejahatannya.
65). Seribu anjing menyalak, takkan runtuh
bukit dan gunung.
Bermakna, perkataan orang kecil, orang
miskin, tidak akan di dengar oleh orang besar atau orang yang berkuasa di sana.
67). Seperti anjing beroleh bangkai.
Bermakna dengan orang yang sangat rakus.
di ibaratkan orang yang menjadi penguasa, pejabat, anggota dewan, yang
menemukan anggaran dan berusaha mencari cela untuk berkorupsi. Anggaran ibarat
kumpulan bangkai di mana mereka berebut seperti halnya anjing-anjing berebut
bangkai sesamanya. Anjing sangat rakus, semakin besar anjing akan semakin besar
yang ia dapat. Bahkan saat makan dimana sudah ada jatah sendiri anjing, anjing
lebih besar masih memukul yang anjing kecil walaupun itu anakanya sendiri.
Sangat rakus.
68). Bersisi atah dengan beras.
Bermakna, orang miskin, atau orang hina,
akan terasa asing dan tidak di anggap apabila diantara orang-orang terhormat
atau orang-orang kaya.
69). Tiada tahu atah terkunya.
Bermakna dengan orang yang selalu
berkata-kata dengan sembrono, sekehendaknya sendiri, ceplas-ceplos, tapi ia
tidak menyadari bahwa perkataannya itu menyakiti hati orang, dan tidak pantas
di ucapkan.
70). Sudah terantuk baru menengadah.
Bermakna pada orang yang berbuat
kecerobohan, sudah dapat masalah dan kerugian, baru dia sadar dan menyesal.
71). Jauh panggang dari api.
Bermakna, dengan sesuatu yang tidak
sesuai, atau tidak searah, tidak nyambung istila sekarang.
72). Api padam puntung berasap.
Bermakna, orang yang mengungkit
permasalahan yang sudah basi. Dimana hal tersebut tidak ada paidahnya lagi.
73). Bagai api dengan asap.
Bermakna persahabatan yang tidak
terpisahkan.
74). Seperti api dalam sekam.
Bermakna orang yang menyimpan sesuatu di
dalam hatinya yang terus dia ingat-ingat dan mungkin sakit hati atau dendam.
Atau permasalahan yang tersembunyi yang kemudian hari akan timbul.
75). Api padam puntung hanyut.
Bermakna pada perkara yang sudah selesai.
76). Meletakkan api di bumbungan.
Bermakna orang yang ingin terkenal, atau
sekarang diistilahkan dengan orang mencari popularitas, kemudian dia berbuat
yang aneh, salah, tidak sesuai dengan norma kebaikan dan sebagainya.
77). Seperti api membakar padang ilalang
kering, tiada cara memadamkan lagi.
Bermakna orang yang lemah, orang miskin
atau orang kecil tidak akan berdaya menolak bencana, menolak permasalahan,
menolak tuduhan, yang menimpa dirinya.
78). Laksana apung dipermainkan gelombang.
Bermakna orang yang lemah, atau orang
miskin, tidak berdaya dipermainkan oleh orang yang kuat. Atau orang yang
dipermainkan oleh orang-orang banyak, dikeroyok.
79). Terapung tak hanyut, terendam tak
basah.
Bermakna dengan suatu urusan, perkara,
yang belum menemui titik terang dalam permasalahannya dan keputusannya. Kalau
istila cinta sekarang di gantung, putus tidak, tetapi tidak juga berhubungan.
80). Arang walau di cuci dengan air mawar
takkan putih.
Bermakna dengan orang yang jahat, sulit di
perbaiki atau berubah.
81). Terpijak arang hitam tampak.
Bermakna, orang yang berbuat sesuatu akan
mendapat balsannya.
82). Arang di muka, arang di kening.
Bermakna orang yang mendapat malu yang
sangat besar.
83). Bagai melihat asam.
Bermakna pada keinginan yang sangat besar,
harapan besar yang dinanti-nanti.
84). Menggantung asap mengukir langit.
Bermakna dengan orang yang melakukan
perbutan yang sia-sia, perbuatan yang tidak ada manfaatnya, bahkan perbuatan
itu merugikan dirinya sendiri.
85). Atap ijuk kerabung upih.
Bermakna suatu perbuatan orang yang
mencampur adukkan perkara baik dengan perkara buruk. Sehingga semuanya menjadi
buruk di mata masyarakat. Seperti contoh, orang yang suka ibadah tapi masih
suka menzalimi orang.
86). Asam di daratan, garam dilautan, bertemu juga di dalam belanga.
Bermakna dengan jodoh, apabila berjodoh
sejauh apapun jarak pasti akan bersatu juga menjadi suami istri.
87). Tak pandai menari, dibilangnya lantai terjungkat.
Bermakna pada orang yang salah, kemudian
ia mencari alasan untuk berkilah, untuk menutupi kesalahannya.
88). Ayam berunduk siri berjunjang.
Bermakna hendaklah melindungi orang yang
lemah agar mereka selamat dan mendapat perlindungan.
89). Seperti anak ayam kehilangan induk.
Bermakna dengan keadaan yang kacau dan
ribut karena kehilangan pemimpin, atau menggambarkan suasana yang kacau balau
di kerumunan massa.
90). Seciap bagai ayam, sedecing bagai
besi.
Bermakna dengan orang yang hidup
seia-sekata, senasip sepenanggungan.
91). Bagai babi merasai gulai.
Bermakna, tidak layak orang hina, orang
kebanyakan, orang kecil, yang mengharapkan anak seorang bangsawan, atau anak
raja.
92). Seperti kulit badak.
Bermakna dengan orang yang tidak memiliki
perasaan.
93). Badak makan anak.
Bermakna pada orang yang membuang anak,
karena takut aibnya terbongkar di muka umum.
94). Anak badak jangan di hambat-hambat.
Bermakna, jangan sekali-seklai mencari
malapetaka. Jangan dengan sengaja berbuat sesuatu yang akan merusak diri
sendiri, merugikan diri sendiri.
95). Bayang-bayang sepanjang badan.
Bermakna, supaya dalam pengeluaran hidup
sesuai dengan pendapatan kita, penghasilan kita. Jangan sampai pengeluaran itu
melebihi dari gaji kita.
96). Hancur badan dikandung tanah, budi
baik dikenang jua.
Bermakna, budi bahasa yang baik itu, tidak
akan lupa selama-lamanya. Budi baik yang ditanam akan selalu di kenang, tidak
akan hilang dari hidup seseorang.
97). Selama hayat di kandung badan.
Bermakna, selama hidupnya. Cinta dan
kesetiaan seseorang tidak akan hilang sampai ia mati.
98). Kalau pandai menggulai, badar menjadi
tenggiri.
Bermakna, orang yang bijaksana akan
berbuat yang terbaik dalam memimpin, baik itu memimpin dirinya, keluarga, atau
masyarakatnya. Ia selalu berbuat adil dan dapat memberikan yang terbaik dalam
memimpin.
99). Main badar main gerundang.
Bermakna pada orang yang biasa saja,
kemudian ia meniru-niru orang terkenal, orang besar, sehingga hal tersebut
menyusakan dirinya sendiri.
100). Besar kayu besar bahannya, kecil
kayu kecil bahannya.
Bermakna, besar kecilnya pengeluaran tergantung pendapatannya. Begitupun
dengan sebuah usaha, usaha yang kecil pendapatan sesuai dengan usahanya. Usaha
yang besar tentu membuahkan hasil yang besar. Semuanya tergantung dari usaha
kita dan cara kita.
101). Bahasa menunjukkan bangsa.
Bermakna bahwa tabiat dan tutur seseorang
menunjukkan asal usulnya. Apabila meluas maka bahasa juga dapat merujuk sebuah
identitas negara di luar negeri.
102). Ia membungkam seribu bahasa.
bermakna dengan orang yangdiam dan tidak
mau berkata-kata lagi.
103). Bahasa dan bangsa tidak
diperjualbelikan.
Bermakna apabila budi bahasa kita baik
maka orang akan menghormati kita. Atau bermakna bahwa bangsa kita adalah hal
yang harus di belah dan jaga.
104). Memikul di bahu, menjunjung di
kepala.
Bermakna apabila mengerjakan sesuatu agar
menurut peraturan yang telah ada atau peraturan yang berlaku. Seumpama hukum
shalat yang sudah ada hukumnya agar jangan di rubah menurut nafsu kita.
105). Bekerja bahu membahu.
Bermakna orang yang bekerja bersama-sama
tanpa ada perhitungan sehingga mereka kompak.
106). Tangan mencencang bahu memikul.
Bermakna orang yang berbuat sesuatu
kemudian ia bertanggung jawab.
107). Sudah lepas dari bahu.
Bermakna sesuatu yang tidak lagi menjadi
wewenang atau tanggung jawabnya.
108). Dahulu bajak daripada jawi.
Bermakna dengan orang yang mengerjakan
sesuatu tetapi tidak menurut aturan.
109). Bagai mencabik baju di dada.
Bermakna dengan orang yang membuka air
keluarganya sendiri, ia menvceritakan rahasia keluarganya sendiri yang
semustinya ia tutupi.
110). Bagaikan memakai baju pinjalaman.
Bermakna perbuatan orang yang berbuat
sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya (bukan ahlinya, bukan bidangnya, dll),
sehinnga ia menjadi canggung dan ragu.
112). Menyinsingkan lengan baju.
Bermakna pada orang yang bekerja keras.
113). Jangan mengukur baju orang di badan
kita.
Bermakna, jangan sekali-sekali mengukur
kemampuan orang dengan mengukur diri kita atau membandingkan dengan kita.
114). Di bakar tak hangus.
Bermakna tentang orang yang kikir.
115). Kejadian itu telah membakar hatinya.
Bermakna suatu kejadian telah membuat
hatinya panas.
116). Terbakar kampung kelihatan asap,
terbakar hati siapa yang tahu.
Bermakna, tidak ada yang tahu persis
tentang hati seseorang. atau jua, bahwa kita tidak dapat mengetahui isi hati
seseorang.
117). Bakar tak berapi
Bermakna pada orang yang menaruh cintak
palsu, atau pura-pura cinta.
118). Bala lalu di bawa singgah.
Bermakna, jangalah sengaja mencari-cari
masalah atau mencari malapetaka. Hiduplah dengan tenang dan bijak, perkara yang
besar di kecilkan, masalah kecil di habiskan.
119). Memikat Balam dengan Balam.
Bermakna, petunjuk untuk menangkap maling,
penjahat, pelaku kejahatan adalah dengan penjahat juga.
120). Jerat takkan melupakan Balam, tetapi Balam melupakan jerat.
Bermakna, Orang akan lupa dengan bahaya,
tetapi bahaya tidak akan lupa dengan mangsanya.
121). Ibarat seekor Balam, mata terlepas badan terkurung.
Bermakna dengan orang yang dipingit.
122). Tersembunyi dalam kata.
Bermakna, orang berkata mempunyai maksud
lain dari apa yang ia katakan, entak maksud jahat atau sebaliknya.
123). Dibalik-balik bagai memanggang.
Bermakna kalau kita hendak mengerjakan
sesuatu, pikirkan terlebih dahulu masak-masak, supaya jangan menyesal kemudian.
124). Balik belakang lain bicara.
Bermakna dengan orang yang mengingkari
janji.
125). Bagai baling-baling di atas bukit.
Bermakna dengan seseorang yang mudah kenah
pengaruh orang lain.
126). Seperti pohon bambu di tiup angin.
Bermakna dengan orang yang lemah lembut,
tetapi ia kuat dan tidak mudah kenah pengaruh atau godaan.
127). Upah lalu bandar tak masuk.
Bermakna dengan suatu pekerjaan yang hanya
menderita kerugian saja.
128). Bangau-bangau minta aku leher, badak-badak minta aku daging.
Bermakna pada orang yang selalu iri dan
dengki pada orang lain.
129). Setingi-tinggi bangau terbang, akhirnya jatuh kepelimbangan jua.
Kemana saja kita merantau, akhirnya pulang
juga ke kampung halaman.
130). Ada bangkai ada kering.
Bermakna, apabila ada perempuan yang
serong atau nakal, disitu lelaki berkumpul.
131). Menjemur bangkai ke atas bukit.
Bermakna dengan orang yang menceritakan
keahlian diri sendiri dan kelemahannya sendiri pada orang lain.
132). Bangsat tak tahu di sukanya.
Bermakna dengan orang kecil, orang biasa,
orang bodoh, oarng miskin yang berlagak bagai orang besar tetapi ia tidak tahu
kekurangannya sendiri.
133). Banyak habis sedikit sedang.
Bermakana pada pengelolaan keuangan,
dimana keuangan akan cukup tergantung dari hemat atau borosnya si pemegang
uang.
134). Lepas bantal berganti tikar.
Bermakna dengan seseorang lelaki yang
menikah dengan keluarga istrinya, tetapi istrinya sudah meninggal.
135). Bagai mengangkat batang pohon yang
terendam.
Bermakna membantu orang dalam kesusahan.
Atau membantu memulihkan nama baik seseorang yang di pitnah. Mengembalikan
kepercayaan orang pada seseorang.
136). Berjalanlah sampai ke batas,
berlayarlah sampai kepulau.
Bermakna dalam mengejar cita-cita kita
harus berjuang dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
137). Bagai mengungkit batu dibencah.
Bermakna, makin dikerjakan pekerjaan yang
sulit, maka akan bertambah sulit pula mengerjakannya. Tidak mudah untuk menjadi
sukse dan berhasil dalam kehidupan ini.
138). Lempar batu sembunyi tangan.
Bermakna pada orang yang berbuat jahat,
kemudian ia mempitna orang lain. Atau suatu gambaran dari perbuatan orang yang
licik dan jahat.
139). Tidak tergapai batu di pulau.
Bermakna, bahwa tidak melayani kehendak
orang banyak. Orang yang tertutup dan tidak terbuka dengan orang lain.
140). Batu kecil terguling naik, batu
besar terguling turun.
bermakna Orang yang rendah derajad dan
keturunannya menjadi mulia. Orang besar menjadi turun derajadnya karena
perbuatannya yang hina.
141). Bagai mencampakkan batu keluar.
Bermakna pada orang yang suka menolong
orang lain, baik pada orang lain, tetapi ia tidak memperdulikan keluarganya
sendiri.
142). Bau busuk tiada berbangkai.
Bermakna dengan tuduhan pada orang yang
tidak ada buktinya.
143). Jauh bagai bungah, dekat bagai
kotoran.
Bermakna dalam keluarga apabila dekat suka
bertengkar, apabila jauh saling menyayangi.
145). Berbau bagai setahun pelayaran.
Bermakna pada bau yang teramat busuk. atau
bermakna dengan aib seseorang yang telah di ketahui orang dan sudah merebak
keseluruh negeri sehingga tidak dapat lagi ditutupi.
146). Berkata di bawah-bawah, mandi di
hilir-hilir.
Bermakna, hendaklah kita berbudi pekerti
yang halus, supaya orang menghormati kita.
147). Bayang-bayang disangka tubuh.
Mengharapkan sesuatu yang belum tentu
pasti.
148). Bayang-bayang sepanjang badan, selimut sepanjang tubuh.
Bermakna, hendakla perbuatan sesuai dengan
apa yang kita katakan, jangan sampai kita hanya mengucapkan, tetapi kita tidak
melakukannya. Seperti memperingati orang untuk shalat, tetapi kita sendiri
tidak shalat.
149). Seberat-berat beban, laba jangan ditinggalkan.
Bermakan, agar kita menyelesaikan semua
tujuan kita, pekerjaan kita sampai tuntas, agar keuntungan nanti kita nikmati
juga.
150). Beban sudah di pintu.
Bermakana, pada anak perawan seseorang
yang sudah waktunya menikah. Hendaklah walinya mencarikan jodoh terbaik
baginya. Sebab seorang gadis hendaklah bersegerah menikah karena takut terkena
aib.
151). Bukan beban batu yang digilas.
Bermakna, bahwa seorang anak yang masih
tanggungan orang tua bukanlah sebuah beban.
152). Menghadapkan bedil kerumah.
Bermakna, orang yang suka merugikan
keluarga sendiri, menyusakan keluarga sendiri.
152). Punggur tumbang, belatuk menumpang mati.
Bermakna pada orang yang terlibat suatu
persoalan atau perkara padahal ia tidak berbuat dan tidak ada sangkut pautnya.
Keterangan: belatuk jenis burung yang bersarang di dalam lobang kayu mati yang ia lobangi sendiri. Punggur: nama batang kayu mati, lapuk, yang masih berdiri tegak dan tinggi.
153). Membeli tak memakai, memasak tak memakan.
Bermakna dengan orang yang bersusa paya,
berjuang tetapi orang lain yang menikmatinya.
154). Dari semak pindah ke belukar.
Bermakna dengan keadaan yang buruk dengan
maksud berubah tetapi malah dapat keadaan bertambah buruk.
155). Kalah limau oleh benalu.
Bermakan seseorang yang profesional
dikalahkan oleh orang biasa. Atau anak kandung seseorang yang kalah dengan anak
angkat.
156). Seperti belut pulang kelumpur.
Bermakna dengan orang susuatu yang
diharapkan orang, harapan itu datang juga.
157). Tak berkain sehelai benang.
Bermakna dengan orang yang miskin sekali.
Atau ibaratkan prasa kata yang menerangkan orang yang sedang tidak berpakaian.
158). Bertemu beliung dengan rujung.
Bermakna ketika dua orang yang beradu sama
ahli dan hebat sehingga mereka bertarung keras.
159). Bagaikan menegekkan benang yang basah.
Bermakna dengan suatu pekerjaan yang sulit
dan kemungkinan tidak akan berhasil, perbuatan sia-sia.
160). Tak benang batu di gelas.
Bermakna, dalam hal ketiadaan apa saja di
pakai.
161). Seperti beras lembab, dijual tak laku, di tanak tak mual.
Bermakna dengan sesuatu yang tidak
berharga sebab kejelekannya. Atau seseorang yang hina, miskin, dan malang, yang
tidak ada nilainya dimata orang lain. Sehingga semua orang menjauh dan membecin
dirinya.
162). Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul.
Bermakna, dalam penderitaan sesunggunya
yang mengalamilah yang tahu bagaimana rasanya. Karena orang yang memandang atau
menyaksikan hanya dapat melihat dan tidak dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh penderita.
163). Berek-berek laga siang, malam sekelapan juga.
Bermakna, pada sepasang suami istri yang
bertengkar sepanjang hari, tetapi dimalam hari mereka tidur berdua.
164). Berudu besar di kubangan, buaya
besar di lautan.
Bermakan, kekuasaan, wewenang, seseorang
ditempatnya masing-masing.
165). Beruk bertukar dengan kera.
Bermakan sesuatu yang buruk bertukar
dengan yang sama buruknya.
166). Mabuk karena beruk berayun.
Bermakana, orang yang lupa diri karena
melihat sesuatu yang buruk dan tidak berguna.
167). Sekali air besar, sekali tepian berubah.
Bermakna, setiap kali pemimpin akan selalu
berganti kebijakan.
168). Besar hendak melanda, panjang hendak melindi.
Bermakna, karena punya kewenangan, ada
kekuasaan, ada kedudukan, maka tindakannya sesuai dengan nafsunya dan cenderung
sewenang-wenang.
169). Betung bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang.
Bermakna dengan orang yang bebas tidak ada
ikatan sama sekali, sehingga ia dapat pergi kapan saja sesuka hatinya.
170). Biawak kudung masuk kampung.
Bermakna dengan seseorang yang tersesat di
wilayah musuh.
171). Bibir saya bukan diretak panas.
Bermakna bahwa ia berkata sebenarnya.
172). Satu biduk dua nahkoda.
Bermakna, apabila suatu pekerjaan ada dua
pemimpin yang saling ingin menguasai maka pekerjaan itu tidak akan selesai.
173). Hanya sampai di bibir saja.
Bermakna, orang yang berkata tidak dari
hatinya. Kebenaran perkataannya hanya untuk menutupi atau menipu.
174). Gelombang gemilang kutu banyak, berbibir hitam.
Bermakna orang yang tampaknya baik, manis,
alim, tetapi sesunggunya ia orang yang berhati jahat.
175). Biduk berlalu kambang bertaut.
Bermakna, janganlah kita mencampuri urusan
orang lain sebab kita akan menjadi alasan perselisihan.
176). Tiada biduk karam sebelah.
Bermakna, apabila di dalam suatu keluarga
mendapat cobaan, maka semuanya merasakannya.
177). Bagaikan tertumpang di biduk tiris.
Bermakna, menyerakan sesuatu urusan pada
orang yang tidak mengerti atau tidak menguasai perkara yang ada.
178). Lain di biduk, lain pula di galang.
Bermakna, lain orang yang berbuat lain
juga yang di tuduhkan.
179). Bagai biduk tiris menanti karam.
Bermakna, menunggu nasib karena sudah
tidak ada daya upaya lagi.
180). Tertumbuk biduk dikelokan, tertumbuk kata dipikirkan.
Bermakna, dalam mengerjakan sesuatu
berusahalah dengan jalan yang lebih baik agar berhasil dengan lebih baik.
181). Terkatung-katung bagai biduk pata kemudi.
Bermakna, tidak ada kepastian dan tidak
ada yang menolong di saat keputusan penting di harapkan.
182). Bagai menabur bijian ke tasik, mana
akan tumbuh.
Bermakna, berbuat baik atau menolong orang
yang tidak berahlak atau orang yang tidak tahu diri adalah perbuatan sia-sia.
183). Bagai tertaman biji Ampa.
Bermakna, perbuatan yang sia-sia. Salah
pilih, atau salah dalam mengambil keputusan.
Ampa berarti, bijian yang tidak berisi atau bijian yang tidak tumbuh normal sehingga kualitasnya buruk, bijian ini tidak tumbuh di tanam. Kalau bijian padi yang ampa tidak ada berasnya didalam kulit buah, sehingga saat ditiup angin bijian itu melayang, kalau belum di panen biji padi ampa buahnya tegak. Sehingga muncul pribahasa yang berbunyi, "Buah padi, kian merunduk kian berisi.
184). Bagai meremas biji cempedak.
Bermakna, orang yang punya kemampuan,
pintar dan banyak ilmunya sulit di kalahkan.
185). Bagai menanam biji di atas bebatuan.
Bermakna, menasihati orang yang tidak
memperdulikan, orang yang tidak mau mengerti, tidak mau berpikir jerni tidak
ada gunanya.
186). Berbilang dari esa, mengaji dari alif.
Bermakna, kalau mengerjakan sesuatu
haruslah dari awal, kemudian berangsur-angsur sampai selesai.
187). Binatang tahan palu, manusia tahan
kias.
Bermakna mengajarkan binatang dengan cambukan,
tetapi mengajarkan manusia cukup dengan sindiran.
188). Hilang istri bole di cari, hilang akan beroleh celaka.
Bermakna kehilangan seseorang dapat
tergantikan, tetapi hilang budi dan akal tidak dapat terganti.
189). Bintang di langit terbilang, arang di wajah tak tahu.
Bermakna dengan orang yang selalu tahu
kekurangan orang lain, tetapi kekurangan diri sendiri tidak ia sadari.
190). Tidak akan hilang bisa ular, hanya karena menyusup di bawah akar.
Bermakna, tidak akan turun derajad orang
besar, hanya karena dia merendahkan diri dan tidak sombong.
191). Seumpama buah yang manis, tetapi berulat di dalamnya.
Bermakana orang yang sepertinya baik,
perkataannya baik, lemah lembut, tetapi sesungunya dia orang jahat.
192). Ilmu yang tidak di amalkan bagai pohon yang tidak berbuah.
Bermakna, orang yang memiliki suatu ilmu
tetapi tidak diajarkan, atau di pergunakan tidak ada gunanya.
193). Dimana buah masak, disitu burung datang mencari.
Bermakana, apabila kita banyak rezeki maka
kita akan didatangi oleh orang-orang.
194). Dilaut jadi buaya di darat jadi harimau.
Bermakna orang dimanapun dia berada selalu
membuat masalah.
195). Adakah buaya menolak bangkai.
Bermakna orang yang jahat apabila ada
kesempatan maka ia akan berbuat jahat juga.
196). Lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau.
Bermakna setelah lepas dari mara bahaya
lain, datang juga mara bahaya lain yang sama bahayanya.
197). Tidak akan terlawan buaya menyelam.
Bermakna, orang kecil tidak akan menang
melawan orang besar.
198). Membuang jauh-jauh, menggantung tinggi-tinggi.
Bermakna apabila memutuskan suatu perkara
hendaklah berlaku adil.
199). Berbuat baik pada padai, berbuat jangan sekali-kali.
Bermakan, berbuat secukupnya, jangan
berlebihan. Kemudian jauhilah diri dari berbuat jahat.
200). Yang elok budi, yang indah bahasa.
Bermakna, budi bahasa yang baik itu dapat
menyelamatkan diri kita.
201). Sebab budi boleh perkataan.
Bermakna orang yang hilang kehormatanya
karena perbuatan yang tidak baik atau tidak sesuai.
202). Mati ikan karena umpan, mati manusia karena budi.
Bermakna, kita sewaktu-waktu akan mendapat
bahaya karena tingkah laku yang kurang baik.
203). Bagai bujang dengan gadis.
bermakna, orang yang malu-malu tapi
menyukai.
204). Bagai bujang mendapatkan keris.
Bermakna dengan orang yang sombong setelah
dia mendapat kedudukan, pekerjaan, atau mendapat sedikit sukses.
205). Terbujur lalu, terlintang patah.
Bermakna, orang yang memiliki kemauan
keras, tidak lagi dapat di cegah.
206). Kalau pandai menitih buih, selamat badan di seberang.
Bermakna kalau kita pandai berusaha akan
berhasil. Dapat juga bermakna bahwa kita harus pandai membawa diri di negeri
orang, agar tidak diganggu.
207). Ke bukit sama mendaki, ke lembah sama menuruni.
Bermakna dalam kebersamaan berjuang, berusaha,
hendaklah kita rasakan bersama-sama, dalam susa dan senang.
208). Sedikit-sedikit lama-lama menjadi
bukit.
Bermakna sesuatu yang dilakukan sedikit
demi sedikit, terus menerus, akan menjadi banyak atau akan menjadi besar.
209). Tidak ada bukit yang tak dapat didaki, tidak ada lembah yang tak dapat di turuni.
Bermakna apabila sesuatu yang sulit,
tetapi di hadapi, dikerjakan, diusahakan, dengan sunguh-sungguh akan menjadi
mudah.
210). Bagai mendaki bukit, dibalik pendakian.
Bermakna setelah selesai dengan urusan
yang satu, menghadapi urusan yang lain yang bertambah sulit.
211). Bertemu ruas dengan buku.
Bermakna sesuatu yang berpadu dengan
sangat cocok sekali.
(Buku: dalam pribahasa tersebut, adalah bagian keras pada batas ruas-ruas bambu, atau tebu. Sesunggunya buku-buku hampir terdapat pada tumbuhan keluarga bambu-bambuan).
212). Banyak memilih akhirnya dapat buku.
Bermakna dengan orang yang pilih-pilih.
Seperti akibat pilih-pilih itu akhirnya dia mendapat jodoh yang jelek.
213). Sebagai bulan disaput awan.
Bermakna masih muda tetapi banyak
bersedih.
214). Bagai bulan kesiangan.
Bermakna muka yang pucat karena bangun
kesiangan.
215). Bagai bulan purnama empat belas.
Bermakna dengan seorang gadis yang cantik
jelita.
216). Seperti bulan dengan matahari.
Bermakna dengan orang yang berjodoh, baik
lelaki dan perempuannya sama-sama berwajah indah, tampan dan cantik.
217). Bagai bulan di pagar bintang.
Bermakna dengan seorang yang gadis cantik,
berteman atau bersaudara dengan gadis yang cantik-cantik juga.
218). Seperti pungguk rindukan bulan.
Bermakna dengan orang memimpikan sesuatu
yang sangat mustahil.
219). Bagai kerbau pembulang tali.
Bermakna dengan orang yang tidak ada
pendirian hidup.
(Pembulang. Lingkaran yang terdapat di hidung kerbau, kemudian di ikat tali tambang. Dengan tali itu, dia mengikuti tuannya kemana-mana dengan cara ditarik).
200). Bulat air karena pembulu, bulat kata karena mupakat.
Bermakna suatu pekerjaan akan mudah di
selesaikan dengan mudah, karena pekerjaan itu dengan musyawara dan tim yang
teratur, terorganisasi.
221). Bulat telah dapat digulingkan, pipih telah dapat dilayangakan.
Bermakna sesuatu urusan yang sudah
disepakati bersama-sama.
222). Carik-carik bulu ayam, lama-lama tercantum pula.
Bermakna perselisihan di dalam suatu
keluarga, tidak lama lagi akan berbaikan juga.
223). Berbulu mata melihat ulat.
Bermakna seseorang atau sekelompok orang
yang sangat membenci sesuatu.
224). Kepala sama berambut, pikiran berlain-lain.
Bermakna setiap orang akan memiliki
pandangan sendiri-sendiri dan pendapat sendiri-sendiri dalam menyikapi sesuatu.
225). Bumi manakah yang tidak pernah tersiram hujan.
Bermakna manusia mana yang tidak pernah
berbuat khilaf.
226). Ibarat bunga, segar di pakai, layu di buang.
Bermakna dengan orang yang berkasih
sayang, terkadang dalam kasih sayang ada waktunya marah dan atau saling
membenci.
227). Bunga yang harum adakalah ada durinya.
Bermakna setiap orang yang terkenal dengan
nama baik, ada juga keburukannya walau sedikit. Tidak ada manusia yang
sempurna.
228). Burung gagak, walau dimandikan dengan air mawar takkan berubah putih.
Bermakna orang yang memang dasarnya jahat
tidak akan berubah meski sudah dinasihati ataupun dihukum, dia akan mengulangi
kejahatannya.
229). Busuk, tetapi tidak kenal di bauhnya sendiri.
Bermakna pada orang yang bodoh, dia tidak
tahu kekurangan dirinya sendiri.
230). Sesuatu yang busuk lama-lama berbauh juga.
Bermakna pada perbuatan jahat itu,
lama-lama akan ketahuan juga.
231). Tiap-tiap musibah selalu ada hikmanya.
Bermakna, setiap kita mendapat cobaan
selalu ada pelajaran di balik sesudahnya.
232). Sepandai-pandainya mencencang, landasan juga yang akan habis.
Bermakna sepandai-pandainya orang
menumpang, akan tetap merugikan juga orang yang ditumpangi.
233). Dimana cendawan tumbuh, disitu tembilang retak.
Bermakna, dimana perkara itu muncul, maka
disanalah penyelesaiannya.
234). Seumpama arah telampau cepat.
Bermakna dengan suatu pekerjaan yang
dikerjakan tergesah-gesah, akhirnya menjadi lambat atau tidak terlalu baik
hasilnya.
235). Si cerdik naik tinggi, yang pintar menang berhitung.
Bermakna dengan orang yang pandai bersilat
lidah menutupi kesalahannya, sehingga dia kemudian dianggap benar.
236). Kilat cermin sudah ke muka, kilat beling sudah ke kaki.
Bermakna dengan sutau maksud jahat
seseorang, tetapi maksud jahatnya itu sudah diketahui.
237). Janganlah pernah bercermin dengan air yang keruh.
Bermakna, jangan meniru perbuatan salah
atau buruk dari seseorang. Jangan meniru-niru suatu kebudayaan yang tidak
sesuai dengan budaya kita sendiri.
238). Siapa yang kena sembilu, dia sendiri merasa perih.
Bermakna dengan orang yang tersindir, maka
dialah yang bersalah.
239). Belah dada lihatlah hati.
Bermakana dengan orang menyatakan
kebenaran.
240). Yang dahulu mendapat, yang kemudian ketinggalan.
Bermakna dengan keadaan kepemimpinan,
dimana pemimpin yang dahulu bijaksana dan cakap, tetapi penggantinya bodoh atau
tidak baik memimpinnya.
241). Dalam menyelam dangkal bertimbah
Bermakna apabila tidak dapat memperoleh
rezeki yang banyak, rezeki sedikit bersyukur.
242). Dalam lautan dapat di duga, dalam
hati siapa yang tahu.
Bermakna, kita tidak dapat menduga isi
hati seseorang.
243). Laksana jatuh di tanah yang datar.
Bermakna orang yang mendapat bahaya atau
musibah yang tidak disangkah-sangkah karena menganggap sesuatu itu hal biasa.
244). Sekali merengkuh dayung, dua, tiga
pulau terlampaui.
Bermakna dengan orang yang dapat
menyelesaikan banyak hal, dalam satu waktu, atau bersamaan.
245). Bagai dedap dibawah cengkering.
Bermakna dengan seorang pemimpin yang
terjerumus karena perbuatan buruk bawahannya.
246). Di dengar ada, dipakai tidak.
Bermakna dengan orang yang tidak pernah
mengindahkan nasihat.
247). Arus deras datang, Pertanda dalam
sungainya.
Bermakna dengan orang yang mengerjakan
sesuatu pekerjaan dengan tergesah-gesah, akibatnya merugikan diri sendiri.
248). Tinggal di bandar tak meniru,
tinggal di laut tak asin juga.
Bermakna dengan orang-orang yang tidak
mengikuti adat kebiasaan atau norma-norma yang berlaku di negaranya sendiri.
249). Dinding sampai ke laut, empang
sampai ke seberang.
Bermakna untuk mencega penyerangan dan
penyusupan musuh hendaklah waspada setiap waktu.
250). Dalam dua tengah tiga.
Bermakna dengan orang yang tidak dapat
dipercaya.
251). Duduk meraut ranjau, tegak meninjau
jarak.
Bermakna agar selalu dalam waspada dalam
segala kemungkinan.
252). Duduk berkisar tegak berpaling.
Bermakna dengan orang yang selalu ingkar
janji.
253). Lain dulang lain kaki, lain orang lain
hati.
Bermakna setiap orang memiliki pendapat
dan pemikirannya masing-masing.
254). Dunia di hadang, saku-saku dijahit.
Bermakna dengan orang yang ingin berpesta,
bergembira, tetapi tidak mau keluar uang atau tidak mau rugi.
255). Bagaikan duri di dalam daging.
Bermakna dengan sesuatu yang mengganggu
perasaan. Sesuatu yang menjadi penyebab kesusahan dari dalam.
256). Seperti elang menyonsong angin.
Bermakna dengan seseorang yang gagah
perkasa lagi pemberani.
257). Sepantun elang dengan ayam, lambat
laun disambar juga.
Jangan dibiarkan pergaulan bujang dan
gadis, karena lambat laun akibatnya kurang baik.
258). Bagai empedu lekat di hati.
Bermakna dengan kasih sayang yang tidak
dapat dipisahkan.
259). Enak makan di kunya, enak kata di ucapkan.
Bermakna dengan sesuatu yang hal agar
berterus terang, jangan ditutupi agar menjadi selesai urusannya. Jangan hanya
memendam di dalam hati sesuatu yang tidak baik. Benar katakan benar, baik
katakan baik.
260). Mati enau tinggal di rimbah.
Bermakna dengan orang kecil yang hina,
kalau mati dia tidak dikenang.
261). Enggang lalu tatal jatuh, anak raja mati tertimpanya.
Bermakna dengan orang baik yang dituduh
berbuat jahat, sebab saat kejadian buruk, dia berada di sana.
262). Seperti burung pipit dan burung enggang.
Bermakna dengan suatu perjodohan yang
tidak sepadan.
263). Seberharga gading tiada guna apabila patah.
Bermakna dengan orang yang mulia, apabila
berbuat jahat tidak dihormati orang lagi.
264). Tak ada gading yang tak retak.
Bermakna bahwa manusia itu tidak ada yang
sempurna.
265). Dapat gading, terbuang tanduk kerbau mati.
Bermakna orang yang mendapat sesuatu yang
baru, kemudian dia mencampakkan yang lama.
266). Hutang emas boleh dibayar, hutang budi di bawa mati.
Bermakna hutang budi baik dari seseorang
tidak dapat dibayar dengan materi. Hutang budi akan tersimpan sampai
selama-lamanya, walau kita telah mati.
267). Bagai emas disangkah besi.
Bermakna dengan orang yang baik berhati
mulia, tetapi karena dia miskin disangkah orang jahat, orang bodoh, dan tidak
di hormati.
268). Bagai embun diatas dedaunan pagi.
Bermakna dengan orang yang teguh
pendiriannya.
269). Empang keseberang, dinding sampai ke langit.
Bermakna dengan persengketaan yang telah
memutus tali persaudaraan.
270). Bagai gagak menggigit telur di parunya.
Bermaka dengan seorang suami yang jelek
dan hitam legam, tetapi istrinya cantik dan putih.
271). Gajah mati karena gadingnya.
Bermakna dengan orang yang binasa karena
kehormatannya, kekuasaannya, atau oleh hartanya sendiri.
272). Bagai gajah dikalahkan oleh pelanduk.
Bermakna dengan orang yang kuat dikalahkan
oleh orang yang lemah.
273). Gajah berkelahi di tengah jalan, pelanduk mati di tengah-tengah.
Bermakna dengan perselisihan orang-orang
besar, yang sengsara rakyatnya.
274). Gajah terdorong karena gadingnya, harimau melompat karena belangnya.
Bermakna dengan orang yang sombong, yang
merasa hebat dan berkuasa, maka dia suka berkata dan berlaku dengan seenaknya.
275). Segan bergalah hanyut serantau.
Bermakna dengan orang-orang yang malas
berusaha akan merugi.
276). Bergalah ke hilir tertawa buaya, bersuluh di bulan terang harimau tertawa.
Bermakna dengan perbuatan yang salah lagi
tidak berguna dan bodoh, akan ditertawakan oleh orang berakal.
suluh: obor
galah: pengayuh rakit.
277). Asing biduk galang di letak.
Bermakna lain yang dimaksudkan, lain pula
yang di kerjakan.
278). Orang penggamang mati jatuh, orang pendingin mati hanyut.
Bermakna kalau berbuat sesuatu harus
berani, jangan takut-takut apalagi asal-asalan.
279). Garam di laut, asam di gunung, bertemu juga di dalam belanga.
Bermakna dengan orang yang berjodoh sejauh
apapun akan bersatu juga.
280). Siapa yang mau menghujankan garam.
Bermakna tidak ada orang yang mau membuka
aibnya sendiri.
281). Hendak menggaruk tiada berkuku.
Bermakna dengan orang yang bercita-cita,
ingin berusaha, tetapi dia kurang bekal atau modal.
282). Diturutkan gatal, garuk sampai ke tulang.
Bermakna dengan orang yang menurutkan hawa
nafsu, sehingga setelah mendapat keburukan baru menyesal.
283). Tinggi raungan tak pandai berlaga.
Bermakna dengan orang yang banyak bicara,
pandai berkata-kata biasanya bukan orang yang hebat.
284). Gemuk jangan membuang daging, cerdik jangan membuang kawan.
Bermakna dengan orang yang kaya, tetapi
tidak mau mengindahkan keluarganya yang miskin. Atau orang yang dulunya miskin
kemudian kaya, dan berkedudukan menjadi sombong.
285). Masuk genap keluar ganjil.
Bermakna dengan orang yang pandai bergaul.
286). Bagaimana gendang begitulah tarinya.
Bermakna dengan mengerjakan sesuatu, harus
sesuai dengan aturan yang telah berlaku di tengah masyarakat.
287). Burung tergenggam terlepas jua.
Bermakna dengan sesuatu yang sudah
didapat, kemudian hilang.
288). Belum bergigi hendak menggigit.
Bermakna dengan orang yang bodoh, tetapi
berlagak pintar.
289). Mengharap hujan di langit, air dalam tempayan di tumpahkan.
Bermakna dengan orang yang berharap dengan
sesuatu yang banyak, sehingga sesuatu yang sedikit dia hilangkan.
290). Takkan lari gunung di kejar, hilang kabut tampaklah dia.
Bermakna jang tergesah-gesah mengerjakan
sesuatu, asal hasilnya memuaskan.
291). Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
Bermakna ingin melakukan sesuatu yang
luarbiasa tetapi tidak tahu bagaimana.
292). Tak ada gunung yang tak dapat di daki.
Bermakna sesuatu yang sulit, haruslah di
usahakan dengan sungguh-sungguh.
293). Menggunting dalam lipatan.
Bermakna dengan orang yang berbuat curang
di dalam kelompoknya sendiri.
294). Seperti gunting makan di ujung.
Bermakna perkataan orang pintar dan
bijaksana tidak tampak, dan tidak dimengerti oleh orang-orang bodoh. Karena
orang pintar yang bijaksana dapat membaca situasi dan keadaan kehidupan orang
lain.
295). Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Bermakna hendaklah kita memberikan contoh
yang baik, pada orang-orang yang dalam pengawasan kita.
296). Yang hampa biarlah terbang, yang bernas biarlah tinggal.
Bermakna sesuatu yang tidak berguna lagi
biasanya tidak dihiraukan lagi.
297). Hari pagi dibuang-buang, hari petang dikejar-kejar.
Bermakna dengan orang yang menyia-nyiakan
waktu, kemudian saat terdesak baru berupaya keras.
298). Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading.
Bermakna dengan orang yang baik ahlaknya,
baik budinya akan dikenang orang selamanya. Atau orang yang berjasa besar bagi
masyarakat yang akan dikenang terus oleh bangsanya.
299). Seperti harimau menyembunyikan kuku.
Bermakna dengan orang yang pandai, banyak
ilmu, selalu rendah diri dan tidak sombong. Bahkan biasanya dia berpura-pura
bodoh.
300). Rambut sama hitam, hati siapa yang tahu.
Bermakna bahwa setiap orang berlainan
sifat dan pemikirannya.
301). Seperti kerbau dicolok hidungnya.
Bermakna orang yang menurut pada seseorang
tanpa pikir panjang lagi.
302). Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai.
Bermakna orang yang lebih baik mati dari
pada hidup menanggung malu.
303). Hidup berkerat rotan.
Bermakna dengan orang yang memutuskan
hubungan silatuhrahmi dengan keluarganya.
304). Tunggang hilang berani mati.
Bermakna tidak gentar menghadapi rintangan
demi untuk kepentingan bersama.
305). Pertama terbilang, kedua terbilang.
Bermakna hatinya sudah teguh dalam
menghadapi semua risiko, maju tak gentar.
306). Ke hulu kena bubu, kehilir kenah tengkalak.
Bermakna suatu marabahaya yang tidak dapat
dielakkan lagi.
307). Hitam tahan tempa, putih tahan sesah.
Bermakna pantang mundur dalam mencapai
tujuan.
308). Bagaikan hujan jatuh kepasir.
Bermakna dengan orang yang tidak tahu
membalas budi.
309). Tak lapuk karena hujan, tak lekang karena panas.
Bermakna dengan tetap teguh pada
pendiriannya.
310). Menanti musim hujan di musim kemarau.
Bermakna dengan mengharap sesuatu yang
mustahil terjadi, hanya keajaiban yang dapat menjawab.
311). Ikan terlihat jala tiba.
Bermakna dengan orang bijaksana , sudah
tahu dengan maksud orang lain walau pun maksud belum di utarakan.
312). Bagaikan ikan kan tuba.
Bermakna dengan sekelompok orang yang
panik dan bingung.
313). Bagaikan badai diikat dengan sehasta tali.
Bermakna dengan orang yang dikekang
kebebasannya.
314). Tanam ilalang takkan tumbuh padi.
Bermakna, perbuatan jahat pasti akan
mendapat balasannya.
315). Kalau pandai berinduk semang, lebih serasi induk kandung.
Bermakna hendaklah kita pandai membawa diri
agar orang menyayangi kita.
316). Ingat sebelum kena, berhemat sebelum habis.
Bermakna sebelum kita mengerjakan sesuatu
hendaklah diteliti dulu baik dan buruknya.
317). Intan yang dimuntahkan anjing, tetap intan juga.
Bermakna perkataan yang baik walau keluar
dari mulut manusia hina, miskin, anak-anak, tetap baik.
318). Buang sampah tiggalkan intinya.
Bermakna di dalam kehidupan kita mengambil
contoh yang baik saja, yang buruk jangan di ikuti. Sebab manusia tidak ada yang
sempurna.
319). Seiring bertukar jalan, seia bertukar sebut.
Bermakna, perkataan lain tetapi maksudnya
tetap sama.
320). Bagai diiris dengan sembilu.
Bermakna dengan rasa sakit hati yang
sangat pedih.
321). Seperti itik pulang petang.
Bermakna dengan orang yang hidup di jalan
yang tidak benar, sering melakukan perbuatan salah.
322). Indah kabar dari rupa.
Bermakna dengan suatu cerita yang berbeda
dengan kenyataan sesungguhnya.
323). Kering air, habislah puntung, jagung tua tak hendak masak.
Bermakna dengan suatu usaha yang tidak pernah
mendatangankan kebaikan dan keuntungan, selalu salah dan rugi.
324). Berjalnlah selangkah surut, berkata sepata dipikirkan.
Bermakna saat kita berkata-kata agar
berhati-hati agar tidak muncul hal yang tidak mengenakkan.
325). Janji di tepati, ikrar dimuliahkan.
Bermakna kita harus menepati janji, karena
janji adalah hutang.
326). Makan hati berulam jantung.
Bermakna suatu perasaan yang sangat
menyakitkan.
327). Tegak meninjau jarak, duduk meraut ranjau.
Bermakna dengan orang yang rajin, selalu
ada pekerjaan yang dia kerjakan.
328). Laksana masuk kedalam jaring labah-labah.
Bermakna dengan sesuatu yang semakin lama
semakin sulit.
329). Lurus jarum lurus kelindan.
Bermakna dengan suatu permintaan besar
yang dikabulkan, tentu permintaan kecil juga dikabulkan.
330). Sudah jatuh tertimpa tangga.
Bermakna mendapat kesulitan yang
berturut-turut.
331). Memasang jerat di tempat genting.
Bermakna dengan orang yang mengambil
keuntungan dari kesusahan orang.
332). Jinak-jinak merpati.
Bermakna dengan susuatu yang nampaknya
mudah tetapi setelah di usahakan susah.
333). Kabar jauh dengar-dengarkan, kalau
dekat pikir-pikiri.
Bermakna, kabar yang kita dengar atau kita
terima hendaklah diselidiki terlebih dahulu.
334). Jangan disesal gunung berlari, hilang kabut tampaklah dia.
Bermakna sesuatu yang sudah pasti
kerjakanlah dengan sabar. Jangan tergesah-gesah ingin cepat selesai yang
membuat kerugian akibatnya.
335). Bagai kacang lupa kulitnya.
Bermakna dengan orang yang lupa dengan
kebaikan orang, lupa asal usul dirinya karena sudah mendapatkan sesuatu yang
lebih.
336). Terlampau, kadang mentah.
Bermakna dengan orang yang
berlebih-lebihan akhirnya kurang baik.
337). Seperti kaduk naik jangkung.
Bermakna orang yang hina menganggap
dirinya mulia.
338). Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga.
Bermakna, jangan melawan sesuatu yang
lebih besar dan kuat gunakan akal untuk menaklukkannya.
339). Kain basa kering di badan.
Bermakna dengan kehidupan yang sangat
miskin.
340). Sekain sebaju, semakan seminum.
Bermakna dengan persahabatan yang sangat
erat.
341). Lancar kaji karena diulang, hapal jalan karena diturut.
Bermakna dengan sesuatu itu harus
dipelajari dengan baik, supaya mengerti.
342). Yang dikandung berceceran, yang dikejar tak dapat.
Bermakna dengan orang yang tergesah-gesah
mengerjakan sesuatu karena dia ingin mendapatkan sesuatu yang lain. tetapi
kemudian yang dia dapatkan hanya kesia-siaan.
343). Besar kapal besar gelombang.
Bermakna semakin besar seseorang akan
semakin besar cobaan dan rintangan.
345). Karam di laut boleh di timba, karam di hati bilakah sudah.
Bermakna dengan seseorang yang kehilangan
sesuatu yang sangat dia sayangi.
346). Karam tiada berair.
Bermakna dengan orang yang mendapat
musibah yang tidak disangkah-sangkah.
347). Tidak kenal bunga di karang.
Bermakna dengan kemuliaan, kesenangan,
bersifat tidak tetap.
348). Kasih ibu sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang galah.
Bermakna dengan kasih sayang seorang ibu
tidak ada batasnya, tetapi kasih anak kepadanya sedikit sekali.
349). Kalau ditendang biarlah dengan kaki bersandal, kalau di tampar biarlah dengan tangan bercincin.
Bermakna kalau kita berbantahan, berdebat,
atau diskusi lebih baik dengan orang berilmu, daripada dengan orang yang bodoh.
350). Elok kata karena mufakat, buruk kata tak bermufakat.
Bermakna sesuatu itu lebih baik dengan
musyawarah, bersepakat, direncanakan bersama agar hasilnya baik.
351). Berkata siang melihat-lihat, berkata malam mendengar-dengar.
Bermakna dalam mengutarakan sesuatu hendaklah
berhati-hati.
352). Seperti katak di bawah tempurung.
Bermakna dengan orang yang sedikit
pengetahuannya tetapi berlagak sok pintar.
353). Seberat-berat kayu terapung juga di air.
Bermakna dengan iman seseorang apabila di
goda dan berada di lingkungan yang bertentangan lama-lama goyang juga.
354). Di mana kayu bengkok, di sana musang mengintai.
Bermakna dimana tempat yang tidak terjaga,
disana musu menyusup.
357). Adakah kayu di rimbah sama tinggi.
Bermakna dengan kedudukan, jalan hidup,
pemikiran manusia tidak sama.
358). Kecil tak boleh disangkah anak, besar tak boleh disangkah bapak.
Bermakna dengan ilmu pengetahuan tidak
memandang usia, bukan orang tua saja yang pengetahuan luas, tetapi kadang anak
muda juga mempunyai wawasan luas.
359). Habis kelahi, silat teringat.
Bermakna dengan orang yang berbuat
sesuatu, setelah selesai baru ingat cara-caranya.
360). Kemenyan sebesar tungku kalau dibakar berbau juga.
Bermakna dengan orang yang memiliki ilmu,
dia harus mengembangkan agar orang lain memperolehnya.
361). Memagar kelapa condong, buanya jatuh di halaman orang.
Bermakna dengan seseorang yang berbuat
sesuatu, tetapi orang lain yang menikmati hasilnya.
362). Biarpun setandan bagai kelapa, namun jatuh berlain-lain.
Bermakna dengan nasip manusia yang
berbeda-beda.
363). Tak kenal maka tak sayang.
Bermakna saling mengenal dulu baru timbul
rasa sayang, baru tahu kekurangan dan kelebihannya.
364). Sekepal menjadi gunung, setitik menjadi laut.
Bermakna dengan suatu nasihat yang sedikit
tetapi sangat berarti.
365). Bagai mengepal daun kunyit.
Bermakna dengan orang yang suka
menonjolkan dirinya sendiri.
366). Bagai mengepit kepala harimau.
Bermakna dengan orang yang menggertak
orang lain, menggunakan orang yang berkuasa.
367). Tak bernasi di balik kerak.
Bermakna dengan orang yang sombong, tidak
pernah ada yang lebih baik selain dia.
368). Bagaikan memperbanyak kerak di kuali.
Bermakna dengan orang sering berbelanja
yang tidak ada gunanya.
369). Keras bagai batu, tinggi bagai langit.
Bermakna dengan orang yang keras tidak mau
tunduk pada yang posisi lebih darinya.
370). Seperti kerbau di cocok hidung.
Bermakna dengan orang yang sangat penurut.
371). Kerja baik lekas-lekasan, supaya tidak tertimpa waktu.
Bermakna dengan waktu, jangan
menunda-nunda pekerjaan segerah selesaikan.
372). Kesturi mati karena baunya.
Bermakna orang binasa atau kesusahan
karena perbuatannya sendiri.
373). Kemana tumpah kua kalau tidak kenasi.
Bermakna, berhati-hatilah berbuat sebagai
orang tua, karena sifat orang tua akan ditiru oleh ankanya.
374). Bagaikan kucing takut di lidi.
Bermakna dengan orang yang sangat takut
pada seseorang.
375). Duduk sepeerti kucing, melompat bagai harimau.
Bermakna dengan orang yang pendiam,
sederhana, tampak tidak memiliki apa-apa, tetapi diam-diam memiliki kelebihan
luar biasa.
376). Belum berkuku hendak mencubit.
Bermakna dengan orang yang belum berkuasa,
belum menjadi orang, sudah banyak tingkah mencari-cari kesalahan orang lain.
377). Bagaikan orang tebal kulit mukanya.
Bermakna dengan orang yang sabar menahan
malu.
378). Semut seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak nampak.
Bermakna dengan orang yang selalu tahu
kekurangan orang, kesalahan orang, tetapi dia tidak tahu kekurangan diri
sendiri.
379). Kumbang tidak seekor, bunga tak setangkai.
Bermakna, jangan terlalu bersedih ketika
kekasih tidak sesuai pengharapan kita, sebab banyak yang lainnya.
380). Seperti kura-kura memanjat tebing.
Bermakna orang yang diam-diam menginginkan
sesuatu, walau dia tidak mempunyai kelebihan apapun.
381). Lain padang lain belalang, lain
lubuk lain ikanya.
Bermakna dengan sifat dan pemikiran orang.
Setiap manusia berbeda-beda.
382). Seperti layang-layang putus benangnya.
Bermakna dengan orang yang putus harapan,
dan menyerahkan hidupnya pada nasip.
383). Lama hidup dapat dirasa, jauh berjalan banyak dilihat.
Bermakna dengan orang yang sudah banyak
pengalaman hidup.
384). Seperti lampu kekurangan minyak.
Bermakna dengan keadaan yang kekurangan.
385). Sekali berbuat buruk, seumur hidup orang tak percaya.
Bermakna dengan orang yang tidak jujur,
orang pernah berbuat jahat, maka seumur hidup orang tidak percaya lagi seperti
sebelumnya.
386). Dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung.
Bermakna dalam keadaan merantau, kita
harus mengikuti aturan, adat, hukum, di tempat kita merantau.
387). Kalau langit hendak menimpa bumi, dapatkah ditahan dengan telunjuk.
Bermakna dengan kaum yang lemah tidak
dapat melawan kesewenangan dari orang-orang besar, atau para pemimpin zalim.
388). Ke langit tak sampai, ke bumi tak nyata.
Bermakna dengan pekerjaan yang
terbengkalai.
389). Selapik ketiduran, sebantal sepembaringan.
Bermakna dengan orang yang bersahabat
sangat akrab.
390). Seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat.
Bermakna dengan orang yang suka membantu,
tetapi sesudah itu menyakitkan hati orang yang dibantunya.
391). Biar lebur binasa, selangkah berpantang surut.
Bermakna dengan orang yang gigi, tidak mau
mundur, pantang menyerah.
392). Berkata pelihara lidah, berjalan pelihara kaki.
Bermakna, hidup harus berhati-hati, jangan
berbuat semaunya agar terhindar dari masalah.
393). Kemana kelok lilin, itulah kelok loyang.
Bermakna dengan orang-orang yang patuh dan
taat dengan pemimpinnnya atau organisasinya.
394). Barang sia menggali lubang, dia sendiri akan terperosok.
Bermakna dengan orang yang menjahati
sesamanya kelak dia sendiri akan mendapat kesusahan dan ganjarannya.
395). Bagai batu jatuh ke lubuk.
Bermakna dengan keadaan yang sudah tidak
terkendalikan lagi.
396). Menelan air ludah sendiri.
Bermakna dengan orang yang direndahkan
karena melanggar kata-kata sendiri. Ingkar janji dan sebagainya.
397). Luka sembuh bekasnya tinggal juga.
Bermakna dengan dua orang yang berselisi
atau berseteru, walau sudah berdamai tidak akan baik seperti semulah.
398). Sudah lulus maka hendak melantai.
Bermakna dengan orang yang mendapat
kepahitan atau kerugian baru kemudian sadar.
399). Lupa ketinggalan, terlelap
kemalingan.
Bermakna siapa yang lengah dia akan
merugi.
400). Terlampau lurus kurus, terlampau cerdik tercekik.
Bermakna dengan orang yang sabar, baik,
jujur yang sering di permainkan dan dimanfaatkan orang, diperdaya orang.
Begitupun dengan orang yang cerdik selalu di perdaya oleh orang-orang picik.
401). Di luar bagai madu, di dalam bagai
empedu.
Bermakna dengan orang yang mulutnya manis,
tampak sopan, dan berbicara baik, tetapi hatinya jahat penuh kedengkian.
402). Manis bagai madu, pahit bagai empedu.
Bermakna dengan orang yang baik, dia
sangat baik. Tetapi kalau marah dia sangat marah sekali.
403). Mahal di timbang, murah di mulut.
Bermakna dengan sebuah janji. Berjanji
mudah tetapi menepatinya sulit, dan jarang ditepati.
404). Makan habis-habisan, menyuruk hilang-hilangan.
Bermakna supaya kita pandai menyimpan
rahasia sendiri agar tidak diketahui orang.
405). Malang tak dapat di tolak, mujur tak dapat di raih.
Bermakna nasib baik atau buruk kita tidak
dapat menentukannya.
406). Malu bertanya sesat di jalan.
Bermakna dalam perjalanan hidup agar
selalu banyak belajar, dan mencari pengalaman.
407). Malu-malu kucing.
Bermakna pada orang yang pura-pura tidak
suka tetapi menginginkan.
408). Manis jangan lekas di telan, pahit jangan lekas di muntahkan.
Bermakna setiap perkataan orang harus di
pikirkan, jangan langsung diterima begitu saja.
409). Habis manis sepa dibuang.
Bermakna dengan orang yang sudah mendapat
kebaikan atau keuntungan, kemudian dia melupakan jasa orang. Orang yang
memanfaatkan orang lain, setelah urusannya selesai dia tinggalkan.
410). Semanis-manis gula, ada pasir di dalamnya.
Bermakna biasanya kata yang manis,
mengandung racun, atau maksud tersembunyi.
411). Manusia dipegang mulutnya, binatang dipegang talinya.
Bermakna berhati-hati berkata-kata, karena
manusia dipegang perkataannya.
412). Lebih manusia karena akalnya, lebih burung karena sayapnya.
Bermakna hendaklah manusia menggunakan
akalnya, karena kelebihan manusia adalah akalnya.
413). Marah jangan dipukat, rejeki jangan
ditolak.
Bermakna kita jangan menolak rezeki walau
sedikit, dan jangan mencari-cari kesulitan hidup.
414). Masak di luar, mentah di dalam.
Bermakna dengan orang yang menipu keadaan.
Seperti tampak baik padahal jahat. Tampak miskin sesungguhnya dia kaya. Tampak
cerewet tapi baik. Tampak seram tapi romantis. dll.
415). Mengapa mata buta, karena hati mati.
Bermakna dengan orang yang memperturutkan
hawa nafsu, kemudian dia mendapat kesusahan dan kesulitan karena perbuatannya
sendiri.
416. Jauh di mata dekat di hati.
Bermakna dengan seseorang yang jauh namun
dia tetap diingat.
417. Silap mata, pecah kepala.
Bermakna jangan terlalu bergembira dan
merasa puas dengan sedikit pencapaian, harus tetap berhati-hati dan berpikir
panjang, sebab sedikit saja kelengahan akan berakibat patal. Kelegahan sedikit
dapat menyebabkan kerugian besar.
418. Tiba di mata dipejamkan, tiba di perut dikempiskan.
Bermakna dengan orang yang bersifat tidak
adil berat sebelah.
419. Jangan memandang matahari, nati silau matamu.
Bermakna jangan menentang langsung orang
yang lebih kuat dari kita dari segi apapun, karena akan menyusakan kita.
420. Mati anak berkalang bapak, mati bapak
berkalang anak.
Bermakna orang tua dan anak-anak harus
berkerja sama dalam kesusahan dan kesulitan.
421. Kita semua akan mati, tetapi kubur masing-masing.
Bermakna dengan kehidupan orang-orang.
Setiap orang memiliki bakat dan kelebihan masing-masing, sehingga jalan
kehidupan juga berbeda-beda.
422. Jinak-jinak merpati, hendak ditangkap dia pun terbang.
Bermakna dengan seorang gadis yang seperti
ramah, namun susah didekati.
423. Habis miang karena bergeser.
Bermakna, sesulit apapun suatu pekerjaan
kalau dikerjakan terus menerus akan selesai juga.
Miang: material halus yang menempel pada tumbuhan, terutama bambu yang menyebabkan gatal-gatal pada tubuh manusia.
424. Biar miskin asal cerdik, terangkat juga gunung lama-lama.
Bermakna, bahwa ilmu pengetahuan itu
segalanya, lebih berharga dari harta benda.
425. Mujur sepanjang hari, malang sepanjang mata.
Bermakna kecelakaan itu datangnya
tiba-tiba, maka harus berhati-hati.
426. Muka manis kecindan murah.
Bermakna dengan orang yang beraut wajah
manis, belum tentu baik.
427. Buruk muka cermin dibelah.
Bermakna dengan orang yang berbuat salah,
tetapi dia mempersalahkan orang lain.
428. Muka licin ekor berkedal.
Bermakna dengan orang yang bergaya banyak
uang, tetapi sesungguhnya banyak utang.
429. Selalu mengambil muka.
Bermakna dengan orang yang berbuat tidak
ikhlas, hanya untuk disenangi orang-orang, sejenis orang munafiq.
430. Murah di mulut manis dalam timbangan.
Bermakna dengan orang yang banyak berjanji
tetapi tidak pernah ditepati.
431. Lepas dari mulut buaya, masuk mulut harimau.
Bermakna dengan orang mendapat kesulitan,
kemudian dia berbuat sesuatu yang kemudian membuat dia semakin sulit.
432. Mulut di suapi, pantat dicubiti.
Bermakna dengan orang yang baik di mulut
tapi hatinya jahat, pendengki, dan iri.
433. Coba-coba menanam mumbang, jika tumbuh sunting negeri.
Bermakna, hendaklah cita-cita itu
diteruskan sampai selesai, walau sepertinya tidak berharga, siapa tahu dikemudian
hari berfaedah yang besar.
434. Musang berbulu ayam.
Bermakna dengan orang berlagak baik
sekedar menutupi kesalahannya.
435. Musuh jangan dicari, bertemu jangan lari.
Bermakna jangan mencari-cari permusuhan,
tetapi kalau orang sudah semena-mena maka harus bertindak.
436. Satu kapal dua nahkodah.
Bermana kalau ada dua pemimpin disuatu
komunitas maka akan terjadi sesuatu yang tidak beres.
437. Orang makan nangka, kita terkena getahnya.
Bermakna dengan yang berbuat salah, kita
ikut terbawa-bawa.
438. Nafsu, nafsi, raja di mata, sultan di hati.
Bermakna dalam hidup harus berpendirian
sendiri jangan mengikuti kemauan orang lain.
439. Nasi di makan rasa sekam, air diminum terasa duri.
Bermakna dengan penderitaan yang amat
berat.
440. Sengsara juga membawa nikmat.
Bermakna dalam kesusahan atau penderitaan
hidup kadang memiliki hikma untuk kita.
441. Karena nila setitik rusak susu sebelanga
Bermakna dengan sedikit kesalahan,
kebaikan yang sudah banyak akhirnya menjadi rusak.
442. Nyamuk mati gatal tak lepas.
Bermakna dengan sebuah kesalahan, walau
pelakunya sudah dihukum tapi orang masih menyimpan dendam.
443. Umpama memerah nyiur, santan diambil ampas di buang.
Bermakna, tingkah laku dan perbuatan orang
jangan semuanya ditiru, ambil dan tiru mana yang baik saja.
444. Olok-olok menjadi tingkara.
Bermakna jangan terlalu dalam bercanda,
nanti menjadi sungguhan.
445. Ombak yang kecil jangan di abaikan.
Bermakna dengan suatu perkara kecil jangan
diremehkan, mungkin bisa menimbulkan bahaya besar.
446. Payah-payah dilamun ombak, sampai juga ketanah tepi.
Bermakna dengan suatu perjuangan, kemudian
akhirnya berhasil dan bahagia.
447. Orang mudah menanggung rindu, orang tua menanggung ragam.
Bermakna dengan orang tua harus sabar,
selalu memberi petua, nasihat kepada anak yang tidak baik, karena dia sedang
menanggung rindu.
448. Dimana api padam, di sana puntung dicampakkan.
Bermakna dengan orang yang merantau,
kemudian dia meninggal, tidak pulang ke kampung halaman. Dia dikubur dimana dia
meninggal.
449. Berpadang luas, beralam lapang.
Bermakna dengan orang yang sangat sabar.
450. Padi ditanam, ilalang yang tumbuh.
Bermakna dengan perbuatan baik, kemudian
dibalas dengan kejahatan.
451. Seperti ilmu padi, kian merunduk kian berisi.
Bermakna dengan orang yang memiliki banyak
kelebihan dalam kehidupannya, tetapi dia tidak bersifat sombong, tetapi justru
dia semakin baik dan rendah hati. Tidak membangga-banggakan kelebihannya itu.
452. Seperti padi hampa, semakin lama semakin menegak.
Bermakna dengan orang yang sombong padahal
dia itu tidak memiliki banyak kelebihan.
453. Kasih akan padi, buanglah rumput.
Bermakna, kalau menyayangi keluarga urus
baik-baik dan berikan teladan yang baik.
454. Pagar makan tananam.
Bermakna dengan orang yang seharusnya
menjaga, tetapi mala dia yang merusaknya.
455. Ada paha ada kaki, ada nyawa ada rezeki.
Bermakna bahwa manusia itu memiliki
rezekinya masing-masing.
456. Pahit di luar, manis di dalam.
Bermakna dengan nasihat.
457. Betapapun lurus paku, ujungnya tetap berlekuk tajam juga.
Bermakna, orang jahat itu, biarpun
kata-katanya manis dan baik, tetap maksudnya jahat.
458. Panas-panas tahi ayam.
Bermakna dengan sikap seseorang yang
diawalnya semangat, tetapi tidak seterusnya.
459. Panas tidak selamanya sampai petang.
Bermakna dengan keadaan. Keadaan baik atau
buruk itu selamanya. Dapat berakhir sewaktu-waktu.
460. Kemarau setahun, berakhir karena hujan semalam.
Bermakna dengan orang yang berbuat baik
selama hidupnya, menjadi buruk karena berbuat satu kesalahan.
461. Tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan.
Bermakna dengan sesuatu yang tidak akan
berubah.
462. Siang berpanas, malam berembun.
Bermakna dengan orang yang tidak memiliki
tempat tinggal.
463. Panjang tangan.
Bermakna dengan orang yang suka mengambil
milik orang lain.
464. Panjang mengambil singkat mengulur.
Bermakna dengan orang yang suka menerima
saja, tapi dia sulit berbagi.
465. Panjang kaki ringan tangan.
Bermakna dengan orang yang suka membantu
orang lain.
467. Belakang parang kalau di asah, juga akan tajam.
Bermakna, sebodoh-bodoh orang kalau dia
mau belajar akan pintar juga.
468. Besar pasak daripada tiang.
Bermakna dengan orang yang boros, lebih
besar pengeluaran dari pendapatan.
469. Kalau takut dilempar pasang, jangan berumah di tepian pantai.
Bermakna nasihat, jangan berbuat salah,
kalau tidak berani menanggung akibatnya.
470. Patah tumbuh hilang berganti.
Bermakna dengan sesuatu yang hilang satu,
tetapi kemudian muncul lebih banyak.
471. Sediah payung sebelum hujan.
Bermakna agar selalu berpikir maju,
berhati-hati, dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadi.
472. Terlongsong perahu dapat balik, terlongsong cakap tak dapat balik.
Bermakna dengan perkataan yang melukai
perasaan sahabat, orang lain, itu tidak dapat di tarik kembali. Maka
berhati-hatilah dalam berkata-kata.
473. Nasi masak periuk pecah.
Bermakna dengan seorang suami. Istrinya
melahirkan anaknya, tapi kemudian istrinya meninggal.
474. Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
Bermakna, mengerjakan sesuatu haruslah
dipikirkan terlebih dulu, supaya tidak menyesal di kemudian hari.
475. Seperti pinang dibelah dua.
Bermakna dengan dua orang yang wajahnya
sangat mirip.
476. Jika tak uang dipinggang, dara jadi orang lain.
Bermakna jika kita hidup sengsara,
melarat, saudara sendiri menjauh dari kita.
477. Seperti pipit menelan jagung.
Bermakna dengan orang miskin, tetapi
berprilaku dan berlagak seperti orang kaya.
478. Dalam pisang setandan, sebuah ada juga yang busuk.
Bermakna di dalam keluarga, didalam suatu
kelompok manusia ada yang jahat atau kurang baik ahlaknya.
479. Tajam pisau karena di asah.
Bermakna, orang itu menjadi pandai karena
belajar.
480. Pucuk dicinta ulampun tiba.
Bermakna mendapatkan semua yang dia
kehendaki dalam satu waktu. Sesuai sekali seperti yang diharapkan.
481. Ke atas tak berpucuk, kebawah tak berakar, ditengah-tengah digerek kumbang.
Bermakna sumpahan agar semua rusak binasa.
482. Tak berpucuk di atas enau.
Bermakna dengan orang yang sombong. Dia
menganggap dirinya tidak kurang suatu apapun. Merasa lebih dari orang lain.
483. Putus benang boleh dihubung, putus arang bercerai lalu.
Bermakna dengan, istri atau suami yang
meninggal dapat diganti. Tetapi anak, saudara, yang meninggal tidak ada
gantinya.
484. Putus tali tempat bergantung, terban tanah tempat bergerak.
Bermakna dengan orang yang kehilangan
tempat bergantung hidup, sehingga dia berputus asah.
485. Selembab-lembab puntung di dapur, kalau ditiup menyalah juga.
Bermakna usaha yang tekun pada suatu yang
sulit, pada akhirnya akan membuahkan hasil juga.
Puntung lembab: kayu bakar yang setengah basa-setengah kering.
486. Seperti sembunyi puyu, kepala tertusuk ekor terlihat.
Bermakna dengan orang yang tidak dapat
menyimpan rahasia.
487. Seperti rabuk dengan api.
Bermakna dengan dua orang yang tidak akur,
kemudian bertemu maka akan terjadi bentrok.
488. Beraja di hati, bersultan di mata.
Bermakna dengan orang yang berpendirian
sendiri dan tidak mengikuti kehendak orang lain.
489. Siapa yang menjadi raja, tanganku kedahi juga.
Bermakna dia akan menghormati siapa saja
yang menjadi pemimpin yang baik.
490. Tidak ada raja menolah sembah.
Bermakna orang yang suka dan selalu
meminta dihormati dan diperlakukan dengan istimewa dan meminta selalu di
hargai,, dinomor satukan.
491. Raja adil raja disembah, rajah lalim raja disangga.
Bermakna, pemimpin yang baik akan di
hormati dan didengarkan. Sedangkan pemimpin yang zalim akan dilawan oleh
rakyatnya.
492. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.
Bermakna, orang yang rajin belajar akan
menjadi pintar. Orang yang hidup hemat dan pandai mengatur pengeluaran akan
menjadi orang kaya.
493. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.
Bermakna, dengan kehidupan harus berjuang
terlebih dahulu, nanti kalau sudah berhasil baru menikmati hasilnya.
494. Bagai menarik rambut di dalam tepung. Rambut jangan putus, tepung jangan bergerak.
Bermakan dengan penyelesaian permasalahan
yang amat sulit. Sehingga harus memiliki kesabaran yang besar. Supaya
mendapatkan hisil yang memuaskan dan benar.
495. Bergantung pada rambut sehelai.
Bermakna dengan keadaan yang sangat
genting dan penting serta berbahaya.
496. Bagai rambut dibelah tujuh.
Bermakna dengan sesuatu yang sangat kecil
dan rumit.
497. Turutkan rasa binasa, turutkan hati mati.
Bermakna, celakalah orang yang
memperturutkan hawa nafsu.
498. Yang dimakan rasa, yang dilihat rupa, yang didengar bunyi.
Bermakna, semua sesuatu memerlukan bukti
dan jangan berat sebelah.
499. Rawan murah gigi habis.
Bermakna tidak dapat merasakan kesenanagan
karena sudah tua.
500. Hilang rona karena penyakit, hilang bangsa karena tak beruang.
Bermakna dengan orang yang tidak memiliki
uang akan dipandang rendah.
501. Kalau tak ada rotan akapun berguna.
Bermakna kalau sesuatu itu tidak ada lagi,
coba sesuatu yang lain. Kalau tidak ada barang bagus dan mahal, barang murah
dan terjangkau punjadilah. Bersyukur.
502. Berkerat rotan, berpatah arang.
Bermakna dengan dua orang yang tidak mau
berbaikan lagi.
503. Ada rotan tentu akan ada duri.
bermaka, suatu kebaikan, kejayaan,
keberhasilan akan selalu diikuti cobaan.
504. Bertemu ruas dengan buku.
Bermakna dengan sesuatu yang cocok seklai.
505. Rumah gadang ketirisan.
Bermakna, perumpamaan sebuah keluarga yang
hidup tidak bahagia.
506. Rumah gedung bersendi perak.
Bermakna dengan sebuah keluarga yang
berbahagia.
507. Rumah sudah dibangun, pukul pahat baru berbunyi.
Bermakna, mencelah dan menyalakan
pekerjaan orang yang sduah selalesai. Seharusnya diberitahu sebelum selesai.
508. Rupa yang elok, yang indah bahasa.
Bermakana, Budi bahasa yang baik, ahlak
yang baik lebih utama dari rupa.
509. Rupa tak dapat diubah, kelakuan dapat dirubah.
Bermakan, dalam kehidupan itu tidak
terlalu penting memperbaiki penampilan fisik. Maka yang penting perbaiki
kelakukan, ahlak, dan tabiat kita.
510. Rupanya seperti harimau, tapi berhati tikus.
Bermakna, dengan orang yang sepertinya
sangata pandai, sepertinya sangat jagoan, tetapi aslinya dia sangat bodoh dan
penakut.
511. Bagaikan rusa masuk ke kampung.
Bermakna, dengan orang yang menyerahkan
diri.
512. Awak yang payah membelah ruyung, orang lain yang beroleh sagunya.
Bermakna dengan usaha kita yang memeras
tenaga, bersusa payah. Tetapi orang-orang yang mengambil manfaatnya.
513. Untung sabut terapung, Untung batu tenggelam.
Bermakna, kehidupan manusia itu memiliki
nasib dan tujuan yang berbeda-beda.
514. Salah makan muntahkan, salah tarik kembalikan, salah langkah mundur kembali.
Bermakna, apabila dalam kehidupan kita
berbuat salah, segerahlah perbaiki. Segerah bertaubat, segerah istiqfar,
segerah meminta maaf dan sebagainya.
515. Sampan ada pengayuh tak ada.
Bermakna, dengan orang hidup sabar
seadanya tetapi dia tetap berusaha dan bertahan.
516. Sampan ada tetapi masih hendak berenang.
Bermakna dengan orang yang suka mencari
penyakit sendiri.
517. Siapapun, bahkan yang bungkuk juga dapat memakai kain sarung.
Bermakna, dalam kehidupan itu perlakukan
orang sama rata, jangan berat sebelah, karena hakikatnya manusia itu sama saja.
Semuanya punya hak dalam kebaikan hidupnya.
518. Satu di tetak sepuluh rebah.
Bermakna, hati-hati dalam bertindak. Kalau
kita berbuat salah kemungkinan banyak keluarga kita yang ikut disalahkan atau
tempat balas dendam orang-orang. Dapat juga bermakna, apabila satu orang
tertangkap maka semua temannya yang ikut akan terkena tangkap juga. Atau
seorang yang berbuat maka banyak menyangkut orang lain.
519. Hendak terbang tidak bersayap, hendak hinggap tiada berkaki.
Bermakna, bermakna dengan orang yang
hendak berbuat sesuatu tetapi tidak memiliki apa-apa.
520. Sayap diikat, terbang hendak tinggi.
Bermakna, dengan keinginan yang besar
tetapi tidak memiliki cukup kemampuan.
521. Biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar.
Bermakna, tidak perlu mengerjakan sesuatu dengan
terburu-buru, gunakan perhitungan dengan baik. Agar dapat mencapai kehendak
kita dengan baik.
522. Sebagai seludang menolak mayang.
Bermakna, jangan meninggalkan tanggung
jawab sebelum selesai.
523. Sembahyang mencari akal, rukuk mencari kira-kira.
Bermakna, dengan orang yang pura-pura
berbuat baik, tapi sesungguhnya bermaksud jahat.
524. Mati semut karena kemanisan.
Bermakna, manusia celaka karena mulut
manisnya.
525. Ada gula ada semut.
Bermakna, kalau kita menjadi orang sukses
dan banyak uang, akan banyak orang-orang datang hendak berteman dan bersahabat.
526. Seperti senduk dengan periuk, sentu menyentuh.
Bermakna, Dalam lingkungan keluarga tentu
akan ada perselisihan walau sedikit.
527. Sebodoh-bodoh ikan sepat, tak makan pancing emas.
Bermakna, sebodak-bodoh manusia masih
dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Sesuatu yang benar dan salah.
528. Serigala berbulu domba.
Bermakna dengan orang berpenampilan baik,
kata-kata baik, tetapi sesungguhnya dia orang jahat. Hatinya penuh iri dan
dengki.
529. Sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.
Bermakna, hendaklah dipikirkan dahulu
masak-masak sebelum berbuat, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari.
530. Sesal diujung jalan, kembali kepangkalnya.
Beramakna, jika sudah menyadari berbuat
salah, maga segerahlah perbaiki kesalahan tersebut. Kembalilah ke jalan yang
benar.
531. Sia-sia menjaring angin.
Bermakna, dengan suatu pekerjaan yang
berbuah kesia-siaan.
532. Terang bagai tengah hari, terang bagaikan rembulan.
Bermakna, susuatu yang sudah sangat jelas.
533. Malam berselimut embun, malam beratap awan-awan.
Bermakan, dengan orang yang miskin dan
tidak memiliki tempat tinggal sendiri.
534. Jika singkat minta diulas, jika panjang minta dikerat.
Bermakna, seseorang yang telah mengutarakan
sesuatu kepada khalayak ramai. Kemudian diakhiri meminta maat kalau ada
kesalahan.
534. Sirih naik junjungan patah.
Bermakna, baru saja mencapai kesuksesan,
kebaikan, tiba-tiba mendapat kesusahan atau penderitaan.
535. Seumpama sirih diikat dengan gagangnya.
Bermakna, orang yang menikah dengan kaum
kerabat sendiri. Orang yang mencari untung dari keluarga sendiri.
536. Jika berlebih-lebihan suka, tandanya akan mendapat duka.
Bermakna, agar kita berlaku sederhana,
berlakuk biasa saja saat kita berada diposisi bahagia, diatas, atau memiliki
sesuatu, jangan berlebih-lebihan.
537. Orang sukar baharu kaya.
Bermakna, orang yang sombong karena baru
merasakan hidup berkecukupan. Baru mendapat kebaikan dan ada sedikit kelebihan.
538. Bagaikan bersuluh matahari.
Bermakna, dengan sesuatu hal yang sudah
jelas dan semuanya telah diketahui.
539. Mati bukan karena sumpa, hidup tidak karena kaul.
Bermakna, usia seseorang tidak dapat
berubah karena apapun. Karena sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.
540. Walau sungai mengalir ke laut, air laut tidak akan bertambah.
Bermakna, pemberian orang miskin kepada
orang kaya tidak ada artinya.
541. Selangkah berpantang surut, setapak berpantang mundur.
Bermakna, orang yang gigi dan kuat. Dia
tidak akan mundur dan akan terus berjuang walau cobaan sangat sulit merintangi.
542. Jika kesusahan sudah mememuncak, tandanya pertolongan sudah dekat.
Bermakna, harus sabar menghadapi segala
sesuatu, karena semuanya itu ada batasnya.
543. Bertangga naik berjenjang turun.
Bermakna, tiap-tiap kehidupan memiliki
jalannya sendiri-sendiri.
544. Tertangkup sama termakan tanah, terlentang sama terminum air.
Bermakna, dengan sesuatu kesulitan dimana
semuanya akan merasakan hal yang sama. Seumpama perang, bukan cuma pemerintah,
tentara yang kesulitan tapi semua rakyat menanggung beban dan penderitaan.
545. Cobalah cium telapak tangan sendiri, apa berbau apa tidak.
Bermakna, dalam hidup kita cermati diri
sendiri dulu baru mencermati orang lain.
546. Secangkir air tawar dibuang ke laut, bolekah laut menjadi tawar.
Bermakna, nasihat sedikit atau banyak
tidak ada gunanya kalau hati orang itu memang jahat.
547. Laksana bertanam tebuh di bibir.
Bermakna, orang yang pandai berkata-kata
manis, untuk mengambil perhatian, agar disukai orang, tetapi didalam hatinya
berkata lain dan jahat.
548. Berteguran dahulu baru berkenalan, Mendaki dahulu maka tahu akan lelah.
Bermakna, orang baru akan sadar dari
ego-nya setelah dia mendapat masalah sepadan dengan dirinya sehingga dia sadar
kalau dia bukan siap-siapa.
549. Bagai telaga mencari timba.
Bermakna, dengan seorang perempuan yang
melamar seorang laki-laki.
550. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Bermakna, orang yang tidak pernah
mengindahkan nasihat orang.
551. Runcing telunjuk memalit sambal di piring.
Bermakna, orang yang hidup sederhana
tetapi dia sesunggunya orang yang mampu.
552. Seperti telur diujung tanduk
Bermakna, orang yang menghadapi situasi
yang genting atau dalam bahaya yang mengintai.
553. Berebut temiang hanyut, tangan luka temiang tak dapat.
Bermakna, orang yang ribut atau cekcok
oleh karena suatu hal yang tidak perlu. Sehingga mereka tidak mendapat apa-apa,
selain hanya mendapat kerugian.
554. Setali tiga uang.
Bermakna, orang-orang yang bersifat sama
berkumpul dan cocok.
555. Seperti tikus jatuh ke lumbung padi.
Bermakna, orang yang jahat, tabiat buruk,
seraka, bodoh dan tidak memiliki sifat baik sedikitpun kecuali sifat merusak.
Kemudian dia mendapat kedudukan, kesempatan atau diberi amanah untuk menjaga
suatu yang berharga. Maka orang ini akan bersukaria dan berbuat kerusakan untuk
memenuhi nafsunya.
556. Dahulu timah sekarang besi.
Bermakna, orang yang dulunya hidup mewah,
kaya, sombong, suka pamer, merrendahkan orang, merasa pintar sendiri dan egois.
Kemudian dia menjadi miskin dan melarat.
557. Awak di Timur beralih ke Barat.
Bermakna, orang yang suka mengikuti budaya
asing, lalu merendahkan budaya bangsa sendiri. Tapi celakanya yang dia contoh
hanyalah perbuatan-perbuatan buruknya saja bukan perbuatan baiknya.
558. Ditindi yang berat, dililit yang panjang.
Bermakna, mengalami masa-masa sulit dan
susah mencari jalan keluarnya.
559. Mempertinggi tempat jatuh, memperdalam tempat luka.
Bermakna, orang yang sengaja berbuat
kesalahan sehingga semunya menjadi hancur karena dia sudah putus asa.
560. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah.
Bermakna, semua orang derajadnya sama.
Tidak ada yang lebih mulia walau dia seorang pemimpin atau kaum bangsawan, baik
laki-laki atau perempuan.
561. Tinggi diseluduki, rendah dilangkahi.
Bermakna, dengan orang yang tidak pernah
menyerah. Dia selalu mencari akal dan berusaha dalam mencapai tujuan atau
cita-citanya.
562. Titian bisa lapuk, janjipun dapat mangkir.
Bermakna, jangan suka berjanji karena
janji sulit untuk ditepati.
563. Bagai menohok kawan seiring jalan.
Bermakna, seorang penghianat dimana dia
sudah sangat dipercaya.
564. Yang tua dimuliakan, yang mudah dihormati.
Bermakna, agar memperlakukan manusia
dengan baik. Jangan yang tua merasa selalu benar dan meminta selalu dihargai.
Begitupun yang muda jangan manja meminta dituruti dan selalu mengikuti emosi.
Bergaulah dengan baik sesuai adab dan aturan ditengah masyarakat.
565. Laksana tukang bijak, yang tidak akan membuang kayu.
Bermakna, orang yang baik dan bijaksana
itu sayang kepada semua manusia. Karena manusia sama baginya tidak ada yang
istimewa atau yang rendah.
566. Putih tulang di kandung tanah, budi baik terkenang jua.
Bermakna, Budi bahasa yang baik itu tidak
akan dilupakan orang walau kita sudah tiada.
567. Baru hendak bertunas sudah dipetik, lama-lama akan mati.
Bermakna, orang yang baru saja akan
sukses, tapi dirusak oleh sipatnya yang boros dan tidak ada perhitungan
bijaksana sehingga dia kemudian bangkrut.
568. Sepandai-pandai tupai melompat, adalah jatuh juga.
Bermakna, sepandai-pandai manusia adalah
waktunya terjadi kesalahan.
569. Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang.
Bermakna, orang yang hanya ingin enaknya
saja.
569. Uang gampang dicari, sahabat sejati susah didapat.
Bermakna, dalam berteman agar ikhlas.
Jangankarena uangnya atau lainnya.
570. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
Bermakna, budi baik dibalas dengan
kebaikan. Budi jahat dibalas kejahatan.
571. Bagai udang yang tak tahu bungkuknya.
Bermakna, orang yang merasa dirinya sempurna
dan tidak mau mengakui kekurangannya.
572. Laksana membangunkan ular berbisa yang tidur.
Bermakna, mengganggu musu yang sudah diam
dan tidak mengganggu lagi sehingga mendapat masalah besar.
573. Ular dipukul jangan mati, kayu pemukul jangan patah.
Bermakna, selesaikan masalah dengan
bijaksana agar tidak menyisakan masalah dikemudian hari. Karena kedua sisi
mendapat sesuai dengan haknya. (pemimpin).
574. Belum tentu ular, belum tentu juga ikan.
Bermakna, kita tidak dapat menerka secara
pasti isi hati manusia walau dia sudah lama kita kenal.
575. Pendek mintak diulas, panjang minta dikerat.
Bermakna, orang yang cerdik
mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum memperlakukan sesuatu.
576. Umur setahun jagung, darah setampuk pinang.
Bermakna, orang yang masih muda dan belum
banyak pengalaman hidup.
577. Umpan habis ikan tak dapat.
Bermakna, usaha yang tidak mendapatkan
hasil sama sekali.
578. Tiada umpat yang membunuh, tiada puji yang mengenyangkan.
Bermakna, jangan marah kalau dicaci dan
direndahkan, jangan senang apabilah dipuji-puji.
579. Laksana bertegang urat leher.
Bermakna, dengan orang yang bertengkar
hebat dan tidak ada yang mau mengalah.
560. Mengusir asap meninggalkan api.
Bermakna, berharap mendapat kebaikan lain,
tetapi tidak membuang kebaikan yang ada sekarang.
561. Zaman beralih, musim berganti.
Bermakna, adat istiadat berubah menurut
zamanya.
562. Sembahyang itu berwaktu, janjipun ada batas watu menepatinya.
Bermakna, semuanya di dunia yang fanah ini
ada batasnya.
Rewrite.
Oleh. Joni Apero.
Palembang, Oktober 2018.
Sumber: Sigit Daryanto. dkk. Pribahasa Indonesia. Apollo.
Surabaya.
Catatan: Untuk semua masyarakat Indonesia dapat membantu atau menyumbangkan peribahasa berbahasa daerah masing-masing dalam upaya menjaga kelestarian budaya dan dokumentasi sastra lisan bangsa kita. Bagi yang ingin menyumbangakn dapat mengirimkan naska melalui email redaksi. fublicapero@gmail.com.
Sy.pero Fublic.